Skip to main content

Membaca Natisha, Membaca Parakang



"Aja' muacucule ri mangeribie. Na anre ko parakang"

Kalimat di atas  selalu ampuh membubarkan keasyikan para kanak-kanak yang bermain sore di daerah Sulawesi Selatan. Jika matahari mulai tenggelam dan para orang tua pulang dari sawah atau ladang, maka kanak-kanak pun harus turut pulang. Tak boleh bermain lagi kala magrib menjelang. Nanti dimakan Parakang

Parakang adalah satu dari beberapa hantu-hantu bugis yang selalu mampu membuat anak-anak ketakutan. Wujudnya dapat berubah-ubah. Bisa menjadi anjing atau pohon pisang. Mengincar bayi, ibu hamil, dan orang yang sakit. Parakang awet muda dan berparas rupawan. Mereka pun kadang hidup berkecukupan.

Saya tidak pernah melihat makhluk ini secara langsung. Ceritanya pun hanya dari mulut ke mulut. Namun, sebagian masyarakat bugis meyakini bahwa Parakang dan ilmu menjadi parakang benar adanya dan dipraktekkan oleh beberapa orang di daerah-daerah tertentu. 

Khrisna Pabichara mengangkat cerita Parakang ini dalam novel Natisha, Persembahan Terakhir. Awalnya saya tidak tertarik membacanya. Namun ketika suami menceritakan bahwa buku ini bercerita tentang Parakang, maka saya tergerak membacanya. 

Adalah Daeng Tutu, dokter muda dari Jeneponto, yang berencana menikahi pujaan hati, Natisha. Namun sehari sebelum pernikahannya, Natisha melarikan diri. Ia silariang bersama Rangka, yang tak lain adalah kawannya sendiri. 

Daeng Tutu tidak percaya Natisha pergi atas kemauannya sendiri. Ia melakukan pencarian. Perlahan ia menguak tabir rahasia tentang Rangka. Berdasar pada kitab kuno tentang Parakang ia berusaha menemukan Rangka sebelum terlambat. Sebelum Natisha menjadi persembahan terakhir. 

Meski berlatar horor tapi buku ini pun dibumbui kisah cinta. Bercampur dengan petualangan yang menegangkan, buku berhasil membuat saya penasaran hingga halaman akhir. 

Meski saya tidak begitu suka ending dari buku ini, tapi pemilihan ending yang menggantung dan terasa menganjal itu malah membuat rasa buku ini unik. 

Buku ini juga cukup membahas tentang  parakang. Mulai dari kitabnya hingga prosesi persembahan untuk penyempurnaan ilmu. Bagi saya yang hanya tahu parakang sebagai alat untuk menakuti anak kecil, buku ini memberi pengetahuan yang lain tentang parakang.

Jika kamu pernah membaca kumpulan cerpen Gadis Pakkarena karya Khrisna Pabichara, maka beberapa cerpen dalam buku itu dielaborasi lebih lanjut di beberapa bab buku ini.

Selamat membaca. (*)

Bogor, 31 oktober 2016

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tentang Etta

Aku mungkin terlalu sering bercerita tentang ibu. Ketika ia masih hidup hingga ia telah pulang ke tanah kembali aku selalu mampu menceritakannya dengan fasih. Ia mungkin bahasa terindah yang Tuhan titipkan dalam wujud pada tiap manusia. Tapi izinkan kali ini aku bercerita tentang bapak. Pria terdekat yang selalu ada mengisi tiap halaman buku hidupku.Pria yang akrab kusapa dengan panggilan Etta, panggilan ayah pada adat bugis bangsawan. Kami tak begitu dekat. Mungkin karena perbedaan jenis kelamin sehingga kami taklah sedekat seperti hubungan ibu dangan anak perempuannya. Mungkin juga karena ia mendidikku layaknya didikan keluarga bugis kuno yang membuat jarak antara Bapak dan anaknya. Bapak selalu mengambil peran sebagai kepala keluarga. Pemegang keputusan tertinggi dalam keluarga. Berperan mencari nafkah untuk keluarga. Meski Mama dan Ettaku PNS guru, tapi mereka tetap bertani. Menggarap sawah, menanam padi, dan berkebun. Mungkin karena mereka dibesarkan dengan budaya bertani dan ...

Norwegian Wood

Cukup melelahkan membaca Norwegian Wood karya Haruki Murakami. Buku yang telah kulihat wujudnya sejak tahun 2004 baru aku baca di tahun 2013. Saya tidak terlalu akrab dengan karya-karya Haruki Murakami. Buku Norwegian Wood ini adalah karyanya yang pertama saya baca.  Mengapa saya berkata buku ini cukup melelahkan? Karena buku ini bercerita tentang kematian dan sangkut pautnya dengan orang-orang yang ditinggalkan. Bukan kematian yang disebabkan sakit atau tua. Tapi kematian orang-orang muda yang memilih bunuh diri.  Bersetting tahun 1970an di Jepang, sang tokoh utama, Watanabe menceritakan kembali kisahnya. Ia bertemu kembali kekasih almarhum temannya yang memilih mati bunuh diri di usia 17 tahun. Sekalipun tidak akrab mereka selalu bersama. Berkeliling mengitari Tokyo tanpa tujuan. Hingga sang perempuan, Naoko masuk panti rehabilitasi gangguan jiwa. Ia lantas bertemu Midori, perempuan nyentrik yang selalu berkata seenak dia. Perempuan yang selalu jujur mengatakan apapun yang i...

The Intimate Lover

sumber foto : www.amazon.com Apa yang akan kamu lakukan jika bertemu Mr. Rightman sesaat sebelum kamu menikah? Ms. Girl, perempuan yang telah bertunangan bertemu dengan Mr. Boy disuatu hari di dalam lift. Hanya mereka berdua di dalam lift yang meluncur turun dari lantai 20. "Jika tidak ada orang yang bersama kita dilift ini hingga lantai dasar, maka aku akan mentraktirmu minum"kata pria itu. Sayang, sang wanita memilih menginterupsi lift tersebut. Berhenti satu lantai sebelum lantai tujuan mereka dan memilih pergi. Tapi gerak bumi mendekatkan mereka. Tak berselang waktu mereka kembalib bertemu dan saling bercakap. Tak bertukar nama, memilih menjadi orang asing bagi masing-masing. Bertemu, berkenalan, dan melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama. Menyerahkan pada semesta kapan mereka hendak berpisah. Namun, ketika semesta mengharuskan mereka berpisah, dua orang tersebut telah saling jatuh cinta. Seberapa pun mereka berusaha berpisah, hati mereka tetap saling ...