Skip to main content

Ara Pup All by Herself*



*Postingan ini penuh kata pup. Silakan teruskan jika tertarik membacanya. Tidak disarankan membaca postingan ini sambil makan atau ngemil sesuatu :p


Plok plok plok. Bayangkan saya lagi standing ovation sambil menyeka mata terharu. Bukan karena saya dapat award sebagai most prettiest mom of the year versi awards entah dimana atau saya lagi dapat gelar miss drama queen sedunia yang tidak pernah diselenggarakan. Tepuk tangannya karena Ara berhasil pup sendiri tanpa perlu menangis minta diusap-usap ( perutnya) hingga memaksa duduk di mini pispotnya cuma buat buang hajat. 

Saya sebagai mamanya Ara satu-satunya ( yang memang tidak ada yang lain) merasa bahagia melihat kemajuan Ara. Ara dan pupnya memiliki cerita  tersendiri. Keduanya tak bisa akur. Sejak dia masih usia bulanan, pupnya suka datang telat. Beberapa hari sekali. Pas gedean dikit dan bisa makan, pencernaannya kurang baik sehingga pupnya keras. Perlu perjuangan buat menungguinya buang hajat. Penanganan ekstrim kadang dibutuhkan hanya untuk membuatnya pup. Dibutuhkan sedikit pemaksaan dan "kekerasan". 

Waktu tinggal di Amrik dan konsumsi serat tidak terlalu bagus karena sayur-sayuran yang ramah di lidah agak susah dijangkau, menunggui Ara pup perlu berjam-jam di kamar mandi. Disertai dengan ritual menangis dan berujung pada nungging buat dia pup. Housemateku pasti selalu bertanya kenapa kalo Ara sudah dari kamar mandi dan menangis-menangis. 

Ternyata, setelah pulang ke Indonesia,  Ara masih susah pupnya. Belakangan saya tau bukan karena pupnya yang keras tapi dianya yang suka nahan-nahan kalo mau pup. Tanda-tanda Ara mau pup adalah jalan cepat bolak balik. Minta diusap-usap perutnya pake minyak kayu putih. Pendiam dan sibuk dengan urusan perutnya sendiri. Berdiri sambil menyilangkan kaki. Kalo yang terakhir ini sudah dilakukan, maka langkah yang harus saya ambil adalah memaksanya jongkok di pispotnya. 

Pispot kecil itu warisan dari sepupunya Kevin. Usia pispot itu sudah 6 tahun lamanya. Kevin dan Khanza tidak pernah memakainya, mereka punya cara tersendiri untuk pup. Pertama kali memaksa Ara duduk di pispot itu, perlu tindakan "kekerasan". Saya harus memaksanya duduk kemudian menahannya supaya tidak berdiri kembali. Ia menolak sampai menangis-nangis dan mengepit paha dan pantatnya. Tidak rela pupnya keluar (Duh! Gimana mau belajar ikhlas kalo pup aja nda mau dikeluarin). Entah, kenapa pup baginya serupa momok yang menakutkan dan mengedan itu sesuatu yang menyakitkan buatnya. Padahal buat saya pribadi bisa pup salah satu anugerah yang perlu disyukuri ( benar kan?). Tidak berapa lama setelah Ara duduk di pispotnya, pup yang ditunggu-tunggu akhirnya keluarnya. 

Ritual ini sering-sering dilakukan. Memaksanya duduk di pispot. Hingga akhirnya seminggu lalu ia melakukannya dengan senang hati tanpa minta diusap-usap buat meredakan sakit perutnya. Dari jauh saya memperhatikan tingkahnya. Dia membuka celananya kemudian duduk di pispot. Ia sempat minta diusap-usap perutnya kala duduk di pispot. Tidak lama setelah pupnya ia berdiri kemudian tersenyum lebar. "Ara pup. Brown. Banana" katanya. Yang artinya Ara pup, warna coklat bentuknya kayak pisang. Hahahahaha. Setelah itu dia menyanyinya lagu Ba Ba Banana-nya minion. "Ara pintar. Ara pup" komentarnya. 

