Skip to main content

Sprei Lembut, Ya Moods




Oke!!! Postingan ini bakal mereview produk. Saya cukup anti mereview produk apalagi buat lomba. Tapi kali ini reviewnya dari hati*eciiieecocwit*. Serius nih, maksudnya bukan karena lomba atau permintaan orang lain dan saya dapat uang -etapi kalo nanti ada yang mau bayar hasil review gue dari produsen sprei ato produk lainnya, gue terima dengan hati ikhlas eh maksudnya dengan hati senang- tapi karena saya puas sama produknya dan saya suka pakenya. 

Kali ini saya akan mereview produk sprei yang saya pake sekarang. Mereknya Moods. Perkenalan saya dengan sprei ini sebenarnya tidak sengaja. Habis pindah kontrakan dari apartemen ke rumah kosong, otomatis bikin saya dan suami beli-beli barang untuk keperluan rumah. Nah, kasur menjadi benda wajib. Yang diikuti oleh spreinya, pasti. 

Sebagaimana para ibu-ibu atau istri-istri kebanyakan produk yang ingin dibeli pengennya yang kualitasnya bagus dan harganya murah. Nah, kombinasi kedua syarat ini cukup susah sih. Karena produk bagus biasanya diikuti harga mahal. Tapi, sebagai ibu rumah tangga yang mulai berpengalaman*eciieeelagi* saya mulai bisa tau bagaimana mencari celah untuk produk mahal dan harga murah. 

Cara saya adalah mengelompokkan produk-produk pada jenjang kualitas sangat bagus, bagus, biasa, dan jelek. Lebih gampang mengklasifikasikannya lewat label harga. Tapi review orang pun perlu ( maka menulis review seperti ini pun ada manfaatnya juga), atau mencoba produknya. Dan ada lagi cara yang lain. 

Untuk urusan sprei ini, saya sudah cukup berpengalaman menggunakan sprei standar biasa. Hahahaha. Kainnya kasar, berbulu, panas, sudah pernah saya rasakan. Kualitas standar pun sudah pernah coba. Yang tidak panas, cukup halus, tidak luntur jika dicuci. Jadi cukup gampang untuk mencari produk berkualitas bagus. Dari harga pun sangat gampang diklasifikasikan yang harga 100ribuan pasti kualitasnya biasa. 200an biasa masuk di kelompok baik. 500an ke atas masuk ke kelompok sangat bagus.

Sebelum pindah saya sempat membeli sprei seharga Rp.150rb. Masuk ke kelompok biasa tapi juga tidak biasa banget. Sayangnya kain setelah dicuci jadinya tipis dan warna luntur. Tinggi spreinya juga cukup rendah. Jadinya kalo gerak-gerak sedikit kain spreinya tidak rapi.  Pernah juga membeli sprei harga 200an, kainnya bagus, nda luntur, tinggi pas, tapi nda lembut banget. 

Dan saya pun bertemu Moods di Giant. Iseng saya menyentuh kainnya, sangat halus. Produk  impor (iseng saya search di google produk ini, yang ada masuk ke toko online luar negeri dengan harga tiga digit angka bermata uang $). Produk ini memiliki kerapatan benang yang tinggi-entah maksudnya apa- mungkin kalo semakin rapat kainnya makin halus. Harga setiap spreinya dipatok 800ribuan untuk ukuran king. Paling murah 600an untuk ukuran kecil. Nah cara yang lain yang saya maksud untuk mendapatkan barang bagus harga murah. DISKON. Ya, karena diskon inilah saya membeli sprei Moods. Dari harga 800anribu saya mendapat harga 269ribu saja. Sangat murah untuk ukuran king. Murah untuk ukuran impor ( meski sebenarnya, saya berusaha menghindari barang impor. Tapi kalo kualitasnya bagus begini, jadi galau kalo nda beli #eh).  Dengan merayu suami akhirnya,sprei itu saya bawa pulang ke rumah. 

Pas dipasang di rumah  ternyata pada ujung lebar sprei dijahit karet sekelilingnya. Jadi spreinya benar-benar terpasang dengan baik meski lusuh-lusuh di atas ranjang. Tingginya pun pas untuk tempat tidur 30 cm. Ada dua sarung bantal dan dua sarung guling. Lebar dan panjangnya sesuai dengan bantal dakron yang ada di supermarket. 

Karena kemarin, sempat dapat dua guling dakron seharga Rp. 70.000 jadinya urusan tempat tidur begitu memuaskan. Suamiku pun suka sprei ini. Meski dia tidak mau bilang sih. Soalnya sprei yang satu suka berantakan kalo dipake. Kurang bantal kepala saja. Nunggu ada promo 70ribu dapat dua lagi. 

Nah, kemarin waktu ke Giant, iseng cari-cari sprei Moods lagi. Masih didiskon sih cuma harganya setelah didiskon jadi 350an. Ah, mahal :D. Semoga diskon lagi sampe harga 200ribu.*aaaamiiiinnn*. 

