Dear Ara...
Sore ini kamu pulang main lebih pagi dari biasanya. Anak-anak masih riuh berlarian di lapangan depan rumah. Masih pukul 5 sore lebih sedikit, kamu menghampiri saya sambil menangis. "Kenapa?", tanyaku. Saya khawatir kamu terluka akibat terjatuh atau seorang kawan bermainmu menyakiti kamu.
"Ara takut. Ara tidak mau mati", jawabmu sambil sesunggukan. "Semua orang akan mati?", tanyamu lagi. Sebuah tema yang cukup berat yang kamu pilih untuk kita diskusikan sore ini.
Saya tertegun sejenak. Tak langsung menjawab pertanyaanmu. Malah bertanya balik, "siapa yang kasi tau?". "Rania sama Naura", jawabmu.
"Anak-anak, trus kakak-kakak, trus jadi nenek trus mati. Ara takut. Ara tidak mau mati", katamu lagi masih menangis.
"Semua orang akan mati? Harus nenek-nenek dulu baru mati? Ara tidak mau tumbuh besar. Ara mau anak-anak saja".
Pertanyaanmu begitu sulit untuk dijawab nak, mengingat usiamu yang begitu muda dan persoalan mati butuh pemahaman yang sangat dewasa.
"Semua yang hidup akan mati, Ara", jawabku.
"Mama juga?"
"Iya"
"Ara tidak mau Mama mati. Ayah juga jangan. Adek juga jangan", jawabmu lagi tambah terisak.
"Kamu harus sehat. Makan sayur. Biar tidak sakit", kataku lagi.
"Kalo sakit mau mati ya", tanyamu.
"Oma disebelah sakit, trus meninggal", kataku.
"Kalo batuk kan sakit. Itu bisa mati?"
"Kalo sakit ya minum obat"
"Kalo minum obat tidak mati?"
"Kalo minum obat bisa sembuh lagi"
"Kalo makan sayur tidak mati?"
"Kalo makan sayur jadi sehat", jawabku.
"Ara takut. Peluk", katamu. "Jangan takut. Mati itu bagian dari hidup. Tumbuhan juga mati. Yang perlu kamu lakukan adalah menjadi orang baik."
"Mama baik gak?", tanyamu. Aduh, pertanyaan ini agak berat nak.
"Mama berusaha baik".
"Tapi mama suka marah-marah terus", jawabmu.
Jiaaahhh. "Maaf ya kalo mama suka marah-marah", kataku.
"Kalo marah-marah, artinya Tuhan ga ada di dekat mama", katamu lagi. Wah, kamu menggunakan penjelasan tentang Tuhan yang mama terangkan padamu tadi siang.
"Ara ga boleh takut sama kematian. Asal Ara rajin sholat, rajin ngaji, dan baik hati, Tuhan bakal sayang sama Ara. Mama juga takut mati".
"Mama akan duluan mati?" Tanyamu lagi.
"Mama ga tau. Tapi mama pengen liat Ara tumbuh besar. Menikah dan punya anak. Liat adek juga tumbuh besar. Mama mau rawat anak-anak kalian. Ara harus berdoa biar panjang umur."
"Apa itu panjang umur?"
"Supaya Ara selalu ulang tahun setiap tahun".
Dan diskusi sore ini berakhir dengan kegundahanmu akan kematian.
Usiamu masih terlalu muda untuk memahami kematian, sayang. Tapi it's okay to be afraid. Semakin kamu bertumbuh semakin kamu mampu memahami kehidupan dan prosesnya.
Bogor, 20 September 2016
Ya Allah tentang hidup mati
ReplyDeleteYa Allah berat sekali :(