Skip to main content

di tepi sungai aku menangis

Entahlah...4 tahun sudah aku menjejakkan kaki di kampus ini. telah banyak remah yang telah kupunguti di jalan (mungkin banyak bagiku,entsh pada yang lain). aku sudah berada di titik bosanku akan kuliah. Ingin rasanya segera kutinggalkan ruang kuliah yang pengap itu. Ingin rasanya ku berada bukan di tempat ini lagi.

perasaan itu begitu kuat. Namun, keluar dari kampus ini taklah begitu mudah. Tesis haruslah terselesaikan.Tak sekedar menjadi sebuah tugas akhir dan persyaratan sarjana. Namun, juga menjadi sebuah refleksi untuk 4 tahun aku bersiliweran di Unhas. Aku tak tahu. Aku masih tak yakin dengan jari, tubuh, dan jiwaku.

4 tahun, rasanya tak ada yang berubah. Dwi tetaplah seperti kala awalmula aku memegang map kuning formulir SPMB. Dwi tetaplah masih seperti anak kecil yang menyukai bermain-main.

Setelah ini pun, aku masih harus terus berjalan. Tak ada waktu untuk berhenti. Aku nelangsah. Seperti apakah dunia di luar sana? Apakah akan masih kutemukan orang-orang yang bisa diajak tertawa tanpa harus memikirkan masalah. Akankah masih ketemukan candaan-candaan khas kantin sospol?

Akankah aku sanggup bertahan? Pada apa yang aku hadapi sekarang, rasanya dunia begitu sangat menakutkan. Aku takut. Adakah seseorang di luar sana akan datang untuk menyelamatkanku? Atau, apakah aku tercipta untuk berjuang sendiri.

Jujur...aku takut. Aku menangis. Adakah Engkau mengirim malaikat untukku?

Comments

Popular posts from this blog

Ara Belajar Ngomong

Serius Nulis Ara mulai suka ngoceh. Ada saja suara keluar dari mulutnya. Kadang jelas kadang juga tidak. Beberapa berhasil saya terjemahkan maksudnya. Beberapa mengalami missunderstand berujung pada rengekan atau aksi menarik tangan. Selain nonton lagu anak-anak, beberapa film anak-anak yang menurut saya cukup edukatif menjadi pilihan tontonannya. Saya memutarkan film Blue's Clues, Super Why, hingga Pocoyo. Serial Blue's Clues sudah kami tonton semua. Mulai dari sang pemilik Blue bernama Steve hingga beralih ke Joe adiknya di serial itu. Yang paling nyantol di kepalanya Ara adalah kata "think" sambil telunjuk memegang dahi. Itulah kata pertama yang ia ucapkan secara jelas setelah kata Mama dan Ayah. Entah kenapa kata ini yang melekat di kepalanya. Mungkin karena si Steve sangat aktraktif menyanyikan lagu jingle Blue's Clues terlebih dibagian "Sit down in thinking chair. Think, think, think". Ara juga suka bagian ketika surat datang. Dia akan i...

Kamu 9 Bulan dan Kita "Bertengkar"

Kamu 9 bulan. Apa yang kamu bisa? Merayap dengan gesit. Berguling-guling ke sana kemari. Duduk sendiri sekehendakmu. Tempat tidur telah kita preteli. Yang bersisa hanyalah kasur alas tidur kita yang melekat di lantai. Agar kamu bebas berguling dan merayap tanpa perlu khawatir gaya tarik bumi menarikmu. Hobiku adalah membiarkanmu bermain di lantai. Dari kasur turun ke ubin dingin. Sesekali memakai tikar, tapi akhir-akhir ini aku malas melakukannya. Lagian daya jangkaumu lebih luas dari tikar 2 x 2 meter. Kamu masuk hingga ke kolong meja. Tak tahu mencari apa. Tak jarang kamu membenturkan kepalamu. Di ubin atau dimana saja. Kubiarkan. Ukuranku adalah jika tidak membuatmu menangis artinya kamu tidak merasa sakit. Sakit itu ditentukan oleh diri sendiri. Saya hanya tak ingin memanjakanmu dengan mengasihimu untuk sebuah sakit yang bisa kamu hadapi sendiri. Mama keras padamu? Bisa jadi. Kamu mulai banyak keinginan. Mulai memperjuangkan egomu. Menangis jika Khanza merebut mainan dari tanganmu....

Indecent Proposal

sumber foto : tvtropes.org Seorang bilyuner menawariku one billion dollar untuk one night stand dengannya. Aku bingung. Aku dan suami sedang tidak punya uang dan satu juta dollar begitu banyak. Mampu membiaya hidup kami. Disisi lain aku  mencintai suamiku, rasa-rasanya ini tidaklah patut. Tapi kami benar-benar tidak punya uang. Aku ingin melakukannya untuk suamiku. Aku mencintaiku dan tidak ingin melihatnya terlilit utang. Kami memutuskan mengambil tawaran itu. This is just sex bukan cinta. Ini hanya tubuhku. Aku dan suami memutuskan setelah semalam itu, kami tidak akan mengungkitnya lagi. Setelah malam itu. Kami berusaha menebus  properti kami yang jatuh tempo. Sayangnya, bank telah menyita dan melelangnya. Seorang pengusaha telah membelinya. Kami putus asa. Suamiku tiba-tiba berubah. malam itu, Ia mempertanyakan apa yang saya dan bilyuner itu lakukan. Padahal kami sepakat untuk tidak mengungkitnya. Saya menolak menjawab pertanyaannya. Saya tidak ingin lagi menginga...