Skip to main content

Rupa-Rupa Tayangan Televisi


I luv watching tv. Di saat begitu banyaknya riset-riset yang mengatakan bahwa televisi membawa pengaruh yang sangat buruk dan kampanye mematikan televisi marak digalakkan, saya tidak bisa menjauhkan diri dari media komunikasi satu arah ini. Banyak yang mengatakan era televisi sebentar lagi mati mengikuti era radio yang sedang sekarat. Dipengaruhi oleh era internet yang sedemikian mengokupasi sebagai sumber informasi yang lebih cepat dan lebih personal. Buat sayatelevisi tetap memiliki pasarnya sendiri. 

Kita kembali ke awal, saya suka menonton televisi. Sejak kecil ketika MTV masih bisa diakses lewat parabola di rumah. Saya mengenal stasiun CNN, CNBC Asia, hingga stasiun TV Australia. Melalui televisi saya mengetahui tentang luar negeri. Mengingat akses buku-buku bacaan hanya terbatas pada buku-buku perpustakaan sekolah dan guru-guru sekolah yang hanya mengajar sesuai buku pelajaran, maka informasi dari televisi banyak membantu saya mengetahui apa yang terjadi di dunia. Saya paling menyukai berita internasional. Dulu di Indosiar ada satu program berita international yang tayang sebelum saya berangkat sekolah. Saya bela-belain nonton, meskipun agak telat ke sekolah. 

Tayangan televisi jaman saya sekolah lumayan menyenangkan. Saya masih ingat Beyond Believe di Metro TV. Serial Party of Five. Negeri di atas awan. Seven Heaven. Opera Bobo dan Cinderella di TVRI. Law and Order. Popular. Dan beberapa program lainnya yang cukup menyenangkan untuk ditonton. 

Kemudian datang era kegelapan di stasiun televisi Indonesia. Sinetron yang begitu panjang sejak zaman Tersanjung. Berkurangnya serial-serial impor dan diganti dengan sinetron dan reality show. Kemudian tayangan uji nyala cari setan. Terus ajang pencarian bakat. Sinetron-sinetron yang semua scenenya dishoot dengan angle close up yang bikin sakit mata. Sebenarnya memproduksi tayangan sendiri tanpa mengimpor dari luar baik adanya. Tapi ketika tayangan yang diproduksi kualitasnya di bawah rata-rata juga tidak baik. Di masa kelam itu saya tidak suka menonton televisi. Saya sangat jarang menonton televisi.  Memilih-milih stasiun televisi yang menarik. Memilih-milih tayangan hingga paling ekstrim adalah tidak menonton televisi lagi. Saat kuliah saya tidak menonton tivi lagi, karena memang tidak punya tivi*grin*. 

Kemudian saya kembali menyukai menonton televisi ketika sudah menikah dan suami berbaik hati berlangganan penyedia stasiun televisi berbayar. Macam-macam stasiun televisi menjadi pilihan untuk memuaskan gairah menonton saya. 

Tayangan pilihan saya adalah tayangan Fox, Starworld, AXN, Hingga History. Menurut suami pasti pilihan acara-acara yang kutonton tidak masuk akal buatnya. Xixixixi. Suami nda bisa nonton Criminal Minds, Bones, atau serial Sex and The City. Satu-satunya tayangan yang saya suka dan ia juga suka adalah Ancient Aliens di History. Suami sangat suka hal berbau sejarah dan misteri yang menyelubunginya. 

Anak saya pun menonton televisi.  Saya tidak memberikan aturan yang begitu ketat untuk tidak menonton untuknya selama acara televisi yang dia tonton sesuai umurnya. Awal berlanggan tv kabel, dia menyukai baby first tv. Kemudian meningkat ke Disney Junior. Karena sudah bisa tekan remote dan milih sendiri saluran tivinya, dia mulai suka nickelodeon. 

