Skip to main content

I Can Swim, Yeeeeiiii!!!!!

      View kolam renang apartemen

Kemampuan berenang adalah kemampuan yang ingin saya kuasai tapi agak mustahil rasanya. Setiap ke laut atau ke kolam renang rasanya minder cuma bisa liatin orang yang bisa berenang. Kesannya elegan dan sportif. Apalagi kalo berenangnya ala-ala atlet lengkap dengan baju renang mengkilap dan ketat serta pake sunblock. Saya cuma bisa menatap iri. 

Rekam jejak berenang saya adalah pengairan depan rumahku di kampung yang airnya kadang dalam kadang dangkal tergantung curah hujan dan pembagian jatah air untuk kebutuhan air persawahan di Bengo. Jadi riwayat belajar berenang tidak pernah di kolam sungguhan dengan kedalaman yang cukup untuk belajar ngapung. Yang ada hanyalah berendam di kolam kamar mandi sambil gosok lantainya. Oke! Biasa kita sebut mencuci bak. Beberapa kali wisata ke laut dan kolam renang. Cuma bisa berendam sambil menjejakkan kaki di dasar. Nda pernah benar-benar berenang. 

Ketika mulai tinggal di Baubau, saya pun mulai senang main di laut sambil belajar berenang. Tapi tiap kali belajar sama suami, pasti ujung-ujungnya lucu. Padahal ternyata berenang butuh konsetrasi tinggi. Konsekuensi main di laut ya kulit menghitam. Kalo orang-orang bule, kena sunburn itu tetap keliatan keren, nah gue, jemur dikit sudah kayak zebra. Yang tertutupi baju kulitnya putih. Yang nda jadinya gosong. 

Awal Juli lalu kami bermukim di Depok. Tepatnya di Margonda Residence. Sebuah kompleks apartemen yang memberikan fasilitas kolam renang. Wah, kesempatan untuk belajar renang tanpa harus mengeluarkan biaya. Cukup bangun pagi terus nyemplung di kolam renang. Kolamnya agak kecil tapi untuk belajar renang sangatlah memungkinkan. Awalnya, saya belajar dari suami. Tapi karena itu tadi, kalo sama suami sukanya ketawa jadinya saya bertekad belajar sendiri.
          Ara dan Pelampung Elephant

Awalnya terasa sangat kaku. Kunci dari berenang adalah menggerakkan kaki dan tangan. Kalo udah bergerak semua dijamin nda tenggelam. Tapi gimana caranya? Tiap kaki nda berpijak di lantai kolam rasanya mau tenggelam. Menggerakkan kaki di kolam renang memanglah sangat membingungkan. Kalo jalan di darat lebih gampang karena nda ada air yang menghalangi maka orang awam berenang seperti saya merasa menggerakkan kaki di air cukup susah. Apalagi disertai menggerakkan tangan. Butuh beberapa hari untuk melatih kekakuan. Butuh beberapa hari pula untuk maju semeter dua meter. Belum lagi nafas yang ngos-ngosan karena ternyata berenang itu melelahkan. 

Saya nda berani berenang sesuai panjang kolam. Pertama karena terlalu panjang, kedua karena semakin dalam ke ujung sebelahnya. Jadi tolak ukur bisa majunya adalah seberapa jauh bergerak sesuai lebar kolam tanpa menjejakkan kaki di tanah. Latihannya saya lakukan beberapa hari dalam seminggu. Kalo suami sudah berangkat ngantor, maka saya dan Ara pun berangkat ke kolam renang. Kolam renangnya cukup sepi. Kadang cuma saya dan Ara saja yang berenang. Pernah sekali ketemu cowok korea yang berdada bidang, berkulit putih, trus sudah profesional berenangnya. Saya jadi keder belajar berenang. Dia sudah pintar renang kayak gitu, kulitnya masih tetap putih. Saya yang baru berapa hai belajar renang, udah item banget. Jadi sebenarnya gue risih karena dia pintar berenang dan tetap putih. hahahaa. Untunglah tidak pernah ketemu lagi dengan dia. Kadang iseng pake pelampung gajahnya Ara untuk sekedar ngambang kalo malas berenang. Sekali lagi kalo nda ada yang nemenin berenang ya. Jadinya saya nda malu-malu berenang pake bebek-bebek. Satpamnya udah hapal banget muka saya tiap datang berenang. Curiga cuma saya yang pelanggan tetap kolam renang. 

Ternyata latihan yang meski sebentar karena kadang diinterupsi oleh Ara yang juga mau ditemani buat main-main air mendapat kemajuan. Saya sudah bisa berenang hingga 3/4 lebar kolam renang. Terus lama-lama sudah bisa berenang dari ujung ke ujung lebar kolam renang. Setelah mendapat evaluasi dari suami, saya dinyatakan bisa berenang. Horreeee!!!!!

Tapi Ternyata Perjalanan Masih Panjang....

                 I got tanned :'(

Pas dapat penilaian dari suami, iseng dia bertanya, coba berenang gaya kupu-kupu. Nah, itu gaya gimana? Itu yang dua tangan naik trus kepalanya turun. Hmmm...belum bisa. Kalo gaya bebas? Itu yang tangannya ganti-gantian. Nah, itu yang paling sering dipelombakan. Kalo gaya berenangku namanya apa?, tanyaku. Itu ya berenang. Nda diperlombakan. Namanya gaya anjing. Jiiiaaaaahhhhh!!!! Ternyata gue baru kuasai dasarnya. Padahal, tadinya udah bangga banget bisa berenang. Udah berasa atlet pro. Ternyata jalan panjang untuk gaya-gayaan masih jauh pemirsa. Pas suami ngomong kayak gitu tadi, saya mikir "beginilah pengalaman yang melumpuhkan. Mengetahui kenyataan masih jauh untuk menjadi perenang profesional. Untung saya udah ibu-ibu kayak gini, coba kalo masih seperti Ara, mimpi jadi atlet renang segera dikubur.

