Buku koleksiku |
Holly Golightly. Perempuan high
class yang selalu dikelilingi pria-pria kalangan jetset. Ia hadir sebagai ratu
pesta, perempuan panggilan, dan aktris bintang muda di industri Hollywood.
Namun tak ada yang mengenalnya latar belakangnya. Satu yang pasti semua pria
dapat dengan mudah tunduk terhadap pesonanya.
Ada seorang pria yang berada
tepat di atas apartemennya. Yang selalu memerhatikannya meski tak mengenalnya
sama sekali. Hingga suatu hari Holly harus
mengetuk jendela dari tangga darurat karena melarikan diri dari seorang pria yang
menunggunya di lantai bawah. Sejak saat itu, ia masuk dalam kehidupan Holly.
Mengenal orang-orang di sekitarnya. Mengenal kucingnya. Hingga mengetahui
sedikt banyak tentang masa lalunya. Ia jatuh cinta pada perempuan cantik dan
mewah itu.
Namun kisah hidup Holly tidak
seglamour penampilannya. Penampilannya elegannya serupa selubung yang
membungkus pribadinya yang rapuh. Sebebas apapun jiwa, di palung terdalam
hatinya ia tetaplah manusia yang mendamba cinta. Ah, dia terlalu cantik dan
juga bodoh.
***
Dari sudut pandang pria di atas
apartemennya, Truman Capote, mengisahkan cerita tentang Holly Golitghtly.
Dibuka dengan cerita tentang kabar akan sang perempuan itu berada di pedalaman
afrika. Kemudian sang pria yang tak pernah diketahui siapa namanya di buku ini,
mengingat dan menceritakan kembali kisah perkenalannya dengan Holly.
Alur cerita terasa lambat, namun
tanpa sadar saat pertengahan buku, saya sebagai pembaca telah begitu banyak
mengetahui tentang kehidupan Holly. Terasa seperti duduk ngopi bersama seorang
yang baru dikenal yang kemudian menceritakan kisah hidup orang yang sama sekali
tidak diketahui. Dan tau-taunya setelah obrolan selesai, kamu sudah bisa
menceritakan utuh tentang kisah tragis kehidupannya.
Buku ini mengingatkan saya pada
cerita Great Gatsby. Sama-sama tipis, namun sama-sama menceritakan satu
kehidupan utuh yang penuh tragedi. Bayangan Audrey Hepburn cukup samar
menggambarkan Holly dalam imajinasiku. Namun, karena saya belum pernah menonton
film Breakfast at Tiffany’s maka saya berhasil membuat imajinasi perempuan
pirang berselera tinggi yang mengalami kegemukan dan aut-autan.
Selesai membaca buku ini saya
tertarik mencari filmnya. Saya pun menerka seberapa banyak orang yang berfoto
di depan toko perhiasan Tiffany sambil memakan croisant.
Bogor, 3 September 2015
Comments
Post a Comment