Skip to main content

Bercanda dengan Ema

Ema memiliki darah kebonean yang tinggi. Kemarin dia dengan akrabnya bergaul dengan tetangga kostku yang ternyata adik kelasnya. Secara adik kelas gitu loh. Makanya nyambung. Dengan cepat dia mengenal semua tetangga kostku. Mnegetahui namanya dan saling bercerita tentang sekolahnya.

Karena Ema juga akhirnya saya tahu bagaimana anak-anak itu Online tanpa menggunakan Modem. Sebuah misi yang telah ingin aku tahu seminggu yang lalu. Sayang saya telah membeli kartu IM2 untuk bisa Online di kamar. Tapi tak apalah. Setidaknya bisa dekat dengan tetangga kost bisa sok akrab jika butuh sesuatu.

Percakapan terakhirku dengan Ema sebelum tidur semalam :


“Em, kalo petinju berhenti bertinju dia akan menggantungkan Sarung tinjunya. Kalo gitaris menggantungkan gitarnya. Kalo pemain sepakbola menggantung sepatunya. Kalo pemain bulu tangkis menggantungkan raketnya. Nah kalo orang yang suka sms apa?”


“Menggantungkan HP-nya”jawabnya

“Iya"


" Cari sinyal.Hihihihihi"

Comments

  1. wakawakakakak...kayaknya saya berpeluang besar mendapatkan penghargaan sebagai orang yang paling sering disebut di blog mu, dwi..bersaing dengan Ka Yusran, hihihi...

    ReplyDelete
  2. Yoi cinta.Memimpin ki di klasemen sementara. Makanya kalo mau lebih banyak lagi sering2 bermalam di kamarku:)(*alone mode on)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ara Belajar Ngomong

Serius Nulis Ara mulai suka ngoceh. Ada saja suara keluar dari mulutnya. Kadang jelas kadang juga tidak. Beberapa berhasil saya terjemahkan maksudnya. Beberapa mengalami missunderstand berujung pada rengekan atau aksi menarik tangan. Selain nonton lagu anak-anak, beberapa film anak-anak yang menurut saya cukup edukatif menjadi pilihan tontonannya. Saya memutarkan film Blue's Clues, Super Why, hingga Pocoyo. Serial Blue's Clues sudah kami tonton semua. Mulai dari sang pemilik Blue bernama Steve hingga beralih ke Joe adiknya di serial itu. Yang paling nyantol di kepalanya Ara adalah kata "think" sambil telunjuk memegang dahi. Itulah kata pertama yang ia ucapkan secara jelas setelah kata Mama dan Ayah. Entah kenapa kata ini yang melekat di kepalanya. Mungkin karena si Steve sangat aktraktif menyanyikan lagu jingle Blue's Clues terlebih dibagian "Sit down in thinking chair. Think, think, think". Ara juga suka bagian ketika surat datang. Dia akan i...

Kamu 9 Bulan dan Kita "Bertengkar"

Kamu 9 bulan. Apa yang kamu bisa? Merayap dengan gesit. Berguling-guling ke sana kemari. Duduk sendiri sekehendakmu. Tempat tidur telah kita preteli. Yang bersisa hanyalah kasur alas tidur kita yang melekat di lantai. Agar kamu bebas berguling dan merayap tanpa perlu khawatir gaya tarik bumi menarikmu. Hobiku adalah membiarkanmu bermain di lantai. Dari kasur turun ke ubin dingin. Sesekali memakai tikar, tapi akhir-akhir ini aku malas melakukannya. Lagian daya jangkaumu lebih luas dari tikar 2 x 2 meter. Kamu masuk hingga ke kolong meja. Tak tahu mencari apa. Tak jarang kamu membenturkan kepalamu. Di ubin atau dimana saja. Kubiarkan. Ukuranku adalah jika tidak membuatmu menangis artinya kamu tidak merasa sakit. Sakit itu ditentukan oleh diri sendiri. Saya hanya tak ingin memanjakanmu dengan mengasihimu untuk sebuah sakit yang bisa kamu hadapi sendiri. Mama keras padamu? Bisa jadi. Kamu mulai banyak keinginan. Mulai memperjuangkan egomu. Menangis jika Khanza merebut mainan dari tanganmu....

Norwegian Wood

Cukup melelahkan membaca Norwegian Wood karya Haruki Murakami. Buku yang telah kulihat wujudnya sejak tahun 2004 baru aku baca di tahun 2013. Saya tidak terlalu akrab dengan karya-karya Haruki Murakami. Buku Norwegian Wood ini adalah karyanya yang pertama saya baca.  Mengapa saya berkata buku ini cukup melelahkan? Karena buku ini bercerita tentang kematian dan sangkut pautnya dengan orang-orang yang ditinggalkan. Bukan kematian yang disebabkan sakit atau tua. Tapi kematian orang-orang muda yang memilih bunuh diri.  Bersetting tahun 1970an di Jepang, sang tokoh utama, Watanabe menceritakan kembali kisahnya. Ia bertemu kembali kekasih almarhum temannya yang memilih mati bunuh diri di usia 17 tahun. Sekalipun tidak akrab mereka selalu bersama. Berkeliling mengitari Tokyo tanpa tujuan. Hingga sang perempuan, Naoko masuk panti rehabilitasi gangguan jiwa. Ia lantas bertemu Midori, perempuan nyentrik yang selalu berkata seenak dia. Perempuan yang selalu jujur mengatakan apapun yang i...