Kamu paling suka jika tertidur di pangkuanku. Berjam-jam skalipun. Skalipun aku merasa pegal karenanya. Tak peduli seberapa keras bunyi yang menganggumu asal kamu di pangkuanku kamu tetap dalam lelapmu. Namun ketika kuletakkan dirimu di pembaringan bunyi sekecil apapun mampu menginterupsi tidurmu. Membuatku harus kembali berusaha menidurkanmu. Memberimu ASI yang harus aku batasi agak tidak penuh lambungmu. Terkadang tak tega melihatmu merengek meminta ASI tiap kali terbangun, tapi juga aku selalu sedih setiap kamu muntah karena terlalu kekenyangan. Salahkan aku yang tak mampu memahamimu.
Rasanya begitu sedih tiap kali kamu tertidur dan sedetik kemudian kamu terbangun dengan terkejut. Matamu menatap liar ke semua sudut. Begitu awas. Tanganmu menjangkau-jangkau udara. Bunyi sekecil apapun itu mampu membuatmu terkejut ketika kamu sendirian atau tidak di pangkuanku.
Ara, tahukah kamu bahwa sejatinya hidup adalah kesendirian? Kamu bertumbuh sendiri di rahimku yang gelap. Tuhan meminjamkan diriku untuk menemanimu begitu juga sebaliknya. Ketika kamu lahir kamu pun berusaha sendiri untuk mencari jalan. Aku hanya menunggu tanda darimu. Dan kemudian berusaha mengeluarkanmu dari tubuhku. Aku menemanimu tapi aku yakin tidak untuk selamanya tubuhku bersamamu.
Ketika kaki-kakimu menjejak tanah untuk pertama kalinya nanti kamu akan memulai perjalananmu. Sendirian. Kamu akan menentukan pilihan hendak kemana dan akan melakukan apa. Kamu akan bertemu banyak orang. Membuat jejaring pertemanan. Melihat banyak karakter-karakter pribadi. Tak semuanya adalah baik. Kamu akan memilih dan memilah. Mulai membenci dan mencintai. Membuat ikatan, menjalani hidup bersama, dan berpisah. Begitulah siklus hidup sayang. Kamu kembali sendiri. Entah jejaringmu memisahkan diri karena menemukan jejaring baru atau berselisih dan berbeda denganmu ataukah waktu yang memaksa kalian untuk kembali menjadi sebuah kesendirian.
Jangan pernah takut dengan kesendirian. Saat sendiri kamu bisa meresapi keberadaanmu. Yang ada hanya kamu dan dirimu. Berdialoglah. Karena ketika kau menemukan dirimu itu, kamu menemukan Tuhan yang terus menemanimu. Keramaian mampu membuatmu lupa akan sedih, namun ketika sendiri kamu bisa mensyukuri keberadaan orang-orang disekitarmu. Dalam sendiri kamu mampu lebih jujur pada hatimu.
Dirimu adalah pribadi yang harus mampu kamu andalkan. Seberapa takut dan cemasnya dirimu, kamu harus percaya pada keberaniannya. Ada saat dimana kamu tak bisa mengandalkan orang lain. Tapi ketika kamu percaya dan yakin pada dirimu, aku tahu kamu selalu mampu melalui segala ketakutan dan kecemasanmu.
Jangan pernah takut pada kehilangan. Sejatinya semua adalah milik Tuhan. Ketika Ia mengambilnya, itu karena itu adalah milikNya. Kamu tahu, kehilangan dan kepergian lebih menakutkan ketika kamu pikirkan daripada ketika kamu alami. Yang kamu butuhkan hanyalah sebuah keyakinan bahwa ada bahagia yang telah kamu petik saat bersama.
Kita memiliki tanggal lahir sama. Aku tak begitu percaya pada astrologi, tapi aku percaya sebagian dariku akan menurun kepadamu. Aku bukanlah pribadi yang sempurna. Ada kala dimana aku rapuh dan menangis. Tapi aku selalu berusaha untuk kuat. Dalam sendiri sekalipun. Aku berharap kamu mengambil yang baiknya saja dari diriku. Rapuh dan menangis itu perlu, tapi janganlah larut akan itu. Aku terkadang terbawa arus. Mengikuti segala perintah ego tanpa benar-benar berpikir baik-baik. Kelak aku harap kamu mampu bijak dalam tiap keputusanmu.
Jangan pernah takut, Ara....
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Meneteskan Air mata pas membacax.... krn persis yg tante alami sekarang hingga tak sanggup membacanya hingga usai.... Peri biru salam cinta untuk mu dari quw :)
ReplyDeleteRangkaian kata yang sangat indah, kelak Ara pasti akan sangat bangga memiliki bunda seperti Mbak Dwi. Selamat ya untuk kebahagiaan bersama buah hatinya...
ReplyDelete@ percikan kehidupan dan mila : makasih. Masih belajar jadi ibu...dan akan selalu belajar :)
ReplyDelete