Skip to main content

A Fake Birthday Party


Entah apa yang mengasikkan dari sebuah perayaan ulang tahun hingga Khanza dan Ara begitu senang jika sekedar melihat gambar yang mirip lilin atau kue dan kemudian mengatakan " Happy Birthday To You". Atau bermain dengan clay warna-warni sambil menggunakan topi ulang tahun yang Khanza peroleh dari ulang tahun anak tetangga dan begitu bersemangat menyanyikan selamat ulang tahun. Saya yang biasanya ikut nimbrung jika mereka main berdua menambah dengan menggambar kue ulang tahun dengan gambar lilin yang mereka kelilingi dan bertepuk tangan sambil bernyanyi. Di akhir lagu mereka berdua memperagakan gaya meniup lilin dan kemudian tertawa kegirangan. 

Iseng saya bilang ke mereka untuk membuat pesta ulang tahun khusus buat mereka berdua esok harinya. Tidak ada yang ulang tahun di antara mereka berdua. Tapi ide itu menimbulkan riak gembira di wajah mereka. Bola mata keduanya bersinar. Saya yakin imajinasi mereka telah menciptakan meriahnya sebuah pesta ulang tahun  di benak masing-masing. 

Pagi-pagi Khanza mulai menagih janji itu. Sebenarnya saya ogah-ogahan melakukannya. Beberapa bahan perlu dibeli. Yang paling penting adalah lilin yang menyala yang harus ditiup. Saya mengajak keduanya membeli perlengkapan di toko yang cukup jauh. Menunggu mobilnya sudah bikin patah semangat. Pas pulang, rasa malas untuk membuat kue hingga saya memilih untuk berbaring-baring. Ada wajah sedih ketika saya mengatakan besok saja ulang tahunnya pada Khanza. Padahal Bundanya juga membelikan peralatan pesta. Mulai dari topi, balon, hingga lilin ulang tahun. 

Berdua mereka bermain-main dengan balon dan topi pestanya. Sibuk menyalakan sebatang lilin dan menancapkannya di sepotong pisang goreng dan menyanyi riang.  Saya merasa bersalah mengingkari janji pada mereka. Dengan segenap jiwa saya membuat kue dari bahan tepung blackforest instant yang saya beli lebaran lalu. Dulunya saya niatkan untuk membuat kue ulang tahun Ara, tapi urung kulakukan karena malas. Hingga akhirnya hari ini saya berhasil membuatnya, meski whip creamnya agak "salah" bikin karena meleleh dan sebagai mana kue-kue yang sering saya buat, perwajahan yang selalu gagal. 

Tapi kedua anak itu begitu gembira mempersiapkan acara ulang tahunnya. Memompa balon-balonnya, mendekorasi dinding meski sekedar menempel balon-balon, mengenakan topi pesta, dan sibuk mengintip kue yang kubuat. Tak peduli bagus atau tidak mereka tetap senang. Bergantian mereka memperhatikan kueku. Ara bahkan sambil berteriak "cake" saking girangnya. 

Meski whip creamnya melumer serta tidak didandani dengan cantik, lilin-lilin ultah ditancapkan dengan cantik di atasnya. Bola mata kedua anak itu berbinar. Mereka berganti pakaian dengan baju yang paling bagus. Mengenakan topi pesta dan duduk manis di hadapan kue ultah dan dua buah kado manis. Semua pun harus mengenakan topi, Etta, Kak Ipah, maupun Rate. Mengelilingi kue, menyalakan lilin dan menyanyi lagu ultah. Yang paling penting dari pesta ini adalah menyanyi dan meniup lilin. Bagian favorit Ara yang dilakukan berulang-ylang hingga lilinnya meleleh semua. Pas kuenya hendak dipotong, dia yang paling nda rela. Ditutupnya wajahnya dengan kedua tangan dan berkata "No". Baginya kue itu adalah penanda bahwa acara ulang tahun ini akan tetap berlangsung dan meniup lilin akan terus dilakukan. 

