Skip to main content

Ranah 3 Warna : Sekali Lagi Tentang Mimpi dan Upaya Keras Mewujudkannya


Setelah menuliskan kisah kehidupan pesantrennya di buku negeri 5 menara, Fuadi kembali menuliskan kisah perjalanan hidupnya selepas sekolah di pesantren. Kisah itu ia bukukan dalam judul “Ranah 3 Warna”.

Setelah lulus Pesantren sekolah yang diinginkan oleh ibu dan ayahnya, Alif berniat melanjutkan sekolahnya ke Universitas. Mengejar cita-citanya masuk ke ITB dan menjadi seperti Habibie. Namun, tidak semudah itu langkah yang harus dia tapaki. Lulusan pesantren harus memiliki ijazah setera SMA agar bisa ikut Ujian Masuk Perguruan Tinggi (UMPTN). Tak mudah memperlajari pelajaran dari kelas 1-3 dalam beberapa bulan. Namun ia tak patah semagat hingga akhirnya lulus ujian persamaan.

Namun kendala berikutnya adalah saat ia ingin mengambil jurusan IPA pada saat UMPTN. Ia tak yakin bisa lulus di ITB. Alif pun lantas memilih untuk berkompromi dan memilih jurusan IPS. Dan jurusan Hubungan Internasional-lah yang menjadi pilihannya dan mengantarnya merajut mimpi-mimpinya untuk menginjakkan kaki di berbagai Negara.

Man safara shafira. Siapa yang bersabar ia beruntung. Kalimat itulah yang menjadi pegangannya saat belajar menulis pada seniornya di penerbitan kampus. Atau saat ia berusaha bekerja keras menjadi pedagang door to door untuk memenuhi kebutuhan kuliahnya setelah ayahnya meninggal.

Ia tak pernah berhenti dan menyerah. Ia terus berusaha hingga akhirnya ia berhasil memperoleh beasiswa belajar di Quebec, Kanada. Di sana dia memperoleh pelajaran tentang perbedaan budaya, saling toleransi, dan mendapatkan sahabat-sahabat yang menyenangkan.

Setelah membaca buku ini sensansi yang sama seperti yang aku rasakan saat membaca Sang Pemimpi dan Edensor. Mimpi selalu menjadi alas manusia untuk menjejak hari. Namun hanya orang-orang yang melebihkan usahalah yang mampu menarik mimpinya dari langit dan membuatnya berdiri tegak di bumi. Selamat membaca, selamat bermimpi, dan selamat berusaha dan bekerja keras. (*)

Comments

Popular posts from this blog

Ollo Si Beruang

Ollo si Beruang Di sebuah hutan yang lebat dimana pohon-pohon menjulang tinggi. Akar-akarnya belukar di tanah. Rumput-rumput lebih hijau dari yang pernah kamu lihat. Di dalam hutan semua binatang hidup bersama mengikuti hukum alam. Jangkrik-jangkrik dan serangga mengkolaborasikan suara yang harmonis bersama bunyi bunyi gesekan dahan, dan daun berguguran. Di hutan ini, jauh di dalam hiduplah seekor beruang. Ia bernama Ollo. Ollo sangat bahagia hidup di hutan. Di sini dia berteman dengan imut si semut. Imut tinggal di bawah tanah di samping pohon yang Ollo jadikan rumah. Tak cuma imut si semut, Ollo juga berteman Acil si kelinci. Mereka sering berkumpul dan bercerita. Atau kadang bermain di sekitar lapangan tempat mereka tinggal. Tempat tinggal mereka jauh di dalam hutan. Di sana terdapat tanah lapang yang tak terlalu luas. Rumput-rumput tumbuh tapi tidak terlalu tinggi.Di balik rumput-rumput itulah Acil si Kelinci membuat sarangnya. Ada batu-batu besar yang berongga yang menjad

Dapat Kiriman Moneygram

Ini adalah pengalaman pertama saya mendapatkan kiriman uang dari luar negeri. Sedikit norak dan kampungan sih. Tapi tak ada salahnya membaginya di sini. Setelah saya googling di internet kurang yang mau berbagi pengalaman tentang transferan luar negerinya. Nah, karena Kak Yusran yang bersekolah di Amerika berniat mengirimi saya uang buat tiket ke Bau-Bau, maka dia akhirnya mengirimkan uang. Dalam bentuk dollar lewat jasa layanan Moneygram yang banyak tersedia di supermarket di Amerika. Moneygram sama seperti Western Union. Tapi Western Union lebih merakyat. Mereka bekerja sama dengan kantor Pegadaian dan kantor pos. Sehingga di kampungku pun ada fasilitas Western Union (tapi saya belum tahu berfungsi atau tidak). Moneygram sendiri setahu saya hanya bekerja sama dengan beberapa bank. Saya belum pernah tahu kalo Moneygram juga sudah bekerja sama dengan kantor pos, meskipun informasi dari teman-teman di twitter mengatakan demikian. Jasa layanan pengiriman uang macam Moneygram dan Western

Parende Mama Jana

Apa makanan khas Buton? Saya tidak menemukan perbedaan yang begitu mencolok antara makan khas Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan. Kalo soal jenis dan macam, maka Sulawesi Selatan juaranya. Tapi itu bukan berarti di Pulau Buton khususnya di Baubau nda ada kuliner enak.  Daerah ini terkenal dengan makanan khas bernama Kasuami, terbuat dari tepung singkong yang dikeringkan. Tapi, entah kenapa sampai sekarang saya belum berniat mencicipinya. Selain Kasuami ada juga makanan khas yang lain. Namanya ikan Parende. Masakan ikan dengan cita rasa yang khas yang berbeda dengan Pallu Mara di Sulsel.  Meski sama-sama ikan masak, antara olahan antara parende dan pallu mara cukup berbeda. Jika pallu mara menekankan pada ikan bolu dengan banyak kunyit dan asam serta diberi sedikit gula merah, maka ikan parende menggunakan ikan laut yang entah apa namanya. Rasa kecutnya diperoleh dari belimbing atau mangga.  Di Baubau saya telah mencoba tiga masakan Parende di tiga tempat makan berbeda. Tidak ada pe