Iya. Ara sudah pintar, sudah bisa pup sendiri. Mamanya ikut senang nda perlu ekstrim-ekstrim buat kasi pup Ara. Well done, girl! (*)

Bone, 20 Mei 2014

Comments

Popular posts from this blog

Seketika Ke Sukabumi

twit ekspektasi vs twit realita Setelah kelelahan karena hampir seharian di Mal sehabis nonton Dr.Dolittle pada hari rabu, dengan santai saya mencuitkan kalimat di Twitter "karena udah ke mal hari Rabu. Weekend nanti kita berenang saja di kolam dekat rumah”. Sebuah perencanaan akhir pekan yang sehat dan tidak butuh banyak biaya. Saya sudah membayangkan setelah berenang saya melakukan ritual rebahan depan TV yang menayangkan serial Korea sambil tangan skrol-skrol gawai membaca utasan cerita yang ga ada manfaatnya.  Sebuah perencanaan unfaedah yang menggiurkan. Tiba-tiba Kamis malam suami ngajakin ke Taman Safari liat gajah pas akhir pekan. Mau ngasih liat ke Anna yang udah mulai kegirangan liat binatang-binatang aneka rupa. Terlebih lagi sehari sebelumnya kami menonton film Dr.Dolittle yang bercerita tentang dokter yang bisa memahami bahasa hewan. Sekalian  nginap di hotel berfasilitas kolam air panas. Hmmm. Saya agak malas sih. Membayangkan Taman Safari yan...

Pride and Prejudice : I’m Bewitched

Tak pernah kusangka saya akan jatuh cinta pada film Pride and Prejudice. Waktu kuliah dan masa-masa belum punya anak, saya tidak pernah tergerak untuk menonton film ini. Prasangka saya terhadap film ini sudah tumbuh sejak memiliki versi Film India di tahun sebelumnya. Mungkin karena hal itu saya kemudian tidak tertarik menontonnya.   Namun karena episode-episode drama korea yang aku nonton udah habis, ditambah kebosanan pada topik medsos yang masih heboh dengan pilpres, dan juga pengaruh hari valentine yang menyebabkan algoritma lapak streaming merekomendasi film-film romantis menjadi sebab akhirnya saya menonton film ini Semuanya berawal dari ketidaksengajaan menonton Atonement yang diperankan oleh Kiera Knightley. Film ini cukup bagus, meski di tengah jalan saya udah kena spoiler via wikipedia dan rada senewen dengan endingnya. Tapi kecantikan Kiera Knightley tetap mampu membuat saya menyelesaikan film itu sampai detik terakhir. Saking senewennya dengan ending Atonement, sa...

Membaca Loversus

Kata K Zulham, teman sekantorku Chicklit itu oportunis. Chicklit adalah genre novel remaja yang menceritakan persoalan anak sekolahan dan percintaan. Tapi yang menyenangkan adalah bagaimana kau membaca dan menemukan apa yang ingin kau baca. Bagaimana kamu tersenyum bahagia di ending sebuah buku. Dan ribuan diksi baru menghingapi otak dan pikiranmu karena penyajiannya. Tak peduli jenis bacaan apa pun ia. Tak peduli ia adalah kumpulan cerpen, dongeng sebelum tidur, bacaan remaja,Chicklit, Teenlit atau novel berat yang terlalu ngejelimet. Aku mengikat kesan itu setelah menuntaskan 216 halaman buku Farah Hidayati. Loversus . Sebuah chicklit yang berfokus pada cerita tentang persahabatan dua siswa SMA yang berawal dari adegan pencarian sepatu hingga pencarian TKI dalam geografis Macau dan London. Pada awalnya saya menganggap buku Loversus ini sama dengan chicklit-chicklit yang pada umumnya hanya sekedar berdialog dan tidak memiliki kedalaman cerita. Namun aku harus mengubah pendapatku di ...