Skip to main content

Drama Gigi Susu Episode 2

Before and after


Udah kayak tradisi aja nih gigi tetap Ara cepat banget tumbuh sementara gigi susu masih berdiri kokoh. Saya yang sampai gemes liatin tuh gigi tumbuh dari depan. Sebelumnya gigi dua tetap yang lain tumbuh di belakang gigi susu, jadi ga ganggu pandangan saya sampai dia benar-benar keluar dari gusi. Nah yang ini tiap hari saya liatin. Macam makhluk yang mo keluar dari gusi Ara. Gemesnya sampai kebawa mimpi. 

Kemudian seingat saya jadwal Imunisasi di Puskesmas, Selasa dan Jumat. Maka tadi pagi dengan semangat emak-emak "setrong", saya bareng Ara dan Anna naik ojek ke puskesmas jam 7 pagi demi nomor antrian lebih awal. Sampai di sana dapat nomor antri 1 buat KIA dan 6 untuk gigi. Tapi sepertinya ada yang salah. Ibu-ibu dengan anak bayi ga ada yang ngantri. Cek pericek imunisasi cuma pas hari selasa. Ya, at least misi cabut gigi bisa tetap berjalan.

 Jauh-jauh hari saya sudah ngasih tau ke Ara kalo giginya harus dicabut dan itu harus pake suntik. "oke", katanya mantap. Tanpa keraguan. Maka saya pun dengan pede membawanya ke puskesmas hari ini. Setelah sejam menunggu sampai poli di buka, akhirnya nama Ara dipanggil. Ia duduk di kursi pasien dengan lampu menyorot di mulutnya.
 "Wah, ini harus dicabut", kata dokter sekali liat.
 "Disuntik ya karena masih keras", katanya lagi. 
Dan tiba-tiba...jenjeng...Ara mengkerut ga mau buka mulut dan menangis.
 Huuaahuuaahuuaaa....emaknya panik. Masa harus pulang? Udah sampai disini nih perjuangan gue. 

Dokternya bujuk Ara. Disuntik ga sakit kok. Nanti rasanya ilang. Biar ga sakit. Disuntik di depan sama di belakang. Ara tetap ga mau. Saya sampai harus memelas-melas sama Ara biar dia rela disuntik. Sampai dokternya bilang, dibujuk aja dulu kalo mau boleh masuk lagi. Keluarlah kami. 

Saya kemudian membujuk Ara yang entah kenapa kalo di luar ruang praktek malah yakin untuk disuntik. Terus pas masuk lagi, dia udah hampir nangis lagi. Sampai dibujuk makan eskrim seliter. Akhirnya dia mau buka mulut. Kemudian jarum injeksi menusuk di gusinya. Dia menangis. Hampir mengamuk. Udah teriak sakit. 

Untung dokternya sabar dan bisa nenangin. Pas mau disuntik kedua, dia udah ga mau. Udah mengkerut sambil membelakangi dokternya. Dokternya nyerah. Dia ngasih saran pake bius semprot aja. Ara udah tutup hidung. Perawat gigi udah berdiri di belakang Ara siap pegang kepalanya. Kemudian, sang dokter melancarkan serangan mencabut gigi. Giginya ga mau kecabut. Ditarik lebih keras lagi, Ara gigit dokternya. Hahahaha. Saya jadi ga enak sama dokternya.

 Akhirnya setelah drama gigit itu si gigi susu bisa dicabut. Dokter giginya udah buang tuh gigi ke gelas-gelas kapasnya, eh Ara nangis minta giginya diambil. Terpaksa sang perawat ngubek-ngubek lagi gelas yang penuh kapas dan gigi pasien sebelumnya. Saya jadi ga enak hati sama dokternya. Dan sepertinya drama gigi susu ini bakal masih panjang. Gigi yang sebelah udah nonjol juga pengen dicabut. Sepertinya, kunjungan berikutnya saya harus bawa kue buat ibu dokternya. Semoga ini ga dianggap gratifikasi. 

Bogor, 9 Maret 2018


Comments

Popular posts from this blog

Dongeng Kita

Siang ini aku terjaga dari tidur panjangku. Seperti seorang putri tidur yang terbangun ketika bibirnya merasakan hangat bibir sang pangeran. Tapi, aku terjaga bukan karena kecupan. Namun karena aku merasakan indah cintamu di hariku. Mataku tiba-tiba basah. Aku mencari sebab tentang itu. Namun yang kudapati haru akan hadirnya dirimu. Memang bukan dalam realitas, namun pada cinta yang telah menyatu dengan emosi. Kita telah lama tak bersua. Mimpi dan khayal telah menemani keseharianku. Tiap saat ketika aku ingin tertidur lagu nina bobo tidak mampu membuatku terlelap. Hanya bayangmu yang selalu ada diujung memoriku kala kuingin terlelap. Menciptakan imaji-imaji tentangmu. Kadang indah, kadang liar, kadang tak berbentuk. Tapi aku yakin ia adalah dirimu. Menciptakan banyak kisah cinta yang kita lakoni bersama. Aku jadi sang putri dan dirimu sang pangeran itu. Suatu imaji yang indah...

jurnalistik siaran, pindah kost-kostan, dan "capek deh!"

Akhirnya, kembali bisa menyempatkan diri sejenak ke Teras Imaji. Sedikit berbagi kisah lagi dengan diri sendiri. Sekedar untuk sebuah kisah klasik untuk Saraswati dan Timur Angin kelak. Aku tak pernah menyangka bahwa aku bisa bertahan sampai saat ini.meski tugas kuliah menumpuk. Keharusan untuk pindah pondokan. Kewajiban lain yang belum terselesaikan.Problem hati yang menyakitkan. Serta kontrak yang tersetujui karena takut kehilangan peluang meski tubuh ini harus sudah berhenti. Siang tadi (15 nov 06) seharian ngedit tugas siaran radioku. Tak enak rasanya pada teman-teman, memberatkan mereka. menyita waktu yang seharusnya untuk hal lain. Tak enak hati pada Pak Anchu, penjaga jurusan. yang tertahan hanya menunggu kami menyelesaikan tugas itu. Dengan modal suara fals nan cempreng toh aku pun akhirnya harus sedikit PD untuk membuat tugas itu. Meski hanya menguasai program office di komputer, toh aku harus memaksakan belajar cool-edit (yang kata teman-teman yang udah bisa merupakan sesuatu...

babel

Sebenarnya tak ada planing untuk menonton film. hanya karena kemarin arya dan kawan-kawan ke TO nonton dan tidak mengajakku. Dan kemudian menceritakan film 300 yang ditontonnya. Terlepas dari itu, sudah lama aku tak pernah ke bioskop. Terkahir mungkin sam kyusran nonton denias 2 november tahun lalu. (waa…lumayan lama). Dan juga sudah lama tak pernah betul-betul jalan sama azmi dan spice yang lain J Sebenarnya banyak halangan yang membuat kaimi hampir tak jadi nonton. Kesal sama k riza, demo yang membuat mobil harus mutar sampe film 300 yang ingin ditonton saudah tidak ada lagi di sepanduk depan mall ratu indah. Nagabonar jadi dua, TMNT, babel, dan blood diamond menjadi pilihan. Agak ragu juga mo nonton yang mana pasalnya selera film kami rata-rata berbeda. Awalnya kami hampir pisah studio. Aku dan echy mo nonton babel atas pertimbangan sudah lama memang pengen nonton. (sebenarnya film ini udah lama aku tunggu, tapi kemudian gaungnya pun di ganti oleh nagabonar dan 300). Serta pem...