Skip to main content

Imajinasi Jalan-Jalan


"Pergilah ke Korea. Biar imajinasimu terbayarkan..."kata kakak saya yang baru pulang dari kunjungan keduanya ke Korea. 

Virus jalan-jalan tidak hanya menjangkiti kakak saya. Jalan-jalan menjadi sebuah gaya hidup belakangan ini. Traveling.Traveller menjadi istilah yang begitu keren. Pergi ke suatu tempat (biasanya tempat wisata) kemudian mengunggah di media sosial. Semakin jauh tempat yang kau datangi semakin bisa membuat orang-orang iri. Kalo di Indonesia, bisa berfoto di Gili-Gili di Lombok atau foto berlatar  pulau-pulau piramid di Misol, Raja Ampat menambah derajatmu sebagai seorang traveler. 

Apalagi kalo mengunggah foto luar negeri. Singapura dan Malaysia mungkin tidak lagi begitu keren sebab sangat mudah menjangkaunya. Jika berfoto di Asia timur, atau Eropa, Amerika, Kanada, maka yakinlah orang akan berdecak kagum. Semakin banyak cap di paspor semakin awesome

Gaya hidup jalan-jalan ini pun menjadi jualan yang paling sering saya temukan di koran. Khususnya Kompas, selalu ada rubrik untuk mengajak menjelajah dalam dan luar negeri. Di klasika bertaburan iklan pariwisata. Terus kamu mo apa, Dwi? 
Kamu iri sama orang-orang yang jalan-jalan dan upload-upload foto? Atau kamu pengen jalan-jalan juga. 

Hehehe. Engga. Kembali ke percakapan saya dan kakak saya. "...agar imajinasimu terbayarkan". Saya terdiam lama. Mikir kapan tabungan cukup buat ke Korea. Ga ding. 

Saya merenung. Apa imajinasi saya tentang Korea? Saya baru sadar saya tidak memilikinya sama sekali. Bukan hanya imajinasi tentang Korea, tapi imajinasi jalan-jalan itu sendiri. 

Waktu SD dan tergila-gila dengan Backstreet Boys, saya membayangkan Amerika Serikat. Negara tempat mereka berasal. Saya memandang langit dari jendela kamar saya dan mengkhayalkan seberapa biru langit Amerika. Bagaimana salju itu. Seberapa magis perayaan natal di sana. 

Kemudian saya beruntung menikah dengan suami saya dan diajak hidup di Amerika selama 9 bulan. Bukan di Orlando tempat Backstreet Boys berasal. Hanya di sebuah college town bernama, Athens, Ohio. Namun pengalaman itu cukup memberi kesan kepada saya. Imajinasi masa kecil saya terlunasi. Saya melihat langit yang biru dan matahari hangat kala musim semi menjelang. Saya merasakan dinginnya musim salju yang menyakitkan telinga dan memerahkan hidung. Saya melihat kerlap-kerlip lampu natal dan hangatnya rumah sinterklas. 

Pengalaman tinggal beberapa bulan di Amerika mengubah cara pandang saya melihat suatu tempat atau negara. Tinggal beberapa saat di sebuah tempat memberikan banyak pengetahuan dan pengalaman mengenai daerah itu dan masyarakatnya. Berinteraksi dengan mereka membuat saya mengenal sisi lain yang jauh dari imajinasi saya. Sembilan bulan di Athens menyadarkan saya bahwa tidak semua bule ganteng. Bahkan hanya satu yang benar-benar bisa saya akui kegantengannya. Ternyata ada juga bule yang albino. Kemudian, ga semua bule ramah. Banyak yang suka nyinyir dan tidak menyenangkan  untuk berkawan. Meski itu banyak juga yang akan berhenti sejenak hanya untuk membukakanmu pintu, bertanya "are you okay?" ketika kamu jatuh, atau menawarimu ikut kendaraannya di tengah angin musim dingin yang begitu kencang. 

Pengalaman-pengalaman itu membuat saya mendefinisikan kembali tentang jalan-jalan. Bukan sekedar mencentang sebuah nama tempat yang sudah dipijak oleh kaki, bukan sekadar menambah stempel negara yang aneka rupa di paspor. Atau berfoto di tempat wisata kemudian upload di media sosial.  Tapi lebih dari itu. Jalan-jalan adalah upaya meraup pengalaman dan pengetahuan dari tempat-tempat baru yang dikunjungi. Maka menginap dua malam dan tiga hari mungkin tidak cukup untuk melihat bagaimana cerita kota dan warga yang salinh berinteraksi.

Jalan-jalan kayak gini memerlukan harga yang lebih banyak tapi juga memberi banyak hal. Atau hanya terjadi jikalau kamu kerja di luar negeri atau sekolah di luar negeri. Hahahaa. 

Eniwei, buat saat ini saya tidak punya negara atau tempat yang ingin saya kunjungi. Dulu sempat bermimpi bergondola di Venice, Italia. Tapi mimpi itu pupus setelah guru saya di kelas bahasa Inggris di Ohio University mengatakan bau sungai rada-rada aneh, mirip bau ikan katanya. Atau mungkin saya harus datang langsung kali ya buat ngecek kebenarannya. 

