Skip to main content

Sukses!!!!!!


Di sebuah negeri bernama efisiensi semua hal terencana dengan baik. Setiap pengelolahan data keuangan tercatat dengan ketat. Bahkan pada selisih harga yang bisa membuat kerajaan berada pada posisi merugi (meski sedikit) tetap mendapat pertanyaan yang meracau tentang tetek bengek mengapa bisa selisih seribu dua ribu.

Pada suatu hari tersebutlah keadaan begitu sulit untuk kerajaan efisien. Neraca keuntungan tidak mendapatkan posisi yang menyeimbang. Kesan merugi terus terjadi hari-hari. Hingga kebijakan hingga hal terkecil pun diambil.

Cemilan-cemilan kecil untuk para tamu yang dulunya bisa dengan leluasa dicicipi juga oleh para pelayan pun mendapat aturan ketat. Tak boleh satu pun pelayan mencicipi lagi cemilan itu. Bahkan dipasangkan sebuah kamera dimana-mana untuk memperhatikan tingkah laku para pelayan yang mungkin secara sengaja mengambil cemilan.


Cemilan untuk pada tamu ini memang paling sering dicicipi oleh para pelayan. Apatah lagi jika para pelayan saling mengunjungisatu sama lain di ruang-ruang istana yang mejadi pusat penerimaan tamu. Sambil ngobrol satu sama lain, cemilan itu pun menjadi penyambung cerita antara satu cerita dengan cerita yang lain.
Bungkus cemilan itu kadang menjadi candaan para pelayan karena di baik bungkusnya terdapat kata-kata lucu. (Mungkin seperti bungkus permen Kiss yang punya kata-kata).

Terkadang para pelayan merangkai kata-kata itu atau bahkan mulai mereka-reka dialog dari kata-kata pada bungkus cemilan tersebut sebelum berakhir di mulut para pelayan itu sendiri.
Tingkat konsumsi para pelayan itu juga ikut andil memepengaruhi fluktuasi untung rugi kerajaan. Maka dari itu aturan ketat untuk melarang keras pelayan memakan permen menjadi titah yang tak terbantahkan.

Para pelayan utama tamu menjadi martir untuk tegaknya aturan tersebut.
Di suatu kala, tersebutlah seorang pelayan dari divisi pinjaman kerajaan tak ada kerjaan. Luntang lantung di ruang penerimaan tamu sambil berupa keras untuk tidak tergoda duduk di meja para pelayan utama.

Namun, pada akhirnya ia pun kalah pada hati keinginannya dan duduk di meja para pelayan utama.

“Boleh minta satu cemilannya?”tanyanya pada seorang pelayan utama.

Sang pelayan yang tak terlalu mengindahkan aturan ketat tentang efisiensi cemilan itu hanya menjawab “ambil saja”

“ada kamera, tolong ambilkan”pinta sang pelayan divisi pinjaman.

Pelayan utama itu secara spontan mengambil satu bungkus cemilan, dan diselundupkan melalui kolom meja agar tak tertangkap kamera.
Si pelayan divisi pinjaman serta merta meraih cemilan selundupan itu dengan cepat dan segera berpura-pura bahwa tak terjadi apa-apa.
Sambil terus berpura-pura seolah semua baik-baik saja, dibukanya bungkus camilan itu. Sebelum dimakannya camilan itu masih sempat diliriknya kata dibalik bungkus camilan itu. Dan hanya satu kata yang tertulis di situ. SUKSES!!!!!!!

Comments

  1. ckckckck...nanti saya bawakanki lagi barongko.. :P

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ara Belajar Ngomong

Serius Nulis Ara mulai suka ngoceh. Ada saja suara keluar dari mulutnya. Kadang jelas kadang juga tidak. Beberapa berhasil saya terjemahkan maksudnya. Beberapa mengalami missunderstand berujung pada rengekan atau aksi menarik tangan. Selain nonton lagu anak-anak, beberapa film anak-anak yang menurut saya cukup edukatif menjadi pilihan tontonannya. Saya memutarkan film Blue's Clues, Super Why, hingga Pocoyo. Serial Blue's Clues sudah kami tonton semua. Mulai dari sang pemilik Blue bernama Steve hingga beralih ke Joe adiknya di serial itu. Yang paling nyantol di kepalanya Ara adalah kata "think" sambil telunjuk memegang dahi. Itulah kata pertama yang ia ucapkan secara jelas setelah kata Mama dan Ayah. Entah kenapa kata ini yang melekat di kepalanya. Mungkin karena si Steve sangat aktraktif menyanyikan lagu jingle Blue's Clues terlebih dibagian "Sit down in thinking chair. Think, think, think". Ara juga suka bagian ketika surat datang. Dia akan i...

Kamu 9 Bulan dan Kita "Bertengkar"

Kamu 9 bulan. Apa yang kamu bisa? Merayap dengan gesit. Berguling-guling ke sana kemari. Duduk sendiri sekehendakmu. Tempat tidur telah kita preteli. Yang bersisa hanyalah kasur alas tidur kita yang melekat di lantai. Agar kamu bebas berguling dan merayap tanpa perlu khawatir gaya tarik bumi menarikmu. Hobiku adalah membiarkanmu bermain di lantai. Dari kasur turun ke ubin dingin. Sesekali memakai tikar, tapi akhir-akhir ini aku malas melakukannya. Lagian daya jangkaumu lebih luas dari tikar 2 x 2 meter. Kamu masuk hingga ke kolong meja. Tak tahu mencari apa. Tak jarang kamu membenturkan kepalamu. Di ubin atau dimana saja. Kubiarkan. Ukuranku adalah jika tidak membuatmu menangis artinya kamu tidak merasa sakit. Sakit itu ditentukan oleh diri sendiri. Saya hanya tak ingin memanjakanmu dengan mengasihimu untuk sebuah sakit yang bisa kamu hadapi sendiri. Mama keras padamu? Bisa jadi. Kamu mulai banyak keinginan. Mulai memperjuangkan egomu. Menangis jika Khanza merebut mainan dari tanganmu....

Dongeng Kita

Siang ini aku terjaga dari tidur panjangku. Seperti seorang putri tidur yang terbangun ketika bibirnya merasakan hangat bibir sang pangeran. Tapi, aku terjaga bukan karena kecupan. Namun karena aku merasakan indah cintamu di hariku. Mataku tiba-tiba basah. Aku mencari sebab tentang itu. Namun yang kudapati haru akan hadirnya dirimu. Memang bukan dalam realitas, namun pada cinta yang telah menyatu dengan emosi. Kita telah lama tak bersua. Mimpi dan khayal telah menemani keseharianku. Tiap saat ketika aku ingin tertidur lagu nina bobo tidak mampu membuatku terlelap. Hanya bayangmu yang selalu ada diujung memoriku kala kuingin terlelap. Menciptakan imaji-imaji tentangmu. Kadang indah, kadang liar, kadang tak berbentuk. Tapi aku yakin ia adalah dirimu. Menciptakan banyak kisah cinta yang kita lakoni bersama. Aku jadi sang putri dan dirimu sang pangeran itu. Suatu imaji yang indah...