Skip to main content

Kost Idaman

Sudah tiga hari aku menjalani sebuah kerja yang setahun ke depan (untuk saat ini) menjadi rutinitasku. Masih terlihat ringan sekarang. Entahlah nanti. Tapi aku tak ingin ini mejadi lebih berat. Aku ingin menikmatinya seperti sebuah arena bermain. Yang di dalamnya hanya ada tawa berderai derai dan selalu ada hal yang menyeangkan.

Waktuku mungkin akan banyak tersita, tapi aku tak mau tahun ini aku melupakan mimpiku. Aku harus membuatnya ada setidaknya menjadi janin yang bentuknya sudah terlihat.

Aku butuh tempat untuk mengeraminya, memeliharanya. Tapi di sini, di daerahku sendiri aku tak begitu mengenalnya. Kota ini begitu asing. Semua tempat begitu penuh. Semuanya begitu jauh, dan tak cukup representative untuk ukuranku. Telah sering kota ini mengecewakanku dan menjadi trauma tersendiri buatku. Namun,kali ini aku harus menaklukkannya.

Aku butuh tempat untuk diriku sendiri.di tempatku sekarang pada dasarnya baik, tapi ada kesungkanan yang selalu muncul dan aku hanya tak mau itu terjadi. Sungkan akan mengkrangkeng semua kreativitasku.

Adakah yang ingin menunjukkan sebuah tempat yang nyaman bagiku. Cukuplah ia dengan kamar mandi di dalam kamar, tempat tidur, lemari, dan sebuah dapur kecil. Dan berada dalam jarak yang relatif dekat dalam defenisiku..

Somebody, help me…..

Comments

Popular posts from this blog

Dapat Kiriman Moneygram

Ini adalah pengalaman pertama saya mendapatkan kiriman uang dari luar negeri. Sedikit norak dan kampungan sih. Tapi tak ada salahnya membaginya di sini. Setelah saya googling di internet kurang yang mau berbagi pengalaman tentang transferan luar negerinya. Nah, karena Kak Yusran yang bersekolah di Amerika berniat mengirimi saya uang buat tiket ke Bau-Bau, maka dia akhirnya mengirimkan uang. Dalam bentuk dollar lewat jasa layanan Moneygram yang banyak tersedia di supermarket di Amerika. Moneygram sama seperti Western Union. Tapi Western Union lebih merakyat. Mereka bekerja sama dengan kantor Pegadaian dan kantor pos. Sehingga di kampungku pun ada fasilitas Western Union (tapi saya belum tahu berfungsi atau tidak). Moneygram sendiri setahu saya hanya bekerja sama dengan beberapa bank. Saya belum pernah tahu kalo Moneygram juga sudah bekerja sama dengan kantor pos, meskipun informasi dari teman-teman di twitter mengatakan demikian. Jasa layanan pengiriman uang macam Moneygram dan Western

June, I Wont Remember

Ada yang ironi membaca judul yang kubuat di atas. Mengapa? Karena dua tahun lalu saya mengumpulkan cerpen-cerpen dan prosaku dalam satu buku yang kuberi judul "June, I Remember".  June, you come. As usual. Once in a year. Setia seperti matahari pagi yang terbit. Sayangnya, Juni kali ini tidak begitu kunantikan. Ada satu, dua dan beberapa alasan kenapa saya tidak begitu senang dengan Juni. Ini hanyalah pendapat pribadi dan hanyalah pada tahun ini.  Kenangan dan ingatan akan bulan juni di masa silam terlalu romantis di kepalaku. Membulat dalam ruang kosong hampa dan beterbangan di sana. Kemudian Juni tahun ini seperti chaos yang meluluhlantakkan  ruang kosong itu. Angan membuyar, debu kenangan mengabut. Namun, sekalipun demikian kenangan-kenangan itu melekat samar di benakku. Karenanya Juni tahun ini datang membawa hawa tak menyenangkan. Saya perlu berlari. Chaos pastinya tak mampu terelakkan namun pergi adalah langkah paling kongkret untuk meminimalisir kesakitan. Maka, Juni,

Kartu pos Bergambar Usang

 Setelah vakum 3 tahun lebih, saya akhirnya kembali mengaktifkan kembali akun Postcrossing. Setelah memastikan   alamat rumah gampang ditemukan oleh pak pos dan pengantar barang, maka saya yakin untuk kembali melakukan aktivitas berkirim kartu pos ke berbagai penjuru dunia dan berharap kartu pos-kartu pos dari berbagai penjuru dunia mendatangi rumahku. Rumah pertama yang harus saya kirimi kartu pos beralamat di Jerman. Saya pun memutuskan untuk mencari kartu pos. Tempat yang paling pasti menyediakan kartu pos adalah di kantor pos dan toko buku. Saya memilih membeli di toko buku saja. Mutar-mutar di Gramedia dan bertanya ke karyawannya dimana bagian kartu pos,sejenak sang karyawan tertegun, kemudian balik bertanya “postcard?”. Next time, saya harus bertanya postcard alih-alih kartu pos. Ia kemudian mengantarku ke satu rak putar yang berada di sudut toko.  Di rak itu bertengger kartu pos-kartu pos berwarna putih, bergambar alam Indonesia, dengan signature khas Indone