Skip to main content

Kepada Ibu

Jauh jarak antara engkau dan aku. Telah menjadi tempat terjauh yang kutuju kelak.Apa kabarmu? Aku merindukanmu.Sangat merindukanmu. Sangat merindukanmu.Setapak jalan telah aku lalui.Menjadi perempuan seutuhnya. Jiwa kecil itu telah kudekap dalam pelukku. Memerankan peran yang dulunya kamu lakukan padaku.

Peran yang dulunya mungkin aku acuh tak acuh perhatikan.Peran yang mungkin terlihat gampang bagi orang lain.Tapi mereka tak pernah tahu bahwa tangan-tangan ringkih perempuanlah yang membangun zaman.Merawat dengan sangat telaten jiwa kecil yang tiap hari didoakannya menjadi sosok yang berguna kelak.

Aku di sini mendekap jiwa kecil itu dengan begitu hati-hati. Merawatnya, memastikan kenyamanannya, memastikan cinta untuknya tak pernah berkurang. Aku tak pernah mengingat saat aku dalam buaianmu. Tapi melihat diriku memperlakukan hal yang sama padanya, kupikir dirimu pun mencintaiku seperti itu.

Melahirkan adalah proses yang melelahkan, namun tak selesai disitu. Perjalanan barulah dimulai.Penuh kekhawatiran, kecemasan, tapi juga suka cita yang tak terbayarkan.Menjadi ibu tanpa hadirmu membuatku harus lebih kuat dan lebih awas.Rasa-rasanya seperti tak memiliki mentor untuk bertanya tentang segala ketidaktahuan.

Aku merindukanmu. Aku rindu dalam dekapanmu.Kasihmu yang seperti air mengalir mendamaikan jiwa. Pelukmu yang selalu mampu menyembuhkan luka. Aku memiliki semua itu sekarang. 25 tahun yang akan datang aku mungkin akan membaca tulisannya tentangku. Setiap cemas aku hanya mampu berdoa padamu. Memintamu menjagaku dan juga bayi kecilku. Aku yakin jiwamu masihlah terus mendoakanku.

Ikatan paling murni itu kupikir milik ibu dan anak. Dan lingkaran kebajikan itu terus dipelihara dari zaman ke zaman.Selalu ada doa dari ibu untuk anaknya dan sang anak pun melanjutkan doa itu kepada anaknya kelak.Begitu seterusnya hingga akhir zaman.

Aku merindukanmu, selalu dan selamanya.

Comments

Popular posts from this blog

jurnalistik siaran, pindah kost-kostan, dan "capek deh!"

Akhirnya, kembali bisa menyempatkan diri sejenak ke Teras Imaji. Sedikit berbagi kisah lagi dengan diri sendiri. Sekedar untuk sebuah kisah klasik untuk Saraswati dan Timur Angin kelak. Aku tak pernah menyangka bahwa aku bisa bertahan sampai saat ini.meski tugas kuliah menumpuk. Keharusan untuk pindah pondokan. Kewajiban lain yang belum terselesaikan.Problem hati yang menyakitkan. Serta kontrak yang tersetujui karena takut kehilangan peluang meski tubuh ini harus sudah berhenti. Siang tadi (15 nov 06) seharian ngedit tugas siaran radioku. Tak enak rasanya pada teman-teman, memberatkan mereka. menyita waktu yang seharusnya untuk hal lain. Tak enak hati pada Pak Anchu, penjaga jurusan. yang tertahan hanya menunggu kami menyelesaikan tugas itu. Dengan modal suara fals nan cempreng toh aku pun akhirnya harus sedikit PD untuk membuat tugas itu. Meski hanya menguasai program office di komputer, toh aku harus memaksakan belajar cool-edit (yang kata teman-teman yang udah bisa merupakan sesuatu...

Seketika Ke Sukabumi

twit ekspektasi vs twit realita Setelah kelelahan karena hampir seharian di Mal sehabis nonton Dr.Dolittle pada hari rabu, dengan santai saya mencuitkan kalimat di Twitter "karena udah ke mal hari Rabu. Weekend nanti kita berenang saja di kolam dekat rumah”. Sebuah perencanaan akhir pekan yang sehat dan tidak butuh banyak biaya. Saya sudah membayangkan setelah berenang saya melakukan ritual rebahan depan TV yang menayangkan serial Korea sambil tangan skrol-skrol gawai membaca utasan cerita yang ga ada manfaatnya.  Sebuah perencanaan unfaedah yang menggiurkan. Tiba-tiba Kamis malam suami ngajakin ke Taman Safari liat gajah pas akhir pekan. Mau ngasih liat ke Anna yang udah mulai kegirangan liat binatang-binatang aneka rupa. Terlebih lagi sehari sebelumnya kami menonton film Dr.Dolittle yang bercerita tentang dokter yang bisa memahami bahasa hewan. Sekalian  nginap di hotel berfasilitas kolam air panas. Hmmm. Saya agak malas sih. Membayangkan Taman Safari yan...

tentang buku

"...u can buy many book,but u can't buy a knowledge" 081383118xxx pesan itu sampai ke ponselku beberapa saat setelah aku mengeluh pada seseorang tentang buku "detik-detik menentukan" BJ.Habibie yang tak berhasil aku peroleh dari peluncuran bukunya di hotel clarion hari ini. iya mungkin benar...aku terlalu mengharapkan buku yang ditulis mantan presiden ketiga ini.padahal ku punya begitu banyak buku yang bertumpuk di kamar. Belum pernah aku jamah sedikit pun. aku tak tahu beberapa hari terakhir ini aku begitu jauh dari buku. jauh dari para pengarang-pengarang besar dengan segala masterpiece-nya. akuy begitu malas membaca. malas membuka tiap lembar buku tebal itu dan memplototi huruf-hurufnya yang kecil. "tahu tidak...buku bisa membawa kesuatu tempat tanpa kamu harus bergesr se-inci pun" kata-kata itu selalu keluar jka aku mengeluh sedang malas baca buku... entahlah aku begit malas mengetahui tiap isinya. aku hanya terpesona pada banyak tumpukannya di kam...