Skip to main content

Pahatan Ingatan

19.59 .Jarum jam menunjukkan angka itu.waktu yang sedang berotasi di dekatmu.Mungkin. apa yang kamu lakukan saat waktu terus berputar disampingmu.

Adakah sedikit celah dalam volume otakmu.atukah adakah sepersepuluh sel jaringan yang bekerja pada saraf pengingatmu yang mau berbagi sedikit ruang tentang namaku?

Aku tak tahu. dan aku tak ingin tahu.bahkan ketika angin menyampaikan tanya ini ke indramu jangan pernah kau jawab. Aku tak ingin mendengar sekerat jawaban pun tentang ini.

21.00. semenit sudah aku berbagi tanya padamu. Apakah kau ingin tahu tentang yang kurasakan.atau apa yang ada di sedikit ruang dalam benakku. Aku ingin berbagi padamu tentang banyak isi benakku. Dua puluh persen memikirkan tentang kerja liputan yang belum aku selesaikan. Garis mati makin mendekat. Namun aku masih tetap tak bergeming mengerjakannya. Sepuluh persen terbuai oleh indahnya tidur di kasurku. Meski kasur itu tipis dan tak seempuk kasur busa yang sering kamu tiduri. Namun, ia merupakan tiketku untuk sekedar menyapamu di ruang-ruang imaji dalam tidurku.

Masih bersisa delapan puluh persen rongga dalam otakku. Dan semuanya dipenuhi olehmu. Bayangmu terlalu banyak menyita ruang dalam benakku. Mungkin karenamu aku menampik begitu banyak hal yang harus aku ingat.

Apakah aku sudah bercerita tentang insiden siang kemarin. Mungkin aku belum bercerita karena semalam kita tak saling bersua di ujung handphone. Insiden yang membuat menafikkan logika.

Apakah aku harus menyalahkan mata kaki yang tak melihat. Tapi ini buka salah si mata kaki. Bukan salahnya ketika ia tak bisa menandai sepasang sendal yang harus sama bukan sepenuhnya kecerobohannya ketika si alas kaki tak sengaja telah salah berpasangan.

Mungkin titik masalahnya pada otak yang dipenuhi berbagai file tentangmu. Sehingga file tentang sendal berpasangan itu harus terhapus. Mungkin setiap orang telah mengganggapku gila.tapi, aku yakin aku tak gila. Ini hanya karena kau menyita begitu banyak tempat dalam arsip otakku.

Mungkin tak ada salahnya aku menghapus beberapa bagian. Kapasitas otakku sudah tak lagi memungkinkan. Tapi aku tak mau. Ia butuh sedikit di refresh. Atau mungkin di turn off. Atau mungkin di install ulang. Tapi aku takkan mau melakukannya. Aku tak ingin secuil file tentangmu hilang. Takkan mungkin aku menginstall ulang isi otakku. Karena secara otomatis semua arsip tentangmu bakal terdelete dan tak berbekas. Aku takkan mampu lagi melacaknya. Bakhan hingga ke rycicle bin pun tak bersisa.

Bahkan ketika otak ini telah dipenuhi berbagai macam virus aku takkan pernah mnau melakukannya. Mungkin kamu bertanya, mengapa tidak kau simpan saja dalam data D. Sehingga ketika ia terinstall tak ada data yang terhapus.

Tapi aku berpendapat lain. Aku ingin mengingatmu sebagaimana saat aku membuat pahatan ingatan tentangmu. Tanpa berubah dan tanpa diubah.

Ingatkah saat kita duduk bersama di restoran itu. Restoran yang kita datangi hanya karena promo tentang makan eskrim sepuasnya. Segelas eskrim coklat,vanila, durian yang kau pesan.satu untukmu satu untukku. wajah kota dipenuhi berbagai kerlip lampu kendaraan dan penerang gedung. Terhampar di samping kita yang hanya berjarak sebuah dinding kaca.

Alunan lagu melo yang tak kuketahui judulnya terdengar begitu indah. Menemmani kita yang sedang menikmati lamunan kita masing-masing. Tak ada kata antara kita. Namun bisu itu adalah kata terindah yang menemani menyelami dunia kita masing-masing.

Hanya eskrim yang tereduksi secara perlahan karena kita makan dan meleleh.

“pernahkah kau dengar bahwa cinta seperti es krim”tanyaku.

