Skip to main content

Perempuan Yang Mengetuk di Petang Hari


 Matahari perlahan tenggelam di horizon. Langit sore itu lebih gelap dari biasanya. Gemuruh guntur bersahut-sahutan. Pertanda hujan deras akan menghiasi langit dan membasahi bumi petang itu. Rintik hujan mulai terdengar satu-satu di atas genteng. 

Pintu dan jendela kututup lebih awal meski sore belum menua. Aku menemani anak semata wayangku menonton serial favoritnya, ketika seseorang mengetuk pintu rumah. Entah siapa. Saya tidak mengharapkan kedatangan seseorang. Tak mungkin juga teman suami, karena ia sedang keluar kota. 

Saya membiarkan bunyi ketukan itu menggantung di udara. Sebuah salam sayup-sayup terdengar. Saya bergeming. Menunggunya untuk berlalu. Seperti yang sering saya lakukan pada pedagang door to door yang selalu menjajakan jualannya. Tapi tak biasanya penjual door to door datang se sore ini. Rata-rata pagi atau siang hari. 

Saya masih bergeming. Suara ketukan dan salam itu tidak beranjak juga. Tetap berdiri di balik pintu memohon untuk di buka. Saya menggerakkan tubuhku, menjawab salam sembari mengintip dari jendela. 

Seorang perempuan dengan kerudung hitam panjang. Kubuka daun pintu. Perempuan itu adalaha satu dari pedagang yang sering menjajakan jualannya di kompleks ini. Ia menjual keripik pisang yang dihargai Rp. 15.000/bungkus. Sekali pernah saya membeli dagangannya. Waktu itu ia sembari menggendong anaknya yang berumur setahun. 

Namun sore itu ia tidak menggendong anaknya. Tidak pula membawa kantongan besar berisi kiripik pisang. Mukanya tampak pias meski kulitnya kecoklatan. "Kenapa ya bu?", tanyaku. Kemudian ia menceritakan maksud kedatangannya. 

Anaknya yang perempuan itu sakit mencret. Ia membawanya ke klinik tempat tinggalnya. Sudah sembuh dan akan keluar dari klinik. Sayangnya uang untuk biaya berobat tidak cukup. Ia harus membayar Rp. 175.000 untuk menebus obat-obatan. "Kurang Rp.50.000" katanya memelas. 

Ia bermaksud meminjam uang untuk kekurangan tersebut. "Hari ini sebenarnya mau jualan, bu, tapi anak sakit jadi ga bisa", katanya. "Ga urus BPJS atau jamkesmas?", tanyaku. " Cuma tinggal berdua sama anak. Jualan juga jadi nda sempat ngurus begituan", katanya lagi. 

Saya tak tahu siapa namanya. Yang saya tahu hanyalah ia tinggal di Sukaraja Kaum dan berjualan keripik pisang. Kadang dengan jalan kaki, kadang juga dengan sepeda motor. 

Kurogoh dompetku, hanya ada uang tunai Rp.30.000. "Bu, maaf ya cuma ada Rp.30.000. Tadi nda sempat ambil tunai di ATM", kataku. "Ga pha2 bu, nanti Rp.20.000 aku cari di tempat lain", katanya. 

"Semoga cepat sembuh", kataku sambil menyerahkan uang. Mukanya tampak cerah. Kami bersalaman dan ia mencium tanganku. "Nanti saya bawa kripik ke sini, bu", katanya sebelum pergi. 

Ara menghampiriku sesaat setelah sang perempuan itu berlalu."Kenapa Ma? Kenapa dia minta tolong?", tanyanya. "Kalo ada orang minta tolong, maka kita harus...", tanyaku. "Menolong", katanya. 

Di luar rintik hujan kian deras....

Bogor, 25 Mei 2016

Comments

Popular posts from this blog

The Intimate Lover

sumber foto : www.amazon.com Apa yang akan kamu lakukan jika bertemu Mr. Rightman sesaat sebelum kamu menikah? Ms. Girl, perempuan yang telah bertunangan bertemu dengan Mr. Boy disuatu hari di dalam lift. Hanya mereka berdua di dalam lift yang meluncur turun dari lantai 20. "Jika tidak ada orang yang bersama kita dilift ini hingga lantai dasar, maka aku akan mentraktirmu minum"kata pria itu. Sayang, sang wanita memilih menginterupsi lift tersebut. Berhenti satu lantai sebelum lantai tujuan mereka dan memilih pergi. Tapi gerak bumi mendekatkan mereka. Tak berselang waktu mereka kembalib bertemu dan saling bercakap. Tak bertukar nama, memilih menjadi orang asing bagi masing-masing. Bertemu, berkenalan, dan melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama. Menyerahkan pada semesta kapan mereka hendak berpisah. Namun, ketika semesta mengharuskan mereka berpisah, dua orang tersebut telah saling jatuh cinta. Seberapa pun mereka berusaha berpisah, hati mereka tetap saling ...

Misteri Sepatu Menggantung di Kabel Listrik

Sumber : Athens News Sepasang sepatu menggantung lunglai di tiang listrik. kabel listrik tempatnya bergantung kokoh tak ingin melepaskan sepatu itu menghujam bumi. Pertama kali tiba di Athens, saya cukup heran dengan sepatu-sepatu yang tergantung di kabel-kabel listrik itu. Kutanya ke seorang teman bule tapi ia tak memberi jawaban yang memuaskan. Kupikir sepatu-sepatu itu dilempar begitu saja karena sudah dirusak atau tidak dipakai. Atau asumsiku yang lain adalah sepatu itu milih olahragawan yang berhenti dari profesi dan memilh menggantung sepatu. seperti pemain sepakbola. Tapi sepertinya asumsi olahragawan itu tidak benar, karena sepatu-sepatu yang menggantung di tiang listrik cukup mudah ditemukan. Jalan-jalanlah di seputaran Athens dan kau akan mendapati sepatu-sepatu menggantung di tiang listrik.  Uniknya sepatu yang digantung itu hanyalah sepatu-sepatu kets. Fenomena ini disebut Shoefiti dan terjadi diberbagai tempat di Amerika. Nyatanya bukan hanya saya saja yang pen...

Review #1 Trilogi Jendela-Jendela, Pintu, dan Atap

Akhirnya saya menamatkan trilogi Jendela, Pintu, dan Atap karya Fira Basuki. Membaca buku ini terbilang cukup telat mengingat buku ini ditulis pada tahun 2001 dan sudah mengalami 10 kali cetak ulang.  Untuk pertama, saya ingin mereview buku Jendela-Jendela.Review berikutnya akan ditulis terpisah. Nah, sebelumnya saya bukanlah pembaca Fira Basuki. Sejauh ini saya hanya membaca buku Astral Astria dan Biru karyanya. Dua buku yang ditulis kemudian setelah menuliskan trilogi ini.  Jendela-jendela bercerita tentang seorang perempuan bernama June yang mengalami cukup banyak perubahan dalam hidupnya. Mulai dari kuliah di Amerika, menjadi editor majalah Cantik di Indonesia, kemudian menikah dan pindah ke Singapura. Menepati rumah susun sederhana dan menjadi ibu rumah tangga. Ceritanya mirip-mirip hidup saya pas bagian ibu rumah tangga. Hahaha.  Transisi hidup yang cukup glamor saat kuliah di Amerika dengan tanggungan orang tua serta limpahan hadiah mahal dari pacarnya ke kehidupan...