Skip to main content

Dear Anna Yang Berusia 1 Tahun



Selamat ulang tahun, Anna. Sebuah angka satu memulai bilangan usiamu. Saya masih mengingat pertama kali kulit kita bersentuhan. Kamu tengkurap di atas dadaku. Kulitmu masih putih kering karena air ketubang yang bereaksi terhadap udara bumi. Kamu menggeliat. Sesekali bersuara. Entah tangis atau ekspresi sukamu. 

Mengenang moment IMD denganmu selalu membuatku mataku panas. Kamu begitu rapuh dan lengan ini ingin merengkuhmu. Membangun benteng untukmu. Menjadi perisai untukmu agar kamu tetap utuh. Kemudian waktu berlalu. Kamu mengeliat. Duduk. Merangkak. Hingga sekarang kamu belajar berdiri. Jatuh, terantuk, kurang keseimbangan beberapa kali kamu hadapi. Kamu menangis. Hingga hilang suara. Namun kamu tak kapok. Tubuhku masih tetap ingin merengkuhmu. Menjagamu dari kekikukanmu. Jika perlu saya bersedia menggendongmu asal kamu tak perlu terjatuh. 

Tapi hidup bukanlah tentang menjagamu dalam kotak kaca dan membiarkanmu tak lecet. Hidup adalah mempelajari hal-hal baru. Berjalan, berlari, terjatuh, kemudian bangkit lagi. Begitulah laku belajar nak. Tak apa-apa jatuh asal kamu tetap bangkit lagi. Tak apa-apa bodoh asal kamu tetap rajin untuk belajar dan mengasah diri. Belati pada awalnya hanya sepotong besi yang tumpul. Belajarlah dari yang kecil dulu. Seperti ketika kamu menyanyikan Five Little Ducks bagian "kwek kwek kwek", yang kamu ucapkan dengan "ta ta ta ". Atau tepuk tangan pada lagu If You Happy. Karena sesuatu besar selalu berawal dari sesuatu yg kecil. 

Selamat Ulang Tahun, gadis kecil. I love you before and after.

Bogor, 4 Agustus 2017

Comments

Popular posts from this blog

Seketika Ke Sukabumi

twit ekspektasi vs twit realita Setelah kelelahan karena hampir seharian di Mal sehabis nonton Dr.Dolittle pada hari rabu, dengan santai saya mencuitkan kalimat di Twitter "karena udah ke mal hari Rabu. Weekend nanti kita berenang saja di kolam dekat rumah”. Sebuah perencanaan akhir pekan yang sehat dan tidak butuh banyak biaya. Saya sudah membayangkan setelah berenang saya melakukan ritual rebahan depan TV yang menayangkan serial Korea sambil tangan skrol-skrol gawai membaca utasan cerita yang ga ada manfaatnya.  Sebuah perencanaan unfaedah yang menggiurkan. Tiba-tiba Kamis malam suami ngajakin ke Taman Safari liat gajah pas akhir pekan. Mau ngasih liat ke Anna yang udah mulai kegirangan liat binatang-binatang aneka rupa. Terlebih lagi sehari sebelumnya kami menonton film Dr.Dolittle yang bercerita tentang dokter yang bisa memahami bahasa hewan. Sekalian  nginap di hotel berfasilitas kolam air panas. Hmmm. Saya agak malas sih. Membayangkan Taman Safari yan...

Pride and Prejudice : I’m Bewitched

Tak pernah kusangka saya akan jatuh cinta pada film Pride and Prejudice. Waktu kuliah dan masa-masa belum punya anak, saya tidak pernah tergerak untuk menonton film ini. Prasangka saya terhadap film ini sudah tumbuh sejak memiliki versi Film India di tahun sebelumnya. Mungkin karena hal itu saya kemudian tidak tertarik menontonnya.   Namun karena episode-episode drama korea yang aku nonton udah habis, ditambah kebosanan pada topik medsos yang masih heboh dengan pilpres, dan juga pengaruh hari valentine yang menyebabkan algoritma lapak streaming merekomendasi film-film romantis menjadi sebab akhirnya saya menonton film ini Semuanya berawal dari ketidaksengajaan menonton Atonement yang diperankan oleh Kiera Knightley. Film ini cukup bagus, meski di tengah jalan saya udah kena spoiler via wikipedia dan rada senewen dengan endingnya. Tapi kecantikan Kiera Knightley tetap mampu membuat saya menyelesaikan film itu sampai detik terakhir. Saking senewennya dengan ending Atonement, sa...

Membaca Loversus

Kata K Zulham, teman sekantorku Chicklit itu oportunis. Chicklit adalah genre novel remaja yang menceritakan persoalan anak sekolahan dan percintaan. Tapi yang menyenangkan adalah bagaimana kau membaca dan menemukan apa yang ingin kau baca. Bagaimana kamu tersenyum bahagia di ending sebuah buku. Dan ribuan diksi baru menghingapi otak dan pikiranmu karena penyajiannya. Tak peduli jenis bacaan apa pun ia. Tak peduli ia adalah kumpulan cerpen, dongeng sebelum tidur, bacaan remaja,Chicklit, Teenlit atau novel berat yang terlalu ngejelimet. Aku mengikat kesan itu setelah menuntaskan 216 halaman buku Farah Hidayati. Loversus . Sebuah chicklit yang berfokus pada cerita tentang persahabatan dua siswa SMA yang berawal dari adegan pencarian sepatu hingga pencarian TKI dalam geografis Macau dan London. Pada awalnya saya menganggap buku Loversus ini sama dengan chicklit-chicklit yang pada umumnya hanya sekedar berdialog dan tidak memiliki kedalaman cerita. Namun aku harus mengubah pendapatku di ...