Skip to main content

Waxing Is Torture


Karena tuntutan zaman kekinian yang membuat standar bahwa halus itu indah, maka saya membeli waxing. Hahaha. Oke, keliatan lucu tapi bener gue beli waxing. Saya agak nda setuju sih sama standar kehalusan masuk pada kategori indah, some things roughly beautiful. Saya lebih ke paham yang rapi itu indah. Hehehe. 

Mencabuti semua bulu dari tubuh juga bukan gaya hidup yang mesti dilakukan. Sependek ingatan saya cuma sekali pernah nyukurin semua bulu kuduk itu pun karena coba produk pasaran. 

Nah, nge-wax kali ini pun disponsori oleh rasa penasaran terhadap sebuah produk Wax. Namanya Sugarpot wax. Cara kerjanya mirip dengan nge-wax di salon kecantikan. (Hmmm...gue ga pernah sih coba waxing di salon, tapi mirip-mirip itu lah). Satu kemasan berupa pot kecil dilengkapi dengan spatula dan kain washable. 

Caranya gampang, olesin wax kebagian  bulu  yang ingin dihilangkan, kemudian lapisi dengan kain. Biarkan selama 10 detik kemudian tarik berlawanan arah tumbuh bulu. 

Petunjuknya  sih kelihatan gampang dan bisa bikin mengebayangi seberapa halus kulit kita. Tapi tunggu dulu. Kenyataan berkata lain. Ngepraktekinnya ga semulus paha Girls Generation. 

Ngolesin sih gampang ya, yang susah itu pas narik kainnya keras-keras. Sakit dan belum tentu bersih seketika. Saya membersihkan bagian underarm, butuh berkali-kali peng-apply-an Wax hingga bulu keteknya kecabut. 

Beberapa saran yang mungkin bisa dipakai dan tidak tercantum di kertas petunjuk adalah ada baiknya menunggu hingga wax agak kering di kain baru kemudian ditarik kuat-kuat. Beberapa kali saya harus mengulang karena tidak semua bulu tercabut. Bahkan hingga kainnya habis, bulunya belum bersih. Underarmku kayaknya mencapai titik jenuh dan menyerah untuk digunduli. Hahaha. 

Ga gampang ternyata nge-wax sendiri. Mungkin lebih simpel kalo ke salon dan tinggal terima beres. Selain perlu kesabaran, juga perlu kehati-hatian. Dan paling penting adalah ketabahan. Underarm aja terasa begitu sakit apalagi kalo pilihannya ngewax bagian pubic hair ya.Cant imagine.  I'll choose razor for safety. 

Gue harus nunggu besok lagi buat lanjutin wax underarm yang belum bersih. 12 kain washable nya habis kepake buat nyabutin bulu. Nunggu kering dulu. 

Tapi sesakit-sakitnya ngewax ini lebih sakit mencabuti pake pinset. Lol. 

Bogor, 15 November 2015

Comments

Popular posts from this blog

Asyiknya Berkunjung ke Doraemon Expo

Film Stand by Me, Doraemon yang akhirnya diputar di Indonesia awal desember lalu menarik minat banyak penonton. Siapa yang tidak mengenal Doraemon. Robot kucing berwarna biru bersuara serak dari masa depan yang menjadi sahabat Nobita. Saya bertumbuh dengan tradisi nonton Doraemon pukul 9 minggu pagi waktu kecil. Sampai sekarang saya masih menyukai robot kucing dengan kantong ajaibnya yang keren.  Menyusul sambutan yang baik terhadap film Doraemon (ditonton lebih dari 500.000 penonton), digelarlah pameran 100 secret gadgets Doraemon Expo di Ancol Beach City Mall. Pameran ini menghadirkan ratusan figuran alat Doraemon yang keluar dari kantong ajaibnya yang sering ditonton di televisi.  Dengar harga Rp.99.000 per orang (dewasa) dan Rp.55.000 (anak) plus tiket masuk ke Ancol, anda sudah bisa berfoto-foto dengan patung-patung biru doraemon yang menggenggam alat-alat masa depannya. Di pintu masuk pengunjung disambut dengan sejarah mengapa Doraemon tidak punya kuping, berwarna biru, ...

Berduka

Tak ada yang mencintaimu setulus kematian -Semoga lelahmu damai di sana,Pak-

Lelaki Tua Yang Memanjat Keluar Jendela dan Menghilang

Allan Karlson. Usianya 100 tahun pada 2 Mei 2005. Rumah lansia tempatnya tinggal akan merayakan ulang tahunnya. Tuan walikota pun datang. Tapi ia memilih untuk memanjat jendela dan kabur.  Di terminal bus ia bertemu pria yang memintanya menjaga koper. Namun koper tersebut ia bawa serta ketika bus yang dia tunggu telah datang dan orang yang menitipinya masih di toilet. Koper itu dan kepergiannya menjadikan ia diburu oleh polisi dan penjahat.  Siapa Allan Karlson? Ia hadir dan menjadi penyaksi pada setiap sejarah dunia dalam kurung waktu 100 tahun masa hidupnya. Tak hanya itu, ia berkontribusi besar sebagai penentu arah perjalanan sejarah tersebut. Meski ia bukanlah siapa-siapa.  The 100 Year Old Man Who Climbed Out Of The Window and Disappeared adalah buku jenaka dengan alur sejarah yang panjang. Latar belakang tokoh-tokoh yang dicerita secara detail dan saling terkait. Saya tidak bisa membayangkan ada seorang karakter yang bisa berkawan tanpa sengaja dengan para pemimpin ...