Skip to main content

Sahabatku, Ema!


Ema selalu ada dalam kehidupanku. Ia selalu menuliskan nicknamenya "Emma", tapi aku suka memanggilnya Ema hanya dengan satu M.Jauh sebelum aku bertemu dengan beberapa perempuan lain yang kemudian memberi warna – warni dikertas gambarku. Aku mengenalnya saat kelas dua SMP. Saat itu kami sama-sama menjadi peserta lomba siswa teladan di kabupaten bone.

Mengapa ia begitu melekat di benakku? Karena saat itu ada seorang peserta dari SMA lain yang menaruh hati padanya dan mengiriminya salam. Saat itu aku seperti melihat visualisasi cerpen-cerpen yang sering aku baca di majalah remaja milik kakakku. Anak SMA yang menyukai anak SMP dan melakukan pendekatan-pendekatan khas anak SMA .Menitip salam, Mengintip diam-diam dari balik pintu kelas (Saat itu peserta SMA dan SMP bersampingan ruangan). Dan si cewek tersenyum malu-malu.

Saat itu aku sangat kagum pada paras Ema. Dia memiliki wajah cantik yang unik. Rambut panjangnya tergerai dan berombak. Dia cantik, outstanding menurutku. Beda dengan wajah siswa-siswa SMP kebanyakan. Aku masih bisa membayangkan bagaimana senyumnya yang menawan. Wajarlah jika ada saja yang jatuh hati padanya.

Aku menyenangi kebetulan. Tapi aku selalu menyadari bahwa tak ada kebetulan di semesta ini. Aku bertemu Ema bukanlah sebuah kebetulan. Lima tahun kemudian kami bertemu di acara pengumpulan Mahasiswa baru angkatan 2004 jurusan ilmu komunikasi Unhas. Pertemuan lima tahun lalu di SMP 2 Watampone adalah mungkin seperti keterikatan benang yang kemudian saling menguatkan lima tahun kemudian.

Aku selalu iri dengan keluasan pengetahuan dan kepandaiannya menulis. Kamu bisa bercerita dan berdiskusi banyak topik dengannya.Mulai dari sepakbola, film, lagu sampai dengan diskusi filsafat. Ia selalu menjadi unik diantara teman-teman angkatan. Dia mungkin sangat biasa tapi mampu berbaur dengan segala lapis sosial. Kamu hanya butuh bercerita sedikit dengannya dan selanjutnya kalian akan terlibat percakapan yang menyenangkan.

Ia tak seperti perempuan kebanyakan yang harus mengikuti gaya dan trend terkini. Tapi yakinlah dia tahu dan paham merek-merek terkenal. Pakaian kebangsaannya adalah celana panjang, kaos lengan panjang, dan jilbab. Alas kaki berupa sandal gunung, kadang sepatu jelly, atau sandal jepit yang simple.

Diantara kami berteman dekat, Ema lah yang mungkin paling idealis. Tetap pada semangat dan mimpinya menggeluti dunia penelitian dan pengetahuan. Ia tak panik seperti saya saat selesai kuliah dan berlabel pengangguran. Ia pernah ditawari menjadi frontliner di kantorku dulu. Ditawari langsung oleh Wapim Operasionalku. Tapi ia sangat tahu apa yang ia mau dan apa yang tidak ia mau. Tak seperti aku yang kemudian mendapat euphoria di terima kerja dan kemudian baru tersadar bahwa itu tak cocok untukku.

Ema selalu ada saat kami, teman-temannya butuh. Ia selalu hadir di setiap ujian akhir. Selalu menemani melakukan persiapan remeh temeh yang penting. Selalu menjadi tempat curhat yang menyenangkan. Kadang juga menjadi teman gila-gilaan yang sangat keren.

Hingga saat hari ini, 11 tahun aku mengenalnya ia tetaplah menjadi pribadi yang unik. Masih dan selalu tetap diandalkan untuk menemani dan dimintai bantuan. Padahal jarang aku memberi bantuan padanya. Hanya hitungan jari mungkin aku pernah berbuat baik padanya. Selebihnya aku selalu menjadikannya tempat bercandaan dan seseorang yang harus selalu mendengarkan keluh kesahku.