At least, kalo dibandingi sama anak-anak mahasiswa yang sekolam kemarin yang satunya masih belajar berenang, saya sudah bisalah berbangga diri menguasai ilmu ngapung. Nda malu-malu lagi kalo se kolam sama makhluk putih asal korea itu. Tapi mungkin saya akan jaga jarak berenang sama doski, soalnya dia udah kayak atlet aja neh. Kalah jauh dari gaya renang anjing saya. Tapi ini sudah bisa jadi model buat snorkling di laut. But, i'm not the only one loh yang belajar renang di usia bangkotan kayak gini. Si Brandon Bass pemain basket Boston Celtics juga baru belajar berenang pas 28 tahun. Tidak ada kata terlambat untuk berenang. 
     Tak ada kata terlambat untuk swim

Setelah menguasai kemampuan renang terbitlah kulit-kulit hitam yang butuh waktu lama buat kembali ke warna sawo matang. Ara pun juga ikut-ikutan menghitam. Padahal saya sudah jatuh cinta sama berenang. Udah kayak anak Poseidon yang lengket sama air. Mungkin kepindahan lusa bisa disebut sebagai kabar baik untuk kulit saya agar memutih kembali. Tapi juga kabar buruk buat hobi yang baru tumbuh ini.(*)

Depok, 29 Agustus 2014

Comments

Popular posts from this blog

Misteri Sepatu Menggantung di Kabel Listrik

Sumber : Athens News Sepasang sepatu menggantung lunglai di tiang listrik. kabel listrik tempatnya bergantung kokoh tak ingin melepaskan sepatu itu menghujam bumi. Pertama kali tiba di Athens, saya cukup heran dengan sepatu-sepatu yang tergantung di kabel-kabel listrik itu. Kutanya ke seorang teman bule tapi ia tak memberi jawaban yang memuaskan. Kupikir sepatu-sepatu itu dilempar begitu saja karena sudah dirusak atau tidak dipakai. Atau asumsiku yang lain adalah sepatu itu milih olahragawan yang berhenti dari profesi dan memilh menggantung sepatu. seperti pemain sepakbola. Tapi sepertinya asumsi olahragawan itu tidak benar, karena sepatu-sepatu yang menggantung di tiang listrik cukup mudah ditemukan. Jalan-jalanlah di seputaran Athens dan kau akan mendapati sepatu-sepatu menggantung di tiang listrik.  Uniknya sepatu yang digantung itu hanyalah sepatu-sepatu kets. Fenomena ini disebut Shoefiti dan terjadi diberbagai tempat di Amerika. Nyatanya bukan hanya saya saja yang penasar

Mencintaimu

Aku terbangun pagi ini. Masih begitu pagi. Aku menghimpun jiwaku. Aku mengumpulkan cinta di hatiku. Kutemukan begitu banyak cinta untukmu. Aku mencintaimu.aku mencintaimu.aku mencintaimu. Bahagia bisa memilikimu. Bahagia bisa menjadi tempat kembali saat kau butuh. Bahagia bisa menjadi rumah yang hangat untukmu. Aku menemukan ceceran cerita dalam lembar-lembar catatan harianku. Yang lain dating dan pergi. Tapi dirimu selalu ada. Selalu menemani. Tempatku menangis. Tempatku merajuk. Dan tempatku bermanja dan berbagi bahagia. Aku telah membangun rumah dihatimu. Kesana lah aku pulang. Tiga hari ini kurasakan bahwa kita telah menjadi sebuah ikatan yang menyatu. Tiap tindakan haruslah berdasarkan pertimbangamu. Aku harus belajar mengalah dan tak egois. Mendengarkan penilaianmu dan tak egois ketika kita tak bersepakat. Sayap kita adalah telah menyatu. Dan kita akan terbang bersama. Aku mencintaimu, aku mencintaimu, aku mencintaimu….Sangat. Hei, pagi ini aku mendengar Air Supply. Semua laguny

babel

Sebenarnya tak ada planing untuk menonton film. hanya karena kemarin arya dan kawan-kawan ke TO nonton dan tidak mengajakku. Dan kemudian menceritakan film 300 yang ditontonnya. Terlepas dari itu, sudah lama aku tak pernah ke bioskop. Terkahir mungkin sam kyusran nonton denias 2 november tahun lalu. (waa…lumayan lama). Dan juga sudah lama tak pernah betul-betul jalan sama azmi dan spice yang lain J Sebenarnya banyak halangan yang membuat kaimi hampir tak jadi nonton. Kesal sama k riza, demo yang membuat mobil harus mutar sampe film 300 yang ingin ditonton saudah tidak ada lagi di sepanduk depan mall ratu indah. Nagabonar jadi dua, TMNT, babel, dan blood diamond menjadi pilihan. Agak ragu juga mo nonton yang mana pasalnya selera film kami rata-rata berbeda. Awalnya kami hampir pisah studio. Aku dan echy mo nonton babel atas pertimbangan sudah lama memang pengen nonton. (sebenarnya film ini udah lama aku tunggu, tapi kemudian gaungnya pun di ganti oleh nagabonar dan 300). Serta pem