Sumber foto di sini |
One need not be a chamber to be
haunted. One need not be a house. The brin has corridors surpassing material
place
-Emily Dickinson-
Satu tahun berlalu sudah. Memasang
jarak pada masa lalu lebih jauh. Seberapa panjang bentang kenangan melangkahkan
kakinya menjauhi sebuah cerita yang lalu? Setiap hari terbangun dengan hitungan
hari yang terasa menjauhkan. Namun cerita itu seperti baru kemarin. Seberapa pun
kuat usaha untuk melupakannya sekuat itu pula usahanya untuk melekat di neuron-neuron otak.
Selalu ada satu nama yang muncul.
Namamu. Ngerewind citra-citra yang iseng diputar oleh sel-sel
otak. The good one. The bad one. Sesukanya. Tapi selalu kamu. Meski samar. Tak
berbentuk tapi selalu kamu.
Di salah satu episode di serial
The Flash membuatku tertegun. Bukan karena ia berlari begitu cepat atau karena
musuh-musuhnya terlalu banyak. Tapi pada satu cuplikan adegan yang drama nan romantis ketika sebuah badai
akan segera menghantam kota, nyawa seseorang dipertaruhkan, dan seorang musuh
yang siap membunuh The Flash. Sebuah petikan dialog ketika sang perempuan yang
menjadi love of life-nya The Flash ga mau meninggalkan The Flash. Yang kira-kira
translatenya kayak gini “ sejak kamu mengutarakan perasaanmu padaku aku tidak
pernah berhenti memikirkanmu. Kenapa aku melakukannya? I realized that the reason I couldn't stop thinking about you was because I didn't want to. Trus The Flash tersenyum dengan hati berbunga-bunga dan bilang "I've never stopped thinking about you”.
Dan berikutnya adegan disensor.
Yang mau aku bilang adalah
ternyata jarak, waktu tak pernah bisa membuat kita berhenti memikirkan
seseorang. Seseorang yang mungkin jauh di belakang bumi yang lain yang ga
buang-buang waktu memikirkan diri kita. Seberapa pun kuatnya niat untuk move
on, yakinlah move on sekalipun, otak-otakmu bersekongkol dengan hatimu mampu
membuatmu tetap mengingatnya.
Seperti kata Emily Dickinson dalam
kutipan di atas, bukan kamar atau rumah yang berhantu. Tapi otak lo yang berhantu.
Di hantui oleh nama-nama yang meski tak kamu doakan untuk kamu lupakan tapi
melupakannya ada sebuah berkah yang sama besarnya.
Dan entah mengapa postingan yang
awalnya cukup melankolis ini tiba-tiba agak arogan dan menuduh lo tak berdaya.
Nah, kembali kembali ke adegan
The Flash tadi, saya tiba-tiba mengambil kesimpulan. Bukan kalimat “ i miss you”
yang bisa bikin kita klepek-klepek kalo orang dari masa lalu datang menyapa.
Tapi ketika ia (mungkin-yang persentase terjadinya 0,0000001 %) berkata “I've never stopped thinking about you”. Welcome to square one. You are failed!!!!
Bogor, 17 September 2015
tema ini eke banget
ReplyDeletejust for you babe
Deletejarak adalah ilusi
ReplyDelete