Apakah realistis itu?
Takluk pada kenyataan yang ada di depan mata, atau menyerah dan manut pada arah hidup yang ada di depan kita.
Andrea hirata punya definisi sendiri realistis adalah berbuat terbaik di titik kita berpijak.
Aku hanya ingin berbagi kisah tentang realistis yang aku lihat, rasakan, dan aku nilai.
Duniaku adalah dunia yang indah. Teman-teman yang menyenangkan, tapi tak jarang membuat kesal dan dongkol dalam hati. Tapi aku selalu menganggapnya sebagai asam manis sebuah dunia. Lingkunganku adalah lingkungan yang berjalan sama seperti tiap hari. Mengerjakan pekerjaan yang sama, persoalan yang sama, dan juga berkas-berkas yang sama. Bekerja dengan teliti, mengfile-ing data-data dan kertas-kertas yang akan di audit dan dikomentari banyak2 oleh tim audit.
Aku mulai terlena dengan rutinitas kerja ini. Buaian benda-benda yang menyilaukan mata dan ragam kebutuhan yang mulai menyita hati, mata, dan otak.
Aku mulai samar dengan mimpi-mimpi dalam list mimpiku. Aku mulai nyaman terhadap kursi, komputer, dan ruang berAC. Aku mulai tak ingin berjuang di bawah terik matahari, berpanas-panas, dan tak tentu arah.
Tapi sisi hatiku yang lain ingin merasakan kegembiraan meraih cita-cita itu. Terbebas dari kekangan waktu datang dan pergi. Terbebas dari berkas-berkas yang harus segera dipenuhi dan tekanan kerja yang selalu membuatku panas dingin.
Entahlah...hanya saja mimpi itu kadang datang dan pergi. Menghantui tidur dan terjagaku.
Aku ingin terus mencari jejak mimpiku. Aku tak ingin menjadi kutu-kutu dalam bulu-bulu kelinci yang nyaman. Aku ingin seperti elang yang bisa terbang kemanapun. Melihat matahari terbenam dengan mataku kepalauk sendiri. Merasakan dingin air terjun di kaki gunung tertinggi di dunia. Dan melihat matahari merangkak perlahan di ujung dunia.
Aku ingin itu....aku tak ingin terjebak di sini. Dalam ruang nyaman dan mengubur mimpiku rapat-rapat. Dan hanya mampu mewariskan mimpi itu pada anak-anakku kelak.
Takluk pada kenyataan yang ada di depan mata, atau menyerah dan manut pada arah hidup yang ada di depan kita.
Andrea hirata punya definisi sendiri realistis adalah berbuat terbaik di titik kita berpijak.
Aku hanya ingin berbagi kisah tentang realistis yang aku lihat, rasakan, dan aku nilai.
Duniaku adalah dunia yang indah. Teman-teman yang menyenangkan, tapi tak jarang membuat kesal dan dongkol dalam hati. Tapi aku selalu menganggapnya sebagai asam manis sebuah dunia. Lingkunganku adalah lingkungan yang berjalan sama seperti tiap hari. Mengerjakan pekerjaan yang sama, persoalan yang sama, dan juga berkas-berkas yang sama. Bekerja dengan teliti, mengfile-ing data-data dan kertas-kertas yang akan di audit dan dikomentari banyak2 oleh tim audit.
Aku mulai terlena dengan rutinitas kerja ini. Buaian benda-benda yang menyilaukan mata dan ragam kebutuhan yang mulai menyita hati, mata, dan otak.
Aku mulai samar dengan mimpi-mimpi dalam list mimpiku. Aku mulai nyaman terhadap kursi, komputer, dan ruang berAC. Aku mulai tak ingin berjuang di bawah terik matahari, berpanas-panas, dan tak tentu arah.
Tapi sisi hatiku yang lain ingin merasakan kegembiraan meraih cita-cita itu. Terbebas dari kekangan waktu datang dan pergi. Terbebas dari berkas-berkas yang harus segera dipenuhi dan tekanan kerja yang selalu membuatku panas dingin.
Entahlah...hanya saja mimpi itu kadang datang dan pergi. Menghantui tidur dan terjagaku.
Aku ingin terus mencari jejak mimpiku. Aku tak ingin menjadi kutu-kutu dalam bulu-bulu kelinci yang nyaman. Aku ingin seperti elang yang bisa terbang kemanapun. Melihat matahari terbenam dengan mataku kepalauk sendiri. Merasakan dingin air terjun di kaki gunung tertinggi di dunia. Dan melihat matahari merangkak perlahan di ujung dunia.
Aku ingin itu....aku tak ingin terjebak di sini. Dalam ruang nyaman dan mengubur mimpiku rapat-rapat. Dan hanya mampu mewariskan mimpi itu pada anak-anakku kelak.
Like it ;)
ReplyDelete