Nah, sekian postingan review kali ini. Kalo ada yang butuh direview produknya silakan mengontak saya. Saya nda perlu dibayar soalnya reviewnya penuh kejujuran. Ya ini sudah lebay. Bye...(*)

Bogor, 3 November 2014

Comments

  1. hai mbak.. aku kemarin abis dari Hypermart liat sprei merk Moods ini tertarik juga.. mau tanya review nya dong mbak setelah sekian lama dipake apa masib bagus? brudul2 ga? makasih yaa ^^

    ReplyDelete
  2. Gk berudul mba ttp bagus. Maap ikut nimbrung soale sy jg udh kepatok ama moods hehe dr jaman kuliah 120*200 sampai yg skrg ada baby jd 180*200 ttp ini plg nyman drpd yg katun biasa gerah n gatel. Bayi aja suka mba

    ReplyDelete
  3. Gk berudul mba ttp bagus. Maap ikut nimbrung soale sy jg udh kepatok ama moods hehe dr jaman kuliah 120*200 sampai yg skrg ada baby jd 180*200 ttp ini plg nyman drpd yg katun biasa gerah n gatel. Bayi aja suka mba

    ReplyDelete
  4. Gk berudul mba ttp bagus. Maap ikut nimbrung soale sy jg udh kepatok ama moods hehe dr jaman kuliah 120*200 sampai yg skrg ada baby jd 180*200 ttp ini plg nyman drpd yg katun biasa gerah n gatel. Bayi aja suka mba

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tips Memilih Majalah Anak Untuk Buah Hati

Menanamkan hobby membaca pada anak perlu dilakukan sejak dini. Kebiasaan membaca haruslah dimulai dari orang tua. Memberi akses pada buku-buku bacaannya salah satu langkah penting. Namun, membacakan cerita dan mendapatkan perhatian anak-anak merupakan tantangan tersendiri.  Ara dan Buku Bacaannya Saya mengalaminya sendiri. Ara (3 tahun) cukup gampang untuk bosan. Memintanya fokus mendengarkan kala saya membacakannya buku cukup susah. Pada waktu-waktu tertentu ketika dia menemukan buku yang menarik perhatiannya, dia dengan sukarela memintaku mengulangnya berkali-kali. Namun, ketika saya membacakannya buku yang tidak menarik minatnya, dia memilih bermain atau sibuk bercerita sampai saya berhenti membaca. Untuk menarik minatnya akan buku, setiap kali ke toko buku saya membiarkannya memilih buku apa yang ingin dia beli. Kebanyakan pilihannya ada buku cerita dengan karakter favoritnya, Hello Kitty. Untuk buku anak- anak pilihanku, syaratnya adalah ceritanya pendek, kalimatnya mudah ia paham

Tentang Etta

Aku mungkin terlalu sering bercerita tentang ibu. Ketika ia masih hidup hingga ia telah pulang ke tanah kembali aku selalu mampu menceritakannya dengan fasih. Ia mungkin bahasa terindah yang Tuhan titipkan dalam wujud pada tiap manusia. Tapi izinkan kali ini aku bercerita tentang bapak. Pria terdekat yang selalu ada mengisi tiap halaman buku hidupku.Pria yang akrab kusapa dengan panggilan Etta, panggilan ayah pada adat bugis bangsawan. Kami tak begitu dekat. Mungkin karena perbedaan jenis kelamin sehingga kami taklah sedekat seperti hubungan ibu dangan anak perempuannya. Mungkin juga karena ia mendidikku layaknya didikan keluarga bugis kuno yang membuat jarak antara Bapak dan anaknya. Bapak selalu mengambil peran sebagai kepala keluarga. Pemegang keputusan tertinggi dalam keluarga. Berperan mencari nafkah untuk keluarga. Meski Mama dan Ettaku PNS guru, tapi mereka tetap bertani. Menggarap sawah, menanam padi, dan berkebun. Mungkin karena mereka dibesarkan dengan budaya bertani dan

Misteri Sepatu Menggantung di Kabel Listrik

Sumber : Athens News Sepasang sepatu menggantung lunglai di tiang listrik. kabel listrik tempatnya bergantung kokoh tak ingin melepaskan sepatu itu menghujam bumi. Pertama kali tiba di Athens, saya cukup heran dengan sepatu-sepatu yang tergantung di kabel-kabel listrik itu. Kutanya ke seorang teman bule tapi ia tak memberi jawaban yang memuaskan. Kupikir sepatu-sepatu itu dilempar begitu saja karena sudah dirusak atau tidak dipakai. Atau asumsiku yang lain adalah sepatu itu milih olahragawan yang berhenti dari profesi dan memilh menggantung sepatu. seperti pemain sepakbola. Tapi sepertinya asumsi olahragawan itu tidak benar, karena sepatu-sepatu yang menggantung di tiang listrik cukup mudah ditemukan. Jalan-jalanlah di seputaran Athens dan kau akan mendapati sepatu-sepatu menggantung di tiang listrik.  Uniknya sepatu yang digantung itu hanyalah sepatu-sepatu kets. Fenomena ini disebut Shoefiti dan terjadi diberbagai tempat di Amerika. Nyatanya bukan hanya saya saja yang penasar