Skip to main content

Setelah Setahun

Sore ini saya menyempatkan diri ke Watampone. Ibukota kabupaten Bone tempat saya tinggal.Berjarak 20 km dari kampungku. Tak ada maksud lain. Hanya sekedar menemani orang rumah ke sana. Melihat-lihat keramaian. Awalnya sempat kuurungkan niatku untuk ikut. Sendirian mungkin baik buatku untuk menulis. Tapi rasanya aneh juga untuk sendirian di rumah. Anggaplah sekedar jalan-jalan, pikirku.

Aku tak punya kenangan masa kecil di kota ini. Selain sebuah toko di pusat kota (biasa disebut sentral) bernama Naga Sari tempatku membeli majalah bobo dan majalah remaja. Yang disampingnya dulu entah sebelah mana ada toko kaset tempat kakakku membeli kaset dari Kahitna hingga Bon Jovi. Selain itu aku tak punya lagi kenangan tentang kota ini.

Saat SMA kelas dua bersama teman mengikuti sebuah lomba tingkat kabupaten. Aku pun mulai mengenal lebih jauh lagi tentang kota ini. Ada sisi kota lain selain sentral. Sisi yang lebih ramai kala malam. Yang lampunya lebih banyak dan belum tidur saat jam 9 malam. Sisi kota itu adalah kota sebenarnya dari Watampone. Alun-alun kota. Ada semacam tempat makan di sana. Tenda-tenda berjejer selayaknya warung-warung dadakan kala malam. Mereka menyebutnya pantai kering, karena daerahnya seperti daerah Losari sebelum direlokasi minus pantai. Ada juga pasar senggol. Baru setahun lalu aku tahu namanya adalah pasar jongkok-jongkok. Karena saat kamu membeli kamu harus duduk jongkok memilih barang.Namun saat itu kenangan tentang kota ini pun hanya sebatas itu saja. Sebatas satu malam saat guruku mengajak untuk membeli martabak. Tidak lebih. Aku bahkan mengenal Makassar lebih jauh dibanding kota ini. Sekalipun Makassar begitu besar dan jalanan kota ini tidaklah begitu ruwet.

Hingga setahun lalu aku melewatkan banyak hari di kota ini. Menjadi pekerja. Dengan rutinitas senin-jumat. Setiap weekend aku akan selalu memilih pulang ke rumah. Namun tetap saja aku belum mengenal kota ini. Aku hanya berinteraksi dengan para warga yang datang ke kantor dan mereka-reka dunia yang bergerak diluarku. Kadang jendela-jendela mobil masih memberikan kejutan saat aku berkeliling dan mengetahui nama pemilik jejeran toko itu. 

Kenangan itu dimulai di sana dan mengendap. Jika kau tanyakan padaku bagaimana Watampone itu, maka akan kujawab tentang orang-orang yang kukenal, mereka yang pernah membantuku dalam bekerja,dan juga mereka yang bersedia tetap tersenyum meski kadang aku sangat mengecewakan. Akan kukatakan padamu Watampone adalah sebuah dingin di senin subuh saat aku harus berburu waktu dan merasakan negeri awan di sepanjang jalannya. Watampone adalah sebuah cerita tak biasa yang membuatku masih terus mengenang setiap jengkal jejak singkat di sana. 

Setelah setahun kota itu banyak berubah. Hotel di dekat kota telah selesai renovasi. Beberapa bangunan tampak cantik dengan cat barunya. Aku masih tak punya kenangan tentang BTC (Bone Trade Center), pusat penjualan di kota Bone. Tak sekalipun aku ke sana. Watampone, seperti kata teman adalah sebuah kota tua. Kota yang menyimpan romantisme. Aku mempercayainya. 

Aku selalu ingin bisa mengelilingi kota ini. Melihat sudutnya tiap detail. Menikmati jajanan kulinernya. Hanya saja aku selalu tak punya teman untuk melakukan wisata kota. Mungkin nanti akan aku lakukan sendiri. Memotret tiap sudutnya. Aku sangat ingin punya foto tentang toko Naga Sari. Sejak aku kecil toko itu tak pernah berubah. Masih saja berisi pernak-pernik yang membuat mataku waktu kecil berbinar-binar. Aku selalu ingin mendengarkan romantisme orang-orang tentang kota ini. Bahkan aku penasaran untuk menuliskan kapan etnis Tionghoa bermukim di kota ini. 

