Skip to main content

Inflasi 101 for Ara


Belakangan ini Ara suka nanyain berapa banyak uang di tabungannya. Uang tabungan hasil salam tempel dari Etta, salam tempel karena puasanya full, hingga uang yang dia dapat kalo berhasil "ngejualin" gambar-gambar bikinannya ke Emaknya. Awalnya tabungan itu pengen dia pake buat beli handphone. Karena selama ini handphone yang dia pakai hanyalah bekas dari bapak emaknya. Dia pengen ngerasain punya handphone baru yang aplikasinya unduhan dia sendiri. Folder fotonya ga penuh dengan foto dan video dari konser boyband. Tapi karena pas ulang tahun ke 10 kemarin, Bapaknya ngadoin handphone baru dia ga jadi bongkar tabungan. 

Pernah juga dia terobsesi untuk membeli konsol Nintendo. Entah yang model yang mana. Yang pasti bukan model terbaru. Karena ia berhasil menjelaskan kepada saya kalo harganya ga lebih dari dua juta. Dia kepengen main game Tomodachi yang hanya bisa dimainkan dikonsol itu. Sampai sekarang saya belum ngijinan dengan alasan uang tabungannya belum cukup. Dia pun lama-kelamaan ga ngomel minta dibeliin. Uang tabungannya sekali lagi aman. 

Kemudian Anna pun menanyakan berapa uang tabungannya. Motifnya satu dia pengen beli barang-barang di game online favoritnya. Game rumah-rumahan yang punya banyak sekali barang untuk dikoleksi. Harganya ga mahal sih. 15ribuan udah bikin dia senang. Tapi kalo mintanya setiap beberapa hari, kayaknya lebih enak kalo dibeliin mie ayam ama cendol. Bikin kenyang, nambah berat badan.

Saking capeknya sering ditanya berapa banyak uang di tabungan mereka, saya cuma bilang "uangnya udah diinvestasikan ke tabungan jenis lain. Wujudnya udah bukan uang", kataku. Kemudian Ara bertanya, "What for?".  Karena kalo nabung versi uang nilainya bakal turun, sedangkan kalo bentuk investasi yang lain nilainya tetap terjaga, kataku. Dia tetap bingung. 

Kemudian kuceritakan ilustrasi di bawah ini : 

Etta waktu menjadi guru tahun 1980an gajinya sekitar Rp. 30.000. Waktu itu harga makanan bisa dijangkau dengan harga 25 rupiah. Kalo sekarang 30ribu rupiah ga cukup buat beli happy meal tapi saat itu Rp.30.000 udah bisa beli televisi yang paling bagus. Televisi jadi barang mewah kala itu. Kalo sekarang orang mengakses informasi lewat Handphone, dulu televisi sumber informasi. 

Nah, anggaplah Etta nabung gajinya  yang 30ribu dalam bentuk uang  buat Ara. Biar Ara bisa pake buat beli barang elektronik nanti karena 30ribu setara dengan harga barang elektronik di zaman Etta. Kemudian Etta melakukan time traveling membawa uang 30ribu itu ke Ara zaman sekarang. Etta ngasih tau "Ara ini uang buat Ara beli barang Elektronik. Uangnya cukup buat beli televisi". Terus Ara nangis. "Etta, uangnya ga cukup buat beli paket hemat cheese burger". 

Terus Etta time traveling lagi ke tahun 1980an membawa uang 30ribunya. Uang 30ribu itu Etta pakai untuk beli emas. Anggaplah satu keping emas seharga Rp.5000. Etta berhasil mendapatkan enam keping emas dari uang 30ribu tadi. Kemudian Etta balik lagi naik mesin waktu ke jaman Ara sekarang. " Nih, Etta gantiin jadi emas saja," kata Etta. Terus Ara bawa tuh enam keping emas ke pegadaian. Ternyata, satu keping emas dihargai 800ribu oleh pegadaian. Enam keping emasnya laku 4 juta lebih. Ara senang karena uangnya cukup buat beli handphone. 