Acara anak-anak ini cukup memberi dampak positif. Kosakata bahasa Inggris Ara bertambah dan dia mulai bisa menggabungkan kata-kata bahasa Inggris menjadi satu kalimat utuh yang benar. Misalnya ketika ia bertanya "What's going on, Mama?". Atau tiba-tiba melihat matahari, dia nyelutuk "The sun is going up". Jiaaah. Sekecil itu udah pake kalimat the sun is going up. Gue waktu SMP baru bisa ngomong the sun is rise. *ditimpukkamus*. 

Selain itu meskipun menonton tivi, saya selalu berusaha menemani dia menonton. Jadi ketika ia bertanya tentang apa yang terjadi, saya wajib menjelaskan hingga dia mengerti. Untuk stasiun Nickelodeon, saya agak membatasi Ara. Karena kartun-kartunnya sudah cukup dewasa. Tapi, dia nda terlalu doyan juga sih. 

Nah, keseringan menonton acara-acara di stasiun tivi luar membuat saya melihat kenyataan yang hampir sama yang terjadi di stasiun tivi Indonesia. Misalnya kesamaan tema acara, cerita-cerita serial yang diangkat. Namun, sekalipun tema, setiap serial film memiliki daya tarik yang berbeda. 

Semisalnya serial detektif. Hampir di semua  stasiun tivi ada serial kayak gini. Mulai dari Fox, AXN, Fox Crime, hingga Lifetime. Menariknya adalah setiap serial memiliki ciri khasnya sendiri. Misalnya Criminal Minds yang menekankan pada bagaimana sebuah kejahatan dan apa latar belakang hingga terjadi. Bones, lebih ke cerita tentang keterlibatan Jeffersonian Lab dengan memecahkan kejahatan melalui tulang korbannya. Perception, tentang Professor skizoprenia yang bekerja sama dengan dektetif, CSI menitiberatkan pada penyelidikan TKP, dan banyak lagi. Meskipun temanya detektif tapi pemirsa khususnya saya pribadi tidak bosan disuguhkan tayangan yang hampir sama. 

Di tivi-tivi berbayar seperti ini pun ada juga semacam film lepas yang dibuat stasiun tivi tersebut. Semacam FTV kalo di Indonesia. Nah kualitasnya beda-beda per film. Ada yang bagus mirip film hollywood tapi ada juga yang mirip FTV Indonesia bahkan lebih buruk lagi. Lifetime yang paling sering menayangkan film lepas kayak gini. Pantau saja di pukul 11 siang waktu Indonesia barat. 

Selain film detektif, saya pun menyukai film komedi dan serial drama. Tapi untuk Empire, saya tidak mengikutinya. Kali ini saya menyukai serial A-Z di Starworld. Mirip How I Met Your Mother, tapi serial komedi satu ini masih relatif baru karena baru tayang di jam primer di Starworld. Saya pun baru menyadari kalo serial Sex and The City itu lucu dan asyik ditonton. Meski nontonnya loncat-loncat berdasarkan yang tayang di tivi, tapi saya menikmatinya. Kalo sedikit lagi saya terobsesi, kayaknya bakal cari DVD bajakannya. 6 musim. Hahaha. 

Apakah saya masih menonton stasiun tivi Indonesia? Hanya jika suami pulang kantor dan segera setelah dia menegur kalo tayangan tivi yang sedang main tidak masuk akal. Hahaha. Masih sering kok nonton berita di stasiun tivi berita. Sesekali kalo salah pencet nonton acara hiburan di tivi lokal. Meski dengan kening mengkerut. Semisalnya sinetron Ganteng-ganteng Serigala yang dijiplak dari film Twilight dan dikembangkan lagi ceritanya hingga makin tidak masuk akal. Ada juga sinetron Rain yang meniru film The Fault in Our Stars. Ceritanya si cewek  sakit terus sambil bawa oksigen gitu. Kemudian adalah lagi sinetron yang entah apa judulnya dijiplak dari serial True Blood. Semuanya ini sinetron di SCTV. Kabarnya di RCTI ada sinetron dengan judul Preman Insyaf yang lumayan bagus untuk ditonton. Yang satu ini saya nda tau pasti, soalnya di tivi berlanggananku nda ada stasiun milik  MNC Group. Xixixi. 