Hingga hari ini, telah banyak detik yang kami lalui bersama. Ia tidaklah berubah. Masih tetap gadis SMP yang kukenal pertama kali. Meski harus kuakui, aku masih menyukai wajah lugunya saat SMP. Ia butuh make over mungkin. Sedikit pulasan make up mungkin perlu di wajahnya. Tapi sekali lagi itu bukan gayanya. Dan aku menyukai dirinya yang tetap seperti itu. Tapi kelak ketika ia ingin “melukis”wajahnya, ia boleh menggunakan make up yang mulai jarang aku pakai juga.

Ema, teman rock and roll!!!!!

Comments

Popular posts from this blog

jurnalistik siaran, pindah kost-kostan, dan "capek deh!"

Akhirnya, kembali bisa menyempatkan diri sejenak ke Teras Imaji. Sedikit berbagi kisah lagi dengan diri sendiri. Sekedar untuk sebuah kisah klasik untuk Saraswati dan Timur Angin kelak. Aku tak pernah menyangka bahwa aku bisa bertahan sampai saat ini.meski tugas kuliah menumpuk. Keharusan untuk pindah pondokan. Kewajiban lain yang belum terselesaikan.Problem hati yang menyakitkan. Serta kontrak yang tersetujui karena takut kehilangan peluang meski tubuh ini harus sudah berhenti. Siang tadi (15 nov 06) seharian ngedit tugas siaran radioku. Tak enak rasanya pada teman-teman, memberatkan mereka. menyita waktu yang seharusnya untuk hal lain. Tak enak hati pada Pak Anchu, penjaga jurusan. yang tertahan hanya menunggu kami menyelesaikan tugas itu. Dengan modal suara fals nan cempreng toh aku pun akhirnya harus sedikit PD untuk membuat tugas itu. Meski hanya menguasai program office di komputer, toh aku harus memaksakan belajar cool-edit (yang kata teman-teman yang udah bisa merupakan sesuatu...

Asyiknya Berkirim Kartu Pos

Kartu pos untuk teman-teman di Indonesia. Beberapa minggu ini saya lagi senang-senangnya berkirim kartu pos. Membeli kartu pos di court street. Menuliskan nama dan alamat yang akan dikirimkan. Menuliskan pesan yang akan disampaikan. Dan membawanya ke kantor pos dan memposkannya. Prosesnya itu begitu menyenangkan buatku. Terlebih lagi ketika orang yang saya kirimi kartu pos mengabarkan kalo kartu posnya sudah sampai, rasanya seperti mission completed deh. Selain mengirimkan kartu pos ke teman-teman di Indonesia, saya juga bergabung di Postcrossing . Sebuah web yang menyatukan para penggemar kartu pos seluruh dunia. Saya menemukan web Postcrossing ini tak sengaja ketika sedang mencari informasi berapa harga prangko untuk kartu pos luar negeri. Caranya gampang, daftar di webnya, kemudian kamu akan menerima 5 alamat yang harus kamu kirimi kartu pos. Saat pertama join kamu harus mengirim kartu pos. Ketika kartu pos itu diterima, maka alamat kamu akan disugesti untuk dikirimi kartu po...

Punya KTP Amerika

Akhirnya saya punya KTP Amerika. Sok pamer? Mungkin iya. Gaya juga masuk dalam kategori itu. Secara selama ini saya cuma punya KTP Bone dan KTP Baubau. KTP Makassar saja nda punya sama skali. Padahal hidup di  Makassar hampir 5 tahun. Nah, dapat KTP Amerika yang disini lebih dikenal dengan nama State ID itu penting buat kelangsungan hidup saya di Athens. Meskipun tinggal 6 bulan lagi, tapi untuk mengisi dompet dengan kartu berbahasa Inggris saya anggap sedikit perlu. Biar sedikit gaya dan jadi kenang-kenangan kalo pulang nanti. Ngantri bikin State ID Saya sudah lima bulan tinggal di Athens dan baru ngurus State ID. Ckckckcckck. Padahal saya nda ada kerjaan di rumah. Telat pasalnya yang harus nemenin pergi ngurus sibuk kuliah. Pas musim libur ini baru deh sempat ditemani bikin. Saya menganggap penting State ID itu hanya karena persyaratan untuk menjadi anggota perpustakaan di Athens Library perlu pake State ID. Saya sangat ingin membaca serial ketiga The Lost Hero-nya Rick Ri...