Dear Ara...
Siang tadi kamu sangat ingin keluar rumah. Namun, saya melarangmu. Di luar begitu panas. Listrik mati. Dan teman-temanmu masih istirahat di rumahnya masing-masing.
Kemudian, hujan turun. "Ara berdoa sama Tuhan. Biar hujannya reda pas sore nanti", kataku.
"Tuhan, hujannya berhenti ya kalo Ara mau main. Aamiiinn", doamu.
Kemudian tiba-tiba kamu bertanya, "Tuhan ada dimana?"
"Dimana coba?", tanyaku balik.
"Tuhan ada di angkasa. Di langit. Di awan-awan", jawabmu.
"Jadi kalo naik pesawat liat awan, bisa liat Tuhan dong", kataku lagi.
Kamu cekikikan. "Tuhan ada di planet", jawabmu lagi.
"Tuhan alien dong", kataku lagi.
Kamu tidak bisa menahan tawa. Sepertinya konsep itu cukup kamu mengerti mengingat planet-planet adalah rumah para alien.
Kamu lantas terdiam. Berpikir. "Jadi Tuhan di mana".
"Tuhan ada di hatinya, Ara. Kalo Ara baik, berbahagia, tidak sedih dan marah-marah artinya Tuhan ada di dekat Ara. Kalo suka menangis, marah-marah artinya yang ada di hatinya Ara adalah setan".
Air muka berubah ketika mendengar kata setan. "Karenanya harus jadi anak yang baik. Yang patuh. Biar Tuhan selalu dekat", kataku.
Demikianlah diskusi ketuhanan kita siang itu. Dan Tuhan mengabulkan doamu, hujan reda saat sore dan kamu pergi bermain mamah-mamahan.
Bogor, 20 September 2016
Comments
Post a Comment