Tinggal di apartemen. Kedengarannya keren ya. Apartemen identik dengan iklan-iklan property yang dibawakan oleh Feny Rose dengan konsep ala bintang lima ditambah pesan "besok harga naik. Tapu tidak semua yang kedengaran keren adalah keren.
Pertama kali mengunjungi apartemen dan melongok ke dalam ruangannya, waktu saya mengunjungi adik ayah saya di apartemen Kalibata City. Lorong-lorong sempit dengan akses yang hanya bisa digunakan oleh pemilik apartemen. Privasi sangat dijaga dan ini menjadi salah satu sisi positif tinggal di apartemen.
Awalnya saya membayangkan ruang luxury dengan jendela kaca yang besar dan beranda yang luas. Tapi kayaknya bayangan saya akan apartemen terlalu merujuk pada acara Feny Rose yang tadi. Yang saya temui hanyalah ruang tengah ukuran sempit dengan dua kamar plus satu kamar mandi kecil. Sejak itu apartemen luxury dalam bayanganku pupus sudah.
Di Athens, kami menempati gedung tinggi dengan konsep apartemen. Nah, apartemen yang bernama Riverpark ini pun jauh dari acara Feny Rose. Namun, ruang tengahnya cukup luas dengan jendela lebar, pada tingkat yang lebih atas ada beranda untuk menikmati sore. Dapur dengan kompor empat mata plus oven, serta kamar mandi ber-bathtub. Kamarnya pun ada tiga, cukup menyimpan satu tempat tidur ukuran super king dan satu tempat tidur single plus satu meja belajar. Lumayan luas lah. Tapi bayarnya $500/bulan persatu ruang kamar yang disewa. Sewanya harus full. Jadi kalo nda ada roommate ya bayarnya dua kali lipat. Mahalnya!!!
Nah, di Depok ini kami pun tinggal di apartemen. Tapi saya lebih suka menyebutnya rumah susun. Kamar yang kami sewa bentuk studio. Kamar tidur, ruang tengah, ruang makan, dan ruang tamu digabung dalam ukuran 3 x 4 m. Dapur kecilnya cuma muat saya kalo di tambah Ara, rasanya sudah sesak. Kamar mandinya pun sesempit dapurnya.
Sekalipun sempit-sempitan tapi rasanya cukup menyenangkan tinggal di sini. Saya bisa eksperimen di dapur, bersihin rumahnya cepat karena sempit, tetanggaan sama empat mall, dan bisa berenang setiap hari karena ada fasilitas kolam renang.
Nda enaknya adalah mencuci harus tergantung laundry. Hiks. Mengakalinya dengan menyicil cucian baju. Sayangnya ini pun penuh tantangan. Tidak ada balkon untuk menjemur baju, yang ada hanya jendela yang terbuka di bagian atas. Gantung jemurannya pun penuh resiko. Bajunya bisa jatuh ke balkon sempit tempat mesin AC yang sangat susah buat diambil atau jatuh di jalan. Apalagi apartemenku berada di lantai ke lima dari lantai dasar. Kalo Fira Basuki dalam novel Jendela-Jendela menggambarkan kibaran-kibaran cuciannya tergantung di bambu-bambu yang melintang, maka cucianku dicantol di jendela-jendela. Yang harus dicek tiap beberapa menit takutnya sudah ilang karena ketiup angin. Hmm..berikutnya tak ada halaman yang bisa ditanami sayur. Padahal saya sangat ingin bercocok tanam. Satu lagi akses masuk ke apartemen begitu dijaga privasinya sehingga kunci akses untuk membuka pintu otomatis hanya diberikan kepada satu orang untuk satu kamar. Jadinya kalo nda punya kunci nunggu di depan pintu sampai ada orang yang mau masuk atau nunggu orang mau keluar. Ribetlah.
Yang asyik juga di Apartemen Margonda ini adalah banyak orang-orang luar negeri. Dari orang Asia hingga bule pirang. Jadi berasa seperti di lingkungan internasional hanya saja nda pernah bertukar sapa sih. Hahahahaa.
Nah, kalo apartemenku kedengaran keren, maka apartemen tahap II di samping apartemenku ( tahap I) keliatannya lebih keren lagi. Lobbynya luas dengan sofa dan pintu-pintu kaca. Terus kolamnya lebih luas dan cantik. Rumput tetangga memang selalu lebih ijo dan lebih mahal. Eh, tapi entah apartemen yang mana antara tahap 1 atau tahap 2, Margonda Residence ini pernah masuk berita kriminal tentang kasus pembunuhan dan mutilasi. Kasus si Ryan itu. Saya tidak pernah menggoggleing untuk cari tahu di apartemen nomor berapa si Ryan pernah tinggal. Jangan-jangan di kamar yang saya sewa lagi. Hih!!!!!
Depok, 26 Juli 2014
Seru si kak tinggal di apartment :p kayak main rumah-rumahan :p
ReplyDeleteSelamat datang di Portal Berita Properti No1 di Indonesia
ReplyDelete