Skip to main content

Peri Biru dan Kesatria Putih Dalam LOTR


Aku baru menonton film Lord Of The Rings (LOTR). Please, don’t look me like that. Aneh memang baru menonton film sekeren Lord of The Rings di jaman sekarang. Dwi seperti manusia dari jaman batu yang baru sadar akan peradaban. Jangan mentertawakanku kalo aku pun harus mengakui belum membaca ketiga buku JR.R. Tolkien ini. Ayolah kadang seseorang perlu terlambat mengetahui sesuatu. Agar arah hidupnya tetap baik-baik saja dan tetap menjejak di bumi.

Btw, LOTR-The Fellowship Of The Rings. Bercerita tentang sebuah cincin yang memiliki kekuatan yang sangat besar. Adalah Frodo seorang hobbit (manusia bertubuh pendek) yang diwarisi cincin bertuah dari pamannya Bilbo Baggins.Cincin tersebut ternyata memiliki kekuatan yang kelam dan sangat besar. Aku tak perlulah panjang lebar untuk menjelaskan cerita ini padamu. Aku yakin kamu telah tahu. Dan kalaupun kamu belum tahu, nontonlah sendiri.

Beberapa kali aku berupaya untuk menyelesaikan film ini. Tapi selalu saja tidak berhasil hingga selesai. Kadang kalo ditayangkan di tv swasta aku ketiduran dan tidak melihat endingnya. Kalo pun menyewa di rental video hasilnya pun patah-patah dimana-mana karena keseringan dipinjam. Dan terakhir aku membeli dvd bajakannya dan you know-lah dvd bajakan murah dan tak bermutu. Dan sampai hari ini aku masih belum menyelesaikan film pertama dari tiga seri film LOTR. Sangat tidak keren kan diriku.

Tadi nonton sampai di scene mereka akan menyusuri Dark of Moria. Setelah itu laptopku tak lagi bisa memutar scene selanjutnya. Membuatku tertawan dalam sebuah penasaran yang tinggi. Sudah penasaran dengan menebak translatenya bagaimana karena DVD ini hanya tersaji dalam teks Inggris. How poor I am.

Tapi seperti yang aku bilang, kadang seseorang perlu terlambat untuk mengetahui sesuatu. Dan akhirnya aku melihat visualisasi Peri biru dan Kesatria putih dalam film ini. Hehehehe, mencontek dari sebuah film besar kan tidak apa-apa.

Peribiru seperti Arwen dan kesatria putih seperti Aragorn. Hihihihi. Terlalu tinggi mungkin untuk menyamakan imajinasi yang aku miliki dengan imajinasi Peter Jackson dan para pembuat film LOTR atau penulisnya sendiri JRR.Tolkien. Tapi ini adalah kemerdekaan berimajinasi. Aku yakin JRR.Tolkien tidak keberatan dijadikan sebuah inspirasi.

Maunya menulis lagi tentang peribiru dan kesatria putih. Tapi sumur inspirasinya lagi kering. Butuh beberapa ide keren dari cerita-cerita yang tak terduga. Aku punya Percy Jackson seri terakhir di sini. Sempga bisa menginspirasi.(*)

Comments

  1. wah tulisannya kaka bagus2 :)
    tp di paragrag terakhir sy baca katanya sumur inspirasinya lg kering yah ??? hahaha
    nonton film 300 atau King Arthur kaka...filmnya dak kalah keren sama LOTR :)
    just saran :)

    *budayakan comment and follow

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ara Belajar Ngomong

Serius Nulis Ara mulai suka ngoceh. Ada saja suara keluar dari mulutnya. Kadang jelas kadang juga tidak. Beberapa berhasil saya terjemahkan maksudnya. Beberapa mengalami missunderstand berujung pada rengekan atau aksi menarik tangan. Selain nonton lagu anak-anak, beberapa film anak-anak yang menurut saya cukup edukatif menjadi pilihan tontonannya. Saya memutarkan film Blue's Clues, Super Why, hingga Pocoyo. Serial Blue's Clues sudah kami tonton semua. Mulai dari sang pemilik Blue bernama Steve hingga beralih ke Joe adiknya di serial itu. Yang paling nyantol di kepalanya Ara adalah kata "think" sambil telunjuk memegang dahi. Itulah kata pertama yang ia ucapkan secara jelas setelah kata Mama dan Ayah. Entah kenapa kata ini yang melekat di kepalanya. Mungkin karena si Steve sangat aktraktif menyanyikan lagu jingle Blue's Clues terlebih dibagian "Sit down in thinking chair. Think, think, think". Ara juga suka bagian ketika surat datang. Dia akan i...

Kamu 9 Bulan dan Kita "Bertengkar"

Kamu 9 bulan. Apa yang kamu bisa? Merayap dengan gesit. Berguling-guling ke sana kemari. Duduk sendiri sekehendakmu. Tempat tidur telah kita preteli. Yang bersisa hanyalah kasur alas tidur kita yang melekat di lantai. Agar kamu bebas berguling dan merayap tanpa perlu khawatir gaya tarik bumi menarikmu. Hobiku adalah membiarkanmu bermain di lantai. Dari kasur turun ke ubin dingin. Sesekali memakai tikar, tapi akhir-akhir ini aku malas melakukannya. Lagian daya jangkaumu lebih luas dari tikar 2 x 2 meter. Kamu masuk hingga ke kolong meja. Tak tahu mencari apa. Tak jarang kamu membenturkan kepalamu. Di ubin atau dimana saja. Kubiarkan. Ukuranku adalah jika tidak membuatmu menangis artinya kamu tidak merasa sakit. Sakit itu ditentukan oleh diri sendiri. Saya hanya tak ingin memanjakanmu dengan mengasihimu untuk sebuah sakit yang bisa kamu hadapi sendiri. Mama keras padamu? Bisa jadi. Kamu mulai banyak keinginan. Mulai memperjuangkan egomu. Menangis jika Khanza merebut mainan dari tanganmu....

Norwegian Wood

Cukup melelahkan membaca Norwegian Wood karya Haruki Murakami. Buku yang telah kulihat wujudnya sejak tahun 2004 baru aku baca di tahun 2013. Saya tidak terlalu akrab dengan karya-karya Haruki Murakami. Buku Norwegian Wood ini adalah karyanya yang pertama saya baca.  Mengapa saya berkata buku ini cukup melelahkan? Karena buku ini bercerita tentang kematian dan sangkut pautnya dengan orang-orang yang ditinggalkan. Bukan kematian yang disebabkan sakit atau tua. Tapi kematian orang-orang muda yang memilih bunuh diri.  Bersetting tahun 1970an di Jepang, sang tokoh utama, Watanabe menceritakan kembali kisahnya. Ia bertemu kembali kekasih almarhum temannya yang memilih mati bunuh diri di usia 17 tahun. Sekalipun tidak akrab mereka selalu bersama. Berkeliling mengitari Tokyo tanpa tujuan. Hingga sang perempuan, Naoko masuk panti rehabilitasi gangguan jiwa. Ia lantas bertemu Midori, perempuan nyentrik yang selalu berkata seenak dia. Perempuan yang selalu jujur mengatakan apapun yang i...