Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Fantasy

Peribiru Diculik

                “Prang” bunyi gelas pecah beradu dengan lantai. Disusul dengan dentang kuali tanah liat yang pecah. Asap membumbung dari dapur belakang kakek penyihir. Kesatria Putih yag sedang berkuda di padang dekat hutan  segera berlari  ke halaman belakang yang tidak jauh dari padang. Ia segera menuju dapur. Ia tampak panik. Namun sebelum ia menggapai pintu belakang, peribiru tampak keluar dari dapur yang masih dipenuhi asap. Pakaiannya penuh debu. Mukanya menghitam dan  rambutnya acak-acakan. Kesatria Putih tak perah melihatnya begitu berataka. Bahka ketika mengalahkan aga sekalipun ia sekacau dari hari ini.                                “Hahahahahaha” kesatria putih tak mampu menahan  tawanya. Wajah acak-acakan...

Surat "Cinta" No 2

Dear kamu.... Apa kabar duniamu? Apakah hujan masih membasahi tanah-tanahmu. Menggenangi pot-potmu dan membuat tanaman-tanamanmu kebanjiran air. Ataukah adakah matahari mengeringkan tanah-tanahmu. Membuat kuning dedaunan di pohon.Menjadikan debu-debu beterbangan di langitmu. Telah cukup lama kita tak berbagi kabar. Bertukar cerita. Jarak membentang di antara kita. Dan hati pun tampaknya mulai memiliki pola geraknya masing-masing. Tapi setiap hari aku masih memiliki waktu untuk mengingatmu. Menggantung tanya di benak tentang apa yang sedang kamu lakukan. Adakah dirimu telah berubah? Rambutmu yang mungkin kian memanjang. Atau malah lebih pendek karena telah kamu potong. Apakah berat badanmu bertambah. Ataukah telah tumbuh otot-otot bisepmu karena berolahraga. Semua pertanyaan itu mungkin takkan kamu jawab. Atau aku terlalu cerewet untuk menanyakan segala hal remeh temeh tentang dirimu. Jika kamu tak berkenang menjawabnya, aku takkan memaksamu. Biarlah imajinasiku yang menjawabnya...

Laut Gunung

Rasanya sangat ingin ke laut atau ke gunung. Tempat yang tak penuh hiruk pikuk manusia dan segala bentuk kehidupan sosial yang begitu tergesa-gesa. Laut atau gunung secara misterius mampu memberikan ketenangan jiwa.  Aku mampu terdiam sesaat di sana. Seperti mencicipi surga. Menghentikan jejak waktu yang berdetak. Menarik napas secara perlahan dan sangat dalam.Mendapati diri dalam sebuah rasa yang begitu bebas. Aku mampu melupakan dunia yang bergerak di sekitarku. Melupakan segala sumbat pikiran dan ceracau hati. Meninggalkan segala rasa dan mindless. Meski sejenak tapi tak ternilai.  Aku rindu pada laut dan gunung. Aku rindu menyapa pagi sambil melihat hijau pepohonan dalam kabut dingin yang menusuk. Aku rindu melihat gulungan ombak dan temaram matahari yang terbenam. Aku rindu menghentikan waktu. Aku rindu membuat jejak abadi meski begitu singkat.  Aku rindu laut dan gunung. Sesaat saja....bolehkah???Amin

Surat Cinta Untukmu

Aku ingin menulis surat cinta untukmu. Untuk kamu. Hanya kamu. Aku akan memulai pada kata apa kabar? Apakah baik baik-baik saja? Aku mungkin jarang melakukan ritual berdoa, tapi bukankah kata adalah doa. Tiap aku memikirkanmu aku selalu berharap agar kau baik-baik saja. Sekelilingmu menjagamu. Memastikan kau tetap aman, nyaman dan tercukupi. Aku selalu berharap agar bahagia menyelubungi tiap lakumu mengepak detik dalam waktu. Selain memikirkan akan sosokmu, kutitipkan juga satu point egoku di dalamnya. Aku selalu membayangkan kau merindukanmu. Ya, aku berharap dan berdoa kau merindukanmu. Karena aku disini membungkus hariku dengan ikatan rindu buatmu. Rindu seperti belenggu untukku. Iamenyesakkan napasku. Namun ketika ia tidak membelitku, aku seperti kehilangan sebuah rasa yang menyenangkan. Bagaimana harimu? Aku tak tahu lagi kabar terbarumu. Kita telah lama tak berjumpa. Tak bertukar kabar. Tak saling menyapa. Jarak telah memisahkan kita. Waktu dalam definisiku tentangmu telah ber...