Saran saja buat para pembuat sinetron di Indonesia, kenapa sih harus jiplak cerita dari luar. Tuh, di toko buku begitu banyak novel-novel remaja yang ditulis penulis Indonesia. Kenapa nda angkat cerita dari sana aja. Maksudnya gini loh, kita nda kekurangan orang-orang yang punya ide-ide cerita yang asyik. Ngapain juga harus jiplak cerita dari luar. (*) 

Bogor, 18 Mei 2015


Comments

Popular posts from this blog

Dapat Kiriman Moneygram

Ini adalah pengalaman pertama saya mendapatkan kiriman uang dari luar negeri. Sedikit norak dan kampungan sih. Tapi tak ada salahnya membaginya di sini. Setelah saya googling di internet kurang yang mau berbagi pengalaman tentang transferan luar negerinya. Nah, karena Kak Yusran yang bersekolah di Amerika berniat mengirimi saya uang buat tiket ke Bau-Bau, maka dia akhirnya mengirimkan uang. Dalam bentuk dollar lewat jasa layanan Moneygram yang banyak tersedia di supermarket di Amerika. Moneygram sama seperti Western Union. Tapi Western Union lebih merakyat. Mereka bekerja sama dengan kantor Pegadaian dan kantor pos. Sehingga di kampungku pun ada fasilitas Western Union (tapi saya belum tahu berfungsi atau tidak). Moneygram sendiri setahu saya hanya bekerja sama dengan beberapa bank. Saya belum pernah tahu kalo Moneygram juga sudah bekerja sama dengan kantor pos, meskipun informasi dari teman-teman di twitter mengatakan demikian. Jasa layanan pengiriman uang macam Moneygram dan Western

Misteri Sepatu Menggantung di Kabel Listrik

Sumber : Athens News Sepasang sepatu menggantung lunglai di tiang listrik. kabel listrik tempatnya bergantung kokoh tak ingin melepaskan sepatu itu menghujam bumi. Pertama kali tiba di Athens, saya cukup heran dengan sepatu-sepatu yang tergantung di kabel-kabel listrik itu. Kutanya ke seorang teman bule tapi ia tak memberi jawaban yang memuaskan. Kupikir sepatu-sepatu itu dilempar begitu saja karena sudah dirusak atau tidak dipakai. Atau asumsiku yang lain adalah sepatu itu milih olahragawan yang berhenti dari profesi dan memilh menggantung sepatu. seperti pemain sepakbola. Tapi sepertinya asumsi olahragawan itu tidak benar, karena sepatu-sepatu yang menggantung di tiang listrik cukup mudah ditemukan. Jalan-jalanlah di seputaran Athens dan kau akan mendapati sepatu-sepatu menggantung di tiang listrik.  Uniknya sepatu yang digantung itu hanyalah sepatu-sepatu kets. Fenomena ini disebut Shoefiti dan terjadi diberbagai tempat di Amerika. Nyatanya bukan hanya saya saja yang penasar

June, I Wont Remember

Ada yang ironi membaca judul yang kubuat di atas. Mengapa? Karena dua tahun lalu saya mengumpulkan cerpen-cerpen dan prosaku dalam satu buku yang kuberi judul "June, I Remember".  June, you come. As usual. Once in a year. Setia seperti matahari pagi yang terbit. Sayangnya, Juni kali ini tidak begitu kunantikan. Ada satu, dua dan beberapa alasan kenapa saya tidak begitu senang dengan Juni. Ini hanyalah pendapat pribadi dan hanyalah pada tahun ini.  Kenangan dan ingatan akan bulan juni di masa silam terlalu romantis di kepalaku. Membulat dalam ruang kosong hampa dan beterbangan di sana. Kemudian Juni tahun ini seperti chaos yang meluluhlantakkan  ruang kosong itu. Angan membuyar, debu kenangan mengabut. Namun, sekalipun demikian kenangan-kenangan itu melekat samar di benakku. Karenanya Juni tahun ini datang membawa hawa tak menyenangkan. Saya perlu berlari. Chaos pastinya tak mampu terelakkan namun pergi adalah langkah paling kongkret untuk meminimalisir kesakitan. Maka, Juni,