Tapi kau tak menjawabnya. Hanya tersenyum dan kemudian kembali tenggelam dalam buku tebal yang kau baca. Tenggelam dalam benakmu. Saat-saat seperti itu tak pernah membuatku merasa terkucilkan. Aku pun turut tenggelam dalam duniaku di balik buku tebal yang selalu menemaniku. Berbagai macam kesan telah kugoreskan di dalamnya. Dan namamu menyita begitu banyak halamannya.

Gelas eskrim meyita perhatianku.ia terlihat begitu mewah dan anggun. Bentuknya seperi gelas sampanye. Aku menganalogikannya seperti perempuan dengan gaun putih yang begitu anggun. Tampak elegan.

Kau menawariku segalas eskrim lagi. Ya....ini yang terakhir. Karena telah dua porsi yang masuk dalam perutku. Dan porsi itu sudah pantas dengan harga yang harus kita bayar.

“gelasnya kita ambil saja. untuk memorabilia”celutukku.

Memorabilia. Sebuah pahatan ingatan. Kunci pembuka kenangan.”katamu.

Masih ingatkah kau saat itu. Saat dimana kita sedang membuat pahatan ingatan.. Sebuah memorabilia dalam eskrim, gelas mewah, dan percakapan tentang pahatan ingatan.

21.15 waktumu mungkin masih pagi. Apakah aku sudah mengisi rongga kosong benakmu? Atau masih seperti 135 menit yang lalu. Jangan pernah kau jawab. Aku tak pernah butuh jawabmu.

Tapi biarkan aku menebak apa yang sedang kau kerjakan. Mungkin sekarang kamu berada diantara bertumpuk-tumpuk tugas kantor yang masih kau kerjakan. Atau mungkin kau sedang berada di sebuah kafe mewah bersama teman-temanmu. Atau mungkin kau di sebuah restoran bersama seorang gadis. Mungkin. Aku tak pernah tahu. tapi untuk pilihan paling akhir aku yakin tidak. Bukan karena kau adalah sosok yang setia.tapi, aku tahu dana untuk mentraktir seorang gadis tak cukup dalam dompetmu.

Tapi, di sini aku dengan jam dinding yang menunjuk angka 22.15.waktu yang mungkin sudah terbilang mulai larut. Jika di kampung, suara jangkrik sudah terdengar nyaring di belakang rumah.udara desapun mulai dingin. Tapi nyatanya aku di tak di kampung kini. Aku berada dalam kamar kost 2 kali 3 meter. Gerah dan sumpek dengan barang-barang.Ditemani tikus-tikus besar yang berlarian di antara got-got yang hitam pekat. Masih menyalakan winamp komputerku yang aku yakin takkan menganggu karena di luar pun masih ramai.

Aku tak tahu mengapa akhir-akhir ini aku tertarik pada Plato dan kawan-kawan. Mungkin karena kau yang mengajariku. Aku selalu mengingat celotehanmu “aku belajar filsafat hanya untuk sekadar gagah-gagahan”. Indiana jones, tokoh antropologi dalam film-film fiksi yang ingin kau contoh. Tapi aku yakin tak seperti itu alasannya.

Begitu banyak buku yang kau titipkan padaku sebelum kau pergi yang isinya tak jauh dari filsafat dan rekan-rekannya. Yang isinya penuh dengan ilmuwan-ilmuwan sosial dengan berbagai teorinya. buku-buku itu pun berpengaruh banyak.sangat sayang jika ia tinggal bertumpuk berdebu tak terbaca. Masih kuingat kata-katamu “kalau aku niat pergi, nanti akan aku urungkan.karena buku-bukuku kamu yang pegang.”

Setiap aku membaca buku-buku daras yang selalu membuatku harus mengerjitkan alis, aku pun mengingatmu. ketika ada bagian yang aku tak mengerti, aku selalu ingin kamu ada di sini. Di dekatku. Menjelaskan padaku tentang yang takku mengerti. Meski itu sekadar penjelasan tentang kata atau sebuah teori yang berparagraf-paragraf panjangnya.Kadang, aku tahu kau tak ingin menjelaskannya. Tapi masih sempat pun kau jelaskan padaku dengan berbagai contoh yang dapat kujangkau tanpa harus memakai istilah yang ngejelimet.

