Sebenarnya pengen nulis yang agak berat malam ini. Satu paragraf sudah saya mulai. Kemudian saya sepertinya kelelahan memikiran tulisan yang sedikit agak berat itu. Pengetahuanku terlalu sedikit dan apalah saya yang hanya penggemar film korea ini. Maka dari itu saya hanya akan memosting sedikit review tentang film yang saya tonton siang tadi. Demi untuk memenuhi kebutuhan untuk rajin memposting di blog ini. Mumpung aku lagi rajin.
Film yang berjudul Vanishing Time : The Boy Who Returned adalah film korea tahun 2016. Film ini rekomendasi dari seorang kawan yang menganggap bahwa Film ini masuk dalam 20 film terbaik yang ia tonton tahun lalu. Nah, kalo rekomendasi begini saya pun tertarik menontonnya.
Oke, ceritanya tentang anak perempuan dan teman laki-lakinya. Sang anak perempuan baru pindah ke sebuah pula. Ia harus hidup dengan ayah tirinya setelah ibunya meninggal. Ia ingin pergi jauh dan lepas dari ayahnya. Ia mencurahkan perasaannya lewat blog dan mempercayai bahwa dengan teknik tertentu seseorang bisa secara sadar meninggalkan tubuhnya.
Ia lantas berjumpa dengan seorang anak dari panti asuhan. Mereka berteman dan menjadi dekat. Sampai pada suatu waktu mereka pergi memanjat tebing untuk melihat proses peledakan di sebuah tempat kosntruksi. Bersama dua kawannya yang lain mereka memanjat tebing terjal dan menunggu proses ledakan. Saat menuggu mereka menemukan sebuah gua. Di dalam gua itu terdapat sebuah kolam yang di dasarnya terdapat telur yang bersinar. Mereka penasaran dan menyelam mengambilnya.
Ketika mereka ingin mengetahui isi telur tersebut, sang perempuan kembali masuk ke gua mencari jepitan rambut pemberian ibunya. Ketika ia keluar ia tidak menemukan teman-temannya. Hanya telur yang telah pecah.
Ketiga anak laki-laki itu dinyatakan hilang. Regu pencari dikerahkan. Salah satunya ditemukan tewas. Duanya tetap menghilang. Kemudian seorang pria dewasa mengejar anak perempuan itu. Ternyata lelaki itu adalah kawan masa kecilnya yang bertumbuh dengan cepat. Sang anak perempuan
ketakutan dan tak percaya. Hingga ia membaca buku yang ditinggalkan pria dewasa itu. Buku yang bertuliskan kode-kode yang hanya mereka berdua pahami.
Ternyata yang terjadi adalah ketiga anak laki-laki itu terjebak dalam sebuah dimensi waktu yang begitu cepat. Sehingga seolah-olah waktu yang bergerak disekitar mereka begitu melambat. Seperti di serial the Flash. Sayangnya mereka tetap bertumbuh hingga besar, seementara hidup melambat disekitarnya. Mereka menunggu hingga waktu tertentu untuk kembali ke waktu normal sesuai legenda yang selalu dituturkan.
Film ini menarik. Dari segi cerita sangat tidak biasa. Namun tidak membuat saya cukup kagum. Mungkin karena judulnya yang memang fokus pada anak lelaki yang kembali itu. Saya sih berharapnya lebih banyak petualangan di dunia yang berhenti itu. Sayangnya itu hanya bingkai dari cerita utama.
Film ini mengingatkan saya pada Werewolf Boy. Anak lelaki yang ditolak oleh orang disekitarnya. Saya berharapnya Si cewek masuk juga dalam dunia yang berhenti itu dan saat keluar bisa seumuran dengan temannya, sayangnya ending film ini tidak demikian. Film ini memilih untuk membuat anak laki-laki itu sekali lagi terjebak dalam dunia yang berhenti demi cintanya pada sang perempuan.
Bogor, 4 Januari 2018
Comments
Post a Comment