Hmmm... kalo Korea hanya karena saya lagi suka-sukanya pada SongSongCouple. Mungkin saya harus mengunjungi negara "Urk", lokasi dramanya di Korea. Tapi yang bikin saya jatuh cinta sih, pantai di bawah tebing yang punya kapal karam itu. Atau saya ke sana saja. Lokasinya di Yunani. Hahaha. 

Tulisan ini sebenarnya hanyalah pembenaran atas ketidakmampuan secara finansial dan mental untuk jalan-jalan. Jalan-jalan butuh biaya dan saya juga butuh orang yang mengasuh anak saya di saat saya sibuk foto-foto di tempat wisata dan mengunggahnya di instagram. Yang paling memungkinkan untul sekaranv adalah berdoa pada Tuhan kali aja saya dapat tiket gratisan buat jalan-jalan. Aaamiinnn!!!!

Demikianlah dan jangan diambil hati. Tulisan ini hanya mengisi waktu luang karena kehabisan kuota internet buat kepoin kabarnya Song Jong Ki dan Song Hey Kyo. Adios!!!

Bogor, 20 Oktober 2016

Comments

  1. Amiin....semoga doanya terkambulkan mama Ara...jangan lupa oleh2nya kalo pulang jalan2 yaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. doakan ya ummi. nanti saya belikan mie korea. hahahaa

      Delete
  2. Kak.. saya suka tulisanta.. mungkin karena saya anak rumahan kaliya.. jadi jalan-jalan itu masuk di tujuan hidup ke sekian-sekianku, pernah rasa jalan-jalan tapi yang didapat itu capek :|

    ReplyDelete
    Replies
    1. ho oh. maunya jalan2 tapi sebulan tinggalnya di daerah wisata biar nda capek.lol

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

jurnalistik siaran, pindah kost-kostan, dan "capek deh!"

Akhirnya, kembali bisa menyempatkan diri sejenak ke Teras Imaji. Sedikit berbagi kisah lagi dengan diri sendiri. Sekedar untuk sebuah kisah klasik untuk Saraswati dan Timur Angin kelak. Aku tak pernah menyangka bahwa aku bisa bertahan sampai saat ini.meski tugas kuliah menumpuk. Keharusan untuk pindah pondokan. Kewajiban lain yang belum terselesaikan.Problem hati yang menyakitkan. Serta kontrak yang tersetujui karena takut kehilangan peluang meski tubuh ini harus sudah berhenti. Siang tadi (15 nov 06) seharian ngedit tugas siaran radioku. Tak enak rasanya pada teman-teman, memberatkan mereka. menyita waktu yang seharusnya untuk hal lain. Tak enak hati pada Pak Anchu, penjaga jurusan. yang tertahan hanya menunggu kami menyelesaikan tugas itu. Dengan modal suara fals nan cempreng toh aku pun akhirnya harus sedikit PD untuk membuat tugas itu. Meski hanya menguasai program office di komputer, toh aku harus memaksakan belajar cool-edit (yang kata teman-teman yang udah bisa merupakan sesuatu...

Seketika Ke Sukabumi

twit ekspektasi vs twit realita Setelah kelelahan karena hampir seharian di Mal sehabis nonton Dr.Dolittle pada hari rabu, dengan santai saya mencuitkan kalimat di Twitter "karena udah ke mal hari Rabu. Weekend nanti kita berenang saja di kolam dekat rumah”. Sebuah perencanaan akhir pekan yang sehat dan tidak butuh banyak biaya. Saya sudah membayangkan setelah berenang saya melakukan ritual rebahan depan TV yang menayangkan serial Korea sambil tangan skrol-skrol gawai membaca utasan cerita yang ga ada manfaatnya.  Sebuah perencanaan unfaedah yang menggiurkan. Tiba-tiba Kamis malam suami ngajakin ke Taman Safari liat gajah pas akhir pekan. Mau ngasih liat ke Anna yang udah mulai kegirangan liat binatang-binatang aneka rupa. Terlebih lagi sehari sebelumnya kami menonton film Dr.Dolittle yang bercerita tentang dokter yang bisa memahami bahasa hewan. Sekalian  nginap di hotel berfasilitas kolam air panas. Hmmm. Saya agak malas sih. Membayangkan Taman Safari yan...

tentang buku

"...u can buy many book,but u can't buy a knowledge" 081383118xxx pesan itu sampai ke ponselku beberapa saat setelah aku mengeluh pada seseorang tentang buku "detik-detik menentukan" BJ.Habibie yang tak berhasil aku peroleh dari peluncuran bukunya di hotel clarion hari ini. iya mungkin benar...aku terlalu mengharapkan buku yang ditulis mantan presiden ketiga ini.padahal ku punya begitu banyak buku yang bertumpuk di kamar. Belum pernah aku jamah sedikit pun. aku tak tahu beberapa hari terakhir ini aku begitu jauh dari buku. jauh dari para pengarang-pengarang besar dengan segala masterpiece-nya. akuy begitu malas membaca. malas membuka tiap lembar buku tebal itu dan memplototi huruf-hurufnya yang kecil. "tahu tidak...buku bisa membawa kesuatu tempat tanpa kamu harus bergesr se-inci pun" kata-kata itu selalu keluar jka aku mengeluh sedang malas baca buku... entahlah aku begit malas mengetahui tiap isinya. aku hanya terpesona pada banyak tumpukannya di kam...