Entah apa yang menyenangkan dari meniup lilin itu. Tapi fake birthday hari ini cukup membuat dua anak ini berbahagia. Main-main sambil makan kue yang asyik. Selamat ulang tahun kalian berdua. (*)

Bone, 25 Okt 2013

Comments

Popular posts from this blog

jurnalistik siaran, pindah kost-kostan, dan "capek deh!"

Akhirnya, kembali bisa menyempatkan diri sejenak ke Teras Imaji. Sedikit berbagi kisah lagi dengan diri sendiri. Sekedar untuk sebuah kisah klasik untuk Saraswati dan Timur Angin kelak. Aku tak pernah menyangka bahwa aku bisa bertahan sampai saat ini.meski tugas kuliah menumpuk. Keharusan untuk pindah pondokan. Kewajiban lain yang belum terselesaikan.Problem hati yang menyakitkan. Serta kontrak yang tersetujui karena takut kehilangan peluang meski tubuh ini harus sudah berhenti. Siang tadi (15 nov 06) seharian ngedit tugas siaran radioku. Tak enak rasanya pada teman-teman, memberatkan mereka. menyita waktu yang seharusnya untuk hal lain. Tak enak hati pada Pak Anchu, penjaga jurusan. yang tertahan hanya menunggu kami menyelesaikan tugas itu. Dengan modal suara fals nan cempreng toh aku pun akhirnya harus sedikit PD untuk membuat tugas itu. Meski hanya menguasai program office di komputer, toh aku harus memaksakan belajar cool-edit (yang kata teman-teman yang udah bisa merupakan sesuatu...

Seketika Ke Sukabumi

twit ekspektasi vs twit realita Setelah kelelahan karena hampir seharian di Mal sehabis nonton Dr.Dolittle pada hari rabu, dengan santai saya mencuitkan kalimat di Twitter "karena udah ke mal hari Rabu. Weekend nanti kita berenang saja di kolam dekat rumah”. Sebuah perencanaan akhir pekan yang sehat dan tidak butuh banyak biaya. Saya sudah membayangkan setelah berenang saya melakukan ritual rebahan depan TV yang menayangkan serial Korea sambil tangan skrol-skrol gawai membaca utasan cerita yang ga ada manfaatnya.  Sebuah perencanaan unfaedah yang menggiurkan. Tiba-tiba Kamis malam suami ngajakin ke Taman Safari liat gajah pas akhir pekan. Mau ngasih liat ke Anna yang udah mulai kegirangan liat binatang-binatang aneka rupa. Terlebih lagi sehari sebelumnya kami menonton film Dr.Dolittle yang bercerita tentang dokter yang bisa memahami bahasa hewan. Sekalian  nginap di hotel berfasilitas kolam air panas. Hmmm. Saya agak malas sih. Membayangkan Taman Safari yan...

tentang buku

"...u can buy many book,but u can't buy a knowledge" 081383118xxx pesan itu sampai ke ponselku beberapa saat setelah aku mengeluh pada seseorang tentang buku "detik-detik menentukan" BJ.Habibie yang tak berhasil aku peroleh dari peluncuran bukunya di hotel clarion hari ini. iya mungkin benar...aku terlalu mengharapkan buku yang ditulis mantan presiden ketiga ini.padahal ku punya begitu banyak buku yang bertumpuk di kamar. Belum pernah aku jamah sedikit pun. aku tak tahu beberapa hari terakhir ini aku begitu jauh dari buku. jauh dari para pengarang-pengarang besar dengan segala masterpiece-nya. akuy begitu malas membaca. malas membuka tiap lembar buku tebal itu dan memplototi huruf-hurufnya yang kecil. "tahu tidak...buku bisa membawa kesuatu tempat tanpa kamu harus bergesr se-inci pun" kata-kata itu selalu keluar jka aku mengeluh sedang malas baca buku... entahlah aku begit malas mengetahui tiap isinya. aku hanya terpesona pada banyak tumpukannya di kam...