Ilustrasi (Sumber foto di sini) |
Seringkali di tengah percakapan telepon, saya harus kacele karena gawai ini
mati karena kepanasan. Beberapa
kali notifikasi memberitahukan bahwa kapasitasnya kian menipis dan ia tidak
lagi mampu berbuat apa-apa.
Saya telah berusaha membantunya.
Menghapus aplikasi permainan yang juga bejibun. Namun hanya menolong sedikit.
kerja mesinnya masih tetap berat, apalagi ketika ceklekan kamera dan videonya
difungsikan.
Namun, saya tidak dapat
menghindari hal tersebut. Saya
adalah ibu dua anak yang selalu mengabadikan setiap gerak-gerik anak saya. Ketawa
dikit, foto. Tengkurap,
dikit foto. Mandi,
foto. Makan, foto. Main,foto. Tidur, foto. Kalo ga ada kerjaan, selfie. Belum
lagi kalo anak sulung saya punya mainan baru, pasti ia meminta merekam videonya
ala-ala review mainan di youtube.
Belum termasuk foto dan video
dari sosial chat yang banyaknya naudzubillah. Beberapa diatur agar tidak tersimpan otomatis, tapi
sebagian juga disimpan,misalnya foto aktivitas di sekolah anak.
Jangan tanya seberapa sering saya
berusaha memilah-milah foto mana
yang layak disimpan dan mana yang harus dibuang. When it comes to foto-foto printscreen belanja online, cukup klik
foto tempat sampah. Tapi
kalo udah wajah anak-anak yang lucu-lucu meski kadang blur dan ga jelas, saya selalu sentimentil.
Setiap foto adalah upaya
menghentikan waktu. Ia merekam dan membekukan kenangan. Ia semacam mesin waktu untuk menengok masa lalu. Maka,
ketika disuruh memilih untuk membuangnya, saya akan mengambil opsi tidak.
Karenanya, saya berusaha
menyimpan semua foto. Masalah pun datang. Kabel data gawaiku rusak. Yang asli harganya ratusan ribu. Saya mengandalkan kabel charger-an palsu yang tidak bisa terbaca di laptop. Solusinya
adalah beli kabel data KW-an aja. Dengan label original seharga 30ribu di toko
online, saya pun memesan dengan penuh harapan.
Sampai di rumah, kabelnya bagus. terbaca
di laptop meski ga meyakinkan kualitasnya. Berikutnya yang terjadi adalah gawai
terdeteksi di laptop, namun foto-foto dan video tidak bisa diimpor ke laptop.
kabarnya sih, filenya rusak.
Jiiiaaahhhhh!!!!! apes banget sih. Apa
saya harus rela saja menghapus 3000 ribu foto itu? Simpan di gawai juga, bukan
solusi.
Maka,solusi lain yang bisa saya
temukan adalah memback up-nya lewat email. Semua foto dan video saya kirim
lewat email ke email yang khusus saya buat untuk menampung foto-foto dan video
dari gawai saya. Untunglah internet di rumah tidak macet dan bisa mendukung
pekerjaannya yang butuh kesabaran ini.
Ini akan menjadi pekerjaan yang
sangat panjang dan lama. Tapi harus dikerjakan dengan telaten demi
menyelamatkan foto dan video serta menyehatkan kembali si gawai agar lebih baik
lagi.
Bogor, 24 Januari 2017
ganti hape
ReplyDelete@ermus_