"Ow jadi, instead menyimpan dalam bentuk uang, bagusnya diinvestasikan dalam bentuk lain, seperti emas contohnya", kata Ara menyimpulkan. 

"That's it. You get the point", kataku. "Uangmu sama Anna aku investasikan ke beberapa instrumen investasi. Kelak bisa dipakai untuk biaya sekolah", kataku. 

Habis ini semoga ga ditanyain lagi berapa banyak jumlah tabungannya. 

(Bogor, 24 September 2021)


Comments

Popular posts from this blog

Ollo Si Beruang

Ollo si Beruang Di sebuah hutan yang lebat dimana pohon-pohon menjulang tinggi. Akar-akarnya belukar di tanah. Rumput-rumput lebih hijau dari yang pernah kamu lihat. Di dalam hutan semua binatang hidup bersama mengikuti hukum alam. Jangkrik-jangkrik dan serangga mengkolaborasikan suara yang harmonis bersama bunyi bunyi gesekan dahan, dan daun berguguran. Di hutan ini, jauh di dalam hiduplah seekor beruang. Ia bernama Ollo. Ollo sangat bahagia hidup di hutan. Di sini dia berteman dengan imut si semut. Imut tinggal di bawah tanah di samping pohon yang Ollo jadikan rumah. Tak cuma imut si semut, Ollo juga berteman Acil si kelinci. Mereka sering berkumpul dan bercerita. Atau kadang bermain di sekitar lapangan tempat mereka tinggal. Tempat tinggal mereka jauh di dalam hutan. Di sana terdapat tanah lapang yang tak terlalu luas. Rumput-rumput tumbuh tapi tidak terlalu tinggi.Di balik rumput-rumput itulah Acil si Kelinci membuat sarangnya. Ada batu-batu besar yang berongga yang menjad

Dapat Kiriman Moneygram

Ini adalah pengalaman pertama saya mendapatkan kiriman uang dari luar negeri. Sedikit norak dan kampungan sih. Tapi tak ada salahnya membaginya di sini. Setelah saya googling di internet kurang yang mau berbagi pengalaman tentang transferan luar negerinya. Nah, karena Kak Yusran yang bersekolah di Amerika berniat mengirimi saya uang buat tiket ke Bau-Bau, maka dia akhirnya mengirimkan uang. Dalam bentuk dollar lewat jasa layanan Moneygram yang banyak tersedia di supermarket di Amerika. Moneygram sama seperti Western Union. Tapi Western Union lebih merakyat. Mereka bekerja sama dengan kantor Pegadaian dan kantor pos. Sehingga di kampungku pun ada fasilitas Western Union (tapi saya belum tahu berfungsi atau tidak). Moneygram sendiri setahu saya hanya bekerja sama dengan beberapa bank. Saya belum pernah tahu kalo Moneygram juga sudah bekerja sama dengan kantor pos, meskipun informasi dari teman-teman di twitter mengatakan demikian. Jasa layanan pengiriman uang macam Moneygram dan Western

Parende Mama Jana

Apa makanan khas Buton? Saya tidak menemukan perbedaan yang begitu mencolok antara makan khas Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan. Kalo soal jenis dan macam, maka Sulawesi Selatan juaranya. Tapi itu bukan berarti di Pulau Buton khususnya di Baubau nda ada kuliner enak.  Daerah ini terkenal dengan makanan khas bernama Kasuami, terbuat dari tepung singkong yang dikeringkan. Tapi, entah kenapa sampai sekarang saya belum berniat mencicipinya. Selain Kasuami ada juga makanan khas yang lain. Namanya ikan Parende. Masakan ikan dengan cita rasa yang khas yang berbeda dengan Pallu Mara di Sulsel.  Meski sama-sama ikan masak, antara olahan antara parende dan pallu mara cukup berbeda. Jika pallu mara menekankan pada ikan bolu dengan banyak kunyit dan asam serta diberi sedikit gula merah, maka ikan parende menggunakan ikan laut yang entah apa namanya. Rasa kecutnya diperoleh dari belimbing atau mangga.  Di Baubau saya telah mencoba tiga masakan Parende di tiga tempat makan berbeda. Tidak ada pe