Skip to main content

Pagi Ini......


Duduk, menikmati pagi, dan menyaksikan Kevin bermain pasir adalah saat-saat yang begitu mahal bagiku. Duduk dan menikmati tuts-tuts laptopku sambil memarahi Kevin yang melempar kerikil-kerikil kea rah orang yang berlalu lalang adalah saat-saat yang mahal bagiku.

Menulis menjadi sebuah rutinitas yang akan menjadi begitu mahal bagiku jika aku tak memaksa diriku untuk melakukan rutinitas ini.
Pagi ini adalah pagi terakhir di hari minggu di penghujung juni.

Ya…juni. Pertengahan tahun. Sisa setengahnya lagi untuk meniup trompet tahun baru. Mungkin terasa masih lama. Tapi waktu tak mampu ditakar. Ia hanyalah ilusi.tapi ia seperti gong besar yang mampu membuat kita tersentak. Membuat kita tersadar telah membuat jejak di lalunya.


Aku telah memasuki sebuah gerbang baru. Gerbang memilih dan meraih kesempatan. Aku sempat tak punya peta ke arah mana aku akan pergi. Tapi waktu telah menuntun berjalan jauh. Memilih dan menapaki satu persatu likunya.


Aku takut pada awalnya. Tapi perlahan ia mulai bersahabat. Aku mulai mampu mengikuti ritmenya. Seseorang pernah begitu khawatir dengan ini. “?
Tenanglah, aku telah mampu mengikuti ritmenya. Aku telah mampu menaklukkannya. Meski planningnya sesaat, bukankah aku harus menjadi pemenangnya?”bisikku.

Aku pun harus menjadi pemenang dari mimpi-mimpiku. Setidaknya harus ada sebuah cerita yang bias aku tuliskan buat anak-anakku kelak. Sehingga mereka tak hanya mengenangkanku sebagai ibu, tapi juga pencerita yang baik.
(Halaman Rumah, 27 Juni 2009 kala pagi)

Comments

  1. dirimu pasti menjadi pencerita yang handal dwi... saya yakin itu...
    kelak, sy juga akan bercerita pada anak2ku, dan saya akan mengatakannya kepada mereka : "pasti kalian tidak akan percaya bahwa ayah pernah bertemu dengan seorang dewi...)

    ReplyDelete
  2. Dwi, kamu menceritakan sesuatu yang biasa, tapi kamu mengulasnya menjadi menarik. "menulis itu mudah, jika kita menganggapnya mudah"

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Misteri Sepatu Menggantung di Kabel Listrik

Sumber : Athens News Sepasang sepatu menggantung lunglai di tiang listrik. kabel listrik tempatnya bergantung kokoh tak ingin melepaskan sepatu itu menghujam bumi. Pertama kali tiba di Athens, saya cukup heran dengan sepatu-sepatu yang tergantung di kabel-kabel listrik itu. Kutanya ke seorang teman bule tapi ia tak memberi jawaban yang memuaskan. Kupikir sepatu-sepatu itu dilempar begitu saja karena sudah dirusak atau tidak dipakai. Atau asumsiku yang lain adalah sepatu itu milih olahragawan yang berhenti dari profesi dan memilh menggantung sepatu. seperti pemain sepakbola. Tapi sepertinya asumsi olahragawan itu tidak benar, karena sepatu-sepatu yang menggantung di tiang listrik cukup mudah ditemukan. Jalan-jalanlah di seputaran Athens dan kau akan mendapati sepatu-sepatu menggantung di tiang listrik.  Uniknya sepatu yang digantung itu hanyalah sepatu-sepatu kets. Fenomena ini disebut Shoefiti dan terjadi diberbagai tempat di Amerika. Nyatanya bukan hanya saya saja yang penasar

Mencintaimu

Aku terbangun pagi ini. Masih begitu pagi. Aku menghimpun jiwaku. Aku mengumpulkan cinta di hatiku. Kutemukan begitu banyak cinta untukmu. Aku mencintaimu.aku mencintaimu.aku mencintaimu. Bahagia bisa memilikimu. Bahagia bisa menjadi tempat kembali saat kau butuh. Bahagia bisa menjadi rumah yang hangat untukmu. Aku menemukan ceceran cerita dalam lembar-lembar catatan harianku. Yang lain dating dan pergi. Tapi dirimu selalu ada. Selalu menemani. Tempatku menangis. Tempatku merajuk. Dan tempatku bermanja dan berbagi bahagia. Aku telah membangun rumah dihatimu. Kesana lah aku pulang. Tiga hari ini kurasakan bahwa kita telah menjadi sebuah ikatan yang menyatu. Tiap tindakan haruslah berdasarkan pertimbangamu. Aku harus belajar mengalah dan tak egois. Mendengarkan penilaianmu dan tak egois ketika kita tak bersepakat. Sayap kita adalah telah menyatu. Dan kita akan terbang bersama. Aku mencintaimu, aku mencintaimu, aku mencintaimu….Sangat. Hei, pagi ini aku mendengar Air Supply. Semua laguny

babel

Sebenarnya tak ada planing untuk menonton film. hanya karena kemarin arya dan kawan-kawan ke TO nonton dan tidak mengajakku. Dan kemudian menceritakan film 300 yang ditontonnya. Terlepas dari itu, sudah lama aku tak pernah ke bioskop. Terkahir mungkin sam kyusran nonton denias 2 november tahun lalu. (waa…lumayan lama). Dan juga sudah lama tak pernah betul-betul jalan sama azmi dan spice yang lain J Sebenarnya banyak halangan yang membuat kaimi hampir tak jadi nonton. Kesal sama k riza, demo yang membuat mobil harus mutar sampe film 300 yang ingin ditonton saudah tidak ada lagi di sepanduk depan mall ratu indah. Nagabonar jadi dua, TMNT, babel, dan blood diamond menjadi pilihan. Agak ragu juga mo nonton yang mana pasalnya selera film kami rata-rata berbeda. Awalnya kami hampir pisah studio. Aku dan echy mo nonton babel atas pertimbangan sudah lama memang pengen nonton. (sebenarnya film ini udah lama aku tunggu, tapi kemudian gaungnya pun di ganti oleh nagabonar dan 300). Serta pem