Musik. Aku selalu menganggap bahwa ia adalah salah satu penemuan yang paling berpengaruh di dunia. Albus Dombledore pun bersepakat dengan itu. "Ah, music," he said, wiping his eyes. "A magic far beyond all we do here" (Harry Potter And The Sorcerer's Stone). Musik dan lagu adalah sebuah sihir yang mampu merubah banyak hal. Mood, bahagia, sedih, dan bahkan kematian pun terekam indah karenanya.
Aku tak menguasai instrumen apapun. Dan jangan memintaku menyanyi satu lagu pun. Aku menikmati musik dengan cara berbeda. Mungkin agak berbeda antara musik dan lagu. Tapi disini, aku akan menyamakannya. Disini musik adalah sebuah lagu. Yang penuh lirik singkat namun memiliki arti yang sangat dalam.
Ia tak ada bedanya dengan puisi jika berdiri dalam sebuah larik-larik bait tanpa diiringi nada. Namun, ia kemudian menjadi begitu lebih membumi ketika bait-bait itu teralunkan bersama musik. Aku agak susah menikmati puisi. Beberapa baitnya terlalu ngejelimet untuk aku pahami.Bahkan ketika aku harus menikmatinya, aku pura-pura paham pada tiap kata yang menyusunnya.
Bedanya dengan lagu,ia memang dirancang untuk easy listening. Jika seseorang mendengarnya sesuatu yang diharapkan adalah bahwa ia paham pesan yang akan disampaikan sang penulis lagu pada saat pertama sang pendengar mendengar lagu tersebut. Alunan instrumen pun memiliki peran yang kuat untuk menanamkan ide pada pendengar. Ketika lirik tak mampu dipahami maka nada-nada itulah yang kemudian tertanam pada sel otak. Meninggalkan bekas. Beberapa ketukan yang aku yakin tertanam lebih kuat dibanding cerita dalam buku yang dibaca atau cerita yang dilisankan.
Aku berasumsi dari hal-hal tersebutlah ada musikalisasi puisi. Agar puisi mampu menginsepsi seperti lagu. Tetap terkenang meski sedikit ngejelimet. Contohnya, Puisi karya Sapardi Djoko Damono "Aku ingin mencintaimu dengan sederhana". Tak hanya kuat dari segi kalimat tapi juga tak jarang dimusikalisasi. Atau puisi di film Ada Apa Dengan Cinta, beberapa puisi dibawakan dengan iringan gitar oleh Dian Sastro. Beberapa faktor yang kemudian menjadi pendukung, adalah bahwa film ini begitu fenomenal, Dian Sastro yang berperan sebagai Cinta yang membawakannya, dan juga sosok Rangga yang tampak sangat sastrawan. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa puisi itu (yang sampai sekarang tak aku tahu judulnya) begitu kuat di kepalaku. Apalagi pada lirik "Bosan aku dengan penat,enyah saja kau pekat". Wuih....dalem.
Aku yang menyukai kata selalu takjub pada lirik-lirik sederhana yang mampu membuatku terperanjat, diam, dan kemudian terharu. Dan para penulis lagu adalah orang-orang yang mampu mengwakilkan suasana dalam kata sangat singkat. Berbeda dengan menulis puisi, menulis cerpen, apalagi menulis novel. Pada puisi, seorang penulis harus pandai memilih diksi. Mengawinkan kata, meski akhirnya agak susah dipahami, namun para penikmat sadar dan mahfum pada kerumitan itu. Seorang penulis cerpen haruslah pandai mengolah cerita dan konflik. Menyajikannya dalam takaran pas yang tak begitu panjang namun tak bosan tapi tetap mampu mencengangkan. Lain lagi dengan novel. Kompleksitas cerita harus benar-benar pas. Takutnya ia hanyalah cerpen yang berusaha dipanjangkan. Penulis novel adalah orang-orang yang memiliki stok imajinasi tak terbatas dan terus terbaharui.
Lain lagi dengan penulis lagu. Mereka sedapat mungkin harus menemukan kata tepat, sesuai makna,singkat, mampu dipahami dan sesuai ketukan nada.Mampu membuat orang begitu enjoy menikmati setiap lirik dan musiknya. Dan menjadi dari salah satu penulis itu tidaklah mudah. Dan aku selalu salut untuk orang-orang yang mampu menghasilkan sebentuk karya dalam tulisan. Selalu ada trial dan error. Tapi setidaknya mereka telah menunjukkan hasil. Melalui proses. Sebuah keberhasilan tergantung pada para penikmat. Pada titik ini aku sepakat bahwa pengarang telah mati.
Musik, Isntrumen Kehidupan
Sampai saat ini aku selalu menjadikan musik sebagai sarana untuk mengembalikan moodku. Jika pada sebuah masa aku patah hati maka aku akan selalu mencari lagu-lagu sedih yang menyayat hati.Jika dimatematikan jadinya adalah sisi negatifku (patah hati) dikalikan dengan lagu-lagu sedih (negatif) menghasilkan energi positif. Sebuah pelepasan rasa dalam kepedihan. Terkesan meratapi, tapi mampu menetralisir keadaan. Bahkan tak jarang mendengarkan lagu sedih kemudian menangis sesegukan.
Atau jika aku perlu mencari soundtrack tentang sebuah pelarian dan kepergian maka tak pernah susah aku mendapatkannya. Lagu Bruno Mars-Runaway atau Saybia-Second U Sleep selalu mampu menjadi soundtrack yang tepat.
Let’s Runaway to the place where the love first found us (Bruno Mars, Runaway)
Atau lirik
I stay to watch u fade away, I wish by God u stay (Saybia-Second U Sleep)
Beberapa lagu juga mampu mendatangkan perasaan tertentu. Karena ia memorable, menjadi penanda sebuah kenangan yang menyenangkan atau kadang menjadi latar sebuah peristiwa menyedihkan. Ada beberapa lagu yang perlu keberanian tingkat tinggi untuk mendengarnya kembali, karena mampu membuka lembaran yang mungkin perlu dilupa. Tapi beberapa malah membuatku tersenyum sendiri jika mendengar secara sengaja atau tak sengaja.
Theme song world cup 2010 misalnya mampu mengingatkanku pada dinginnya pagi di kostku atau tengah malam saat sibuk online. Atau lagu Too much love will kill you- Queen seperti mengembalikanku pada waktu bulan Juni-Juli 2010. Too much love will kill you, Dwi. Kataku pada saat itu.Atau satu album Rectoverso-nya Dewi Lestari menjadi soundtrackku menyelesaikan skripsiku waktu kuliah. Aku menyembutnya music yang mampu memerangkap kenangan.
Tak heran beberapa orang menjadikan lagu-lagu favoritnya sebagai musik latar dalam momen-momen indah. Melamar, bertunangan, hingga menikah. Beberapa malah menuliskan lagu khusus untuk itu.
Tak Cuma manusia dewasa, bayi dalam kandungan pun mampu merasakan kekuatan musik. Musik dipercaya mampu memberikan rangsangan terhadap perkembangan otak karena telinga menjadi organ yang sangat peka. Bahkan kematian pun menjadi indah dengan musik.Goodbye England Rose yang dinyanyikan oleh Elton Jhon saat kematian Putri Diana terdengar begitu mengharukan.
Ya Musik adalah sebuah magic. Sihir tanpa tongkat sihir yang begitu memukau.(*)
kadang musik bisa ngingetin kita suasana saat pertama kali mendengarnya.
ReplyDeletesomewhere only we know...
ReplyDelete