Ada dua puisi yang memenjarakan hatiku karena kaimat-kalimatnya. Aku mencatatnya hingga menghapalnya. Dua puisi ini selalu aku persiapkan untuk hukumanku jikalau aku terlambat breefing. Tapi Lucky me, jarang terlambat.
Pertama dari Sapardi Djoko Darmono
Aku ingin Mencintaimu dengan Sedehana
Seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu pada api yang menjadikannya tiada
Aku ingin Mencintaimu dengan sederhana
Seperti isyarat yang tak mampu disampaikan hujan pada awan yang menjadikannya tiada
Seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu pada api yang menjadikannya tiada
Aku ingin Mencintaimu dengan sederhana
Seperti isyarat yang tak mampu disampaikan hujan pada awan yang menjadikannya tiada
Kedua dari Dee dalam buku Supernova –Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh-
Engkau adalah getar pertama yang meruntuhkan gerbang tak berujungku mengenal hidup
Engkaulah tetes embun pertama yang menyesatkan dahagaku dalam cinta tak bermuara
Engkaulah matahari firdausku yang menyinari kata pertama dalam cakrawala aksara
Kau hadir dengan ketiadaan. Sederhana dalam ketidakmengertian
Gerakmu tiada pasti, Namun aku terus di sini.Mencintaimu. Entah kenapa.
Engkaulah tetes embun pertama yang menyesatkan dahagaku dalam cinta tak bermuara
Engkaulah matahari firdausku yang menyinari kata pertama dalam cakrawala aksara
Kau hadir dengan ketiadaan. Sederhana dalam ketidakmengertian
Gerakmu tiada pasti, Namun aku terus di sini.Mencintaimu. Entah kenapa.
Comments
Post a Comment