Skip to main content

Setiap Anak adalah Spesial


Dear Anna...
Tulisan ini harusnya kubuat saat usiamu empat bulan. Kala itu ekspetasiku adalah kamu sudah tengkurap dan lincah bolak-balik seperti kakakmu. Sayangnya, kamu memilih tetap terlentang. Tidak miring sedikit pun apalagi lincah tengkurap.

Dengan berpatokan pada tumbuh kembang kakakmu yang di usia tiga bulan sudah mampu tengkurap dengan sempurna, maka aku sedikit khawatir tentangmu. Aku bertanya pada mbah Google. Menelisik forum-forum percakapan tentang bayi tengkurap. Semua mengatakan normal adanya jika sampai usia enam bulan belum tengkurap. 

Tapi sebagai seorang ibu, khawatir itu selalu ada. Menginjak usiamu yang ke lima bulan pun kamu masih tetap aja asyik berbaring telentang. Bahkan kamu memilih bergerak dengan bertumpu di kakimu kemudian mendorong kepala agar bergerak maju. Kamu serupa ulat bulu dalam posisi terbalik. Tiap hari saya berusaha melatihmu tengkurap. 30 menit sehari, saran ahli. Sayangnya, tiap kali kamu tengkurap tidak berapa lama kamu menangis minta posisi telentang. Saya bahkan harus berusaha memiringkanmu agar kamu mau tengkurap. 

Hingga pada minggu ketiga di usiamu yang lima bulan, kamu lancar tengkurap. Meski untuk kembali berbalik kamu masih kesulitan. Baru beberapa hari ini kamu sudah terlihat mampu kembali terlentang setelah tengkurap. 

Kemudian saya menyadari bahwa kamu bukanlah Ara. Kamu adalah Anna. Dan aku sebagai ibumu tidak boleh menjadikan kakakmu sebagai patokanmu karena sesungguhnya kamu istimewa. Sebagai mana kakakmu. 

Setiap anak hadir dengan keunikannya masing-masing. Mereka spesial tanpa harus saling diadu. Saya sadar untuk membuatmu dan kakakmu bertumbuh dengan warna yang kalian bawa masing-masing. Tugas kami, orang tuamu, adalah menjadi pendamping dan mendukung serta selalu hadir untuk menyediakan pundak dan pelukan agar kamu bertumbuh cemerlang dan  warnamu kian bersinar. 



Bone, 31 Januari 2017

Comments

Popular posts from this blog

The Intimate Lover

sumber foto : www.amazon.com Apa yang akan kamu lakukan jika bertemu Mr. Rightman sesaat sebelum kamu menikah? Ms. Girl, perempuan yang telah bertunangan bertemu dengan Mr. Boy disuatu hari di dalam lift. Hanya mereka berdua di dalam lift yang meluncur turun dari lantai 20. "Jika tidak ada orang yang bersama kita dilift ini hingga lantai dasar, maka aku akan mentraktirmu minum"kata pria itu. Sayang, sang wanita memilih menginterupsi lift tersebut. Berhenti satu lantai sebelum lantai tujuan mereka dan memilih pergi. Tapi gerak bumi mendekatkan mereka. Tak berselang waktu mereka kembalib bertemu dan saling bercakap. Tak bertukar nama, memilih menjadi orang asing bagi masing-masing. Bertemu, berkenalan, dan melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama. Menyerahkan pada semesta kapan mereka hendak berpisah. Namun, ketika semesta mengharuskan mereka berpisah, dua orang tersebut telah saling jatuh cinta. Seberapa pun mereka berusaha berpisah, hati mereka tetap saling ...

Pride and Prejudice : I’m Bewitched

Tak pernah kusangka saya akan jatuh cinta pada film Pride and Prejudice. Waktu kuliah dan masa-masa belum punya anak, saya tidak pernah tergerak untuk menonton film ini. Prasangka saya terhadap film ini sudah tumbuh sejak memiliki versi Film India di tahun sebelumnya. Mungkin karena hal itu saya kemudian tidak tertarik menontonnya.   Namun karena episode-episode drama korea yang aku nonton udah habis, ditambah kebosanan pada topik medsos yang masih heboh dengan pilpres, dan juga pengaruh hari valentine yang menyebabkan algoritma lapak streaming merekomendasi film-film romantis menjadi sebab akhirnya saya menonton film ini Semuanya berawal dari ketidaksengajaan menonton Atonement yang diperankan oleh Kiera Knightley. Film ini cukup bagus, meski di tengah jalan saya udah kena spoiler via wikipedia dan rada senewen dengan endingnya. Tapi kecantikan Kiera Knightley tetap mampu membuat saya menyelesaikan film itu sampai detik terakhir. Saking senewennya dengan ending Atonement, sa...

Seketika Ke Sukabumi

twit ekspektasi vs twit realita Setelah kelelahan karena hampir seharian di Mal sehabis nonton Dr.Dolittle pada hari rabu, dengan santai saya mencuitkan kalimat di Twitter "karena udah ke mal hari Rabu. Weekend nanti kita berenang saja di kolam dekat rumah”. Sebuah perencanaan akhir pekan yang sehat dan tidak butuh banyak biaya. Saya sudah membayangkan setelah berenang saya melakukan ritual rebahan depan TV yang menayangkan serial Korea sambil tangan skrol-skrol gawai membaca utasan cerita yang ga ada manfaatnya.  Sebuah perencanaan unfaedah yang menggiurkan. Tiba-tiba Kamis malam suami ngajakin ke Taman Safari liat gajah pas akhir pekan. Mau ngasih liat ke Anna yang udah mulai kegirangan liat binatang-binatang aneka rupa. Terlebih lagi sehari sebelumnya kami menonton film Dr.Dolittle yang bercerita tentang dokter yang bisa memahami bahasa hewan. Sekalian  nginap di hotel berfasilitas kolam air panas. Hmmm. Saya agak malas sih. Membayangkan Taman Safari yan...