Namun aku hanya bisa mengingatmu kini. ada spasi di antara kita. Spasi perbedaan sejam antara kau dan aku. 15 derajat telah berrjarak antara aku dan kamu. dan Aku hanya mampu untuk merangkai sebuah pahatan ingatan tentang kita. Mencoba menerka akankah kita membuat pahatan ingatan lagi. Saat kita berada dalam perpustakaan milik kita. dimana kita akan belajar bersama. Kita akan larut dalam dunia kita masing-masing. Tapi kau akan ada saat aku ingin bertanya dan mendengar penjelasan. Aku ingin saat itu tiba dan benar-benar terpahat indah dalam ingatanku....(*)

Comments

Popular posts from this blog

Seketika Ke Sukabumi

twit ekspektasi vs twit realita Setelah kelelahan karena hampir seharian di Mal sehabis nonton Dr.Dolittle pada hari rabu, dengan santai saya mencuitkan kalimat di Twitter "karena udah ke mal hari Rabu. Weekend nanti kita berenang saja di kolam dekat rumah”. Sebuah perencanaan akhir pekan yang sehat dan tidak butuh banyak biaya. Saya sudah membayangkan setelah berenang saya melakukan ritual rebahan depan TV yang menayangkan serial Korea sambil tangan skrol-skrol gawai membaca utasan cerita yang ga ada manfaatnya.  Sebuah perencanaan unfaedah yang menggiurkan. Tiba-tiba Kamis malam suami ngajakin ke Taman Safari liat gajah pas akhir pekan. Mau ngasih liat ke Anna yang udah mulai kegirangan liat binatang-binatang aneka rupa. Terlebih lagi sehari sebelumnya kami menonton film Dr.Dolittle yang bercerita tentang dokter yang bisa memahami bahasa hewan. Sekalian  nginap di hotel berfasilitas kolam air panas. Hmmm. Saya agak malas sih. Membayangkan Taman Safari yan...

Pride and Prejudice : I’m Bewitched

Tak pernah kusangka saya akan jatuh cinta pada film Pride and Prejudice. Waktu kuliah dan masa-masa belum punya anak, saya tidak pernah tergerak untuk menonton film ini. Prasangka saya terhadap film ini sudah tumbuh sejak memiliki versi Film India di tahun sebelumnya. Mungkin karena hal itu saya kemudian tidak tertarik menontonnya.   Namun karena episode-episode drama korea yang aku nonton udah habis, ditambah kebosanan pada topik medsos yang masih heboh dengan pilpres, dan juga pengaruh hari valentine yang menyebabkan algoritma lapak streaming merekomendasi film-film romantis menjadi sebab akhirnya saya menonton film ini Semuanya berawal dari ketidaksengajaan menonton Atonement yang diperankan oleh Kiera Knightley. Film ini cukup bagus, meski di tengah jalan saya udah kena spoiler via wikipedia dan rada senewen dengan endingnya. Tapi kecantikan Kiera Knightley tetap mampu membuat saya menyelesaikan film itu sampai detik terakhir. Saking senewennya dengan ending Atonement, sa...

Membaca Loversus

Kata K Zulham, teman sekantorku Chicklit itu oportunis. Chicklit adalah genre novel remaja yang menceritakan persoalan anak sekolahan dan percintaan. Tapi yang menyenangkan adalah bagaimana kau membaca dan menemukan apa yang ingin kau baca. Bagaimana kamu tersenyum bahagia di ending sebuah buku. Dan ribuan diksi baru menghingapi otak dan pikiranmu karena penyajiannya. Tak peduli jenis bacaan apa pun ia. Tak peduli ia adalah kumpulan cerpen, dongeng sebelum tidur, bacaan remaja,Chicklit, Teenlit atau novel berat yang terlalu ngejelimet. Aku mengikat kesan itu setelah menuntaskan 216 halaman buku Farah Hidayati. Loversus . Sebuah chicklit yang berfokus pada cerita tentang persahabatan dua siswa SMA yang berawal dari adegan pencarian sepatu hingga pencarian TKI dalam geografis Macau dan London. Pada awalnya saya menganggap buku Loversus ini sama dengan chicklit-chicklit yang pada umumnya hanya sekedar berdialog dan tidak memiliki kedalaman cerita. Namun aku harus mengubah pendapatku di ...