Aku selalu senang jika ke kota ini. Melewati kota tuanya. Daerah yang tidak dilalui oleh kendaraan umum kala malam. Karena tampilan kota selalu berbeda saat siang dan malam. 

Tiap jejaknya ada kenangan. Dan dia menjadi abadi....
(Sayang, aku tak punya foto tentang kota Watampone)

25 Februari 2011

Comments

Popular posts from this blog

Dongeng Kita

Siang ini aku terjaga dari tidur panjangku. Seperti seorang putri tidur yang terbangun ketika bibirnya merasakan hangat bibir sang pangeran. Tapi, aku terjaga bukan karena kecupan. Namun karena aku merasakan indah cintamu di hariku. Mataku tiba-tiba basah. Aku mencari sebab tentang itu. Namun yang kudapati haru akan hadirnya dirimu. Memang bukan dalam realitas, namun pada cinta yang telah menyatu dengan emosi. Kita telah lama tak bersua. Mimpi dan khayal telah menemani keseharianku. Tiap saat ketika aku ingin tertidur lagu nina bobo tidak mampu membuatku terlelap. Hanya bayangmu yang selalu ada diujung memoriku kala kuingin terlelap. Menciptakan imaji-imaji tentangmu. Kadang indah, kadang liar, kadang tak berbentuk. Tapi aku yakin ia adalah dirimu. Menciptakan banyak kisah cinta yang kita lakoni bersama. Aku jadi sang putri dan dirimu sang pangeran itu. Suatu imaji yang indah...

jurnalistik siaran, pindah kost-kostan, dan "capek deh!"

Akhirnya, kembali bisa menyempatkan diri sejenak ke Teras Imaji. Sedikit berbagi kisah lagi dengan diri sendiri. Sekedar untuk sebuah kisah klasik untuk Saraswati dan Timur Angin kelak. Aku tak pernah menyangka bahwa aku bisa bertahan sampai saat ini.meski tugas kuliah menumpuk. Keharusan untuk pindah pondokan. Kewajiban lain yang belum terselesaikan.Problem hati yang menyakitkan. Serta kontrak yang tersetujui karena takut kehilangan peluang meski tubuh ini harus sudah berhenti. Siang tadi (15 nov 06) seharian ngedit tugas siaran radioku. Tak enak rasanya pada teman-teman, memberatkan mereka. menyita waktu yang seharusnya untuk hal lain. Tak enak hati pada Pak Anchu, penjaga jurusan. yang tertahan hanya menunggu kami menyelesaikan tugas itu. Dengan modal suara fals nan cempreng toh aku pun akhirnya harus sedikit PD untuk membuat tugas itu. Meski hanya menguasai program office di komputer, toh aku harus memaksakan belajar cool-edit (yang kata teman-teman yang udah bisa merupakan sesuatu...

babel

Sebenarnya tak ada planing untuk menonton film. hanya karena kemarin arya dan kawan-kawan ke TO nonton dan tidak mengajakku. Dan kemudian menceritakan film 300 yang ditontonnya. Terlepas dari itu, sudah lama aku tak pernah ke bioskop. Terkahir mungkin sam kyusran nonton denias 2 november tahun lalu. (waa…lumayan lama). Dan juga sudah lama tak pernah betul-betul jalan sama azmi dan spice yang lain J Sebenarnya banyak halangan yang membuat kaimi hampir tak jadi nonton. Kesal sama k riza, demo yang membuat mobil harus mutar sampe film 300 yang ingin ditonton saudah tidak ada lagi di sepanduk depan mall ratu indah. Nagabonar jadi dua, TMNT, babel, dan blood diamond menjadi pilihan. Agak ragu juga mo nonton yang mana pasalnya selera film kami rata-rata berbeda. Awalnya kami hampir pisah studio. Aku dan echy mo nonton babel atas pertimbangan sudah lama memang pengen nonton. (sebenarnya film ini udah lama aku tunggu, tapi kemudian gaungnya pun di ganti oleh nagabonar dan 300). Serta pem...