Absurd

Jarum telah beranjak dari posisi terhimpitnya. Sudah duapuluh menit dia beranjak dari titik itu. Ia kembali mengitari bulat angka dari 1 hingga 12. Adakah kau tahu sebuah lelucon tentangnya? Tentang mengapa jarum jam berputar? Jawabnya karena ia mencari angka 13 yang tak kunjung ia dapati. Hey, mengapa tersenyum kecut? Adakah yang membuatmu sedih di malam selarut ini. Mengapa kau belum beranjak dari tempatmu? Apakah kau menunggu seseorang? Dia  special? Ada sedikit senyum di wajahmu. Sesaat membuat rona pipimu memerah. Namun, sekedip kemudian senyum itu kembali membentuk garis lurus. Sedikit tertekuk malah. Kamu sedih. Kenapa? Apa dirinya tidak datang? Dia ada. Aku tahu pasti kapan dia ada. Namun sekejap aku pun tahu kapan ia beranjak Aku selalu ada sebelum dia hadir. Aku selalu menungguinya pamit sebelum aku pamit. Aku selalu ada kapanpun ia butuh. Aku menjadi mata, telinga, dan juga mulut untuknya. Aku menemaninya. Berusaha meluangkan waktu seberapapun sulitnya. Menyisipkan sem...

Khayal

Aku  bersyukur dirimu tidak pernah menjadi nyata. Dirimu serupa malaikat bersayap yang tak mampu aku lihat dengan mata. Namun, aku menemukan kedamaian bersamamu. Entah bagaimana caranya. Aku cukup mencari dirimu di laci-laci berdebu di dalam otakku. Kau berada dalam folder usang yang jarang aku pakai. Tak pernah lagi kugunakan. Aku pernah kecanduan akanmu. Orbitku adalah dirimu. Tapi itu waktu aku kecil. Kini aku menemuka orbit yang lain. Aku mulai terlepas darimu. Perlahan namun pasti. Pil-pil penenangmu sudah aku simpan di laci yang tak lagi aku tahu kuletakkan dimana. Namun ketika aku butuh dirimu untuk menenangkan jiwaku, aku tiba-tiba ingat di laci mana aku menyimpanmu. Aku menenggak butir-butir kecilmu. Aku merasakan kedamaian. Seperti berada dalam rengkuhan malaikat yang penuh hangat. Seperti tak ada lagi tempat damai yang lain. Dirimu selalu mampu mengembalikan rasaku. Memeriahkan hatiku. Membuatku kembali tersenyum. Aku memilikimu seutuhnya. Memaksakanmu sesuai keingina...

Kecoa Radioaktif

Binatang kecil berkaki enam itu menemani malamku. Sesekali ia membuat bising. Menggaruk dinding belakang lemari. Bermain di lantai sesukanya. melintas dengan cepat. hanya tertangkap ekor mataku. Aku mengacuhkannya. Tak bergeming dari monitor di hadapanku. Dia pun mengacuhkanku. Kami tak saling kenal. Aku sibuk dengan duniaku dan dia pun sibuk dengan dunianya. sesekali aku bertanya mengapa ia ada di kamar ini. Mungkin ia pun bertanya yang sama, mengapa aku ada di sini. Malam melarut. aku masih saja sibuk dengan laptop dan modemku. sesekali tertawa cekikikan sendirian.Dia masih juga tetap sibuk ke sana kemari. Tidakkah ia mengantuk, jam dinding yang berbentuk jam tangan anak-anak terus berbetak dengan ribut. jarumnya berimpitan satu dengan yang lain. 12. Di angka itu mereka sperti sedang bercinta. Ah. malam selalu terasa begitu romantis. Tuan (ataukah Nyonya, atau mungkin Nona) kecoak apa kabarnya hatimu? Adakah di malam ini kamu merindukan seseorang. Gelitik benakku bertanya. Aku...

Serupa Cinderella

(Cinderella dan Pangeran*Disney) Gaun itu biru. Selutut. Dengan manik-manik di sekitar pinggangnya. Ada corak bunga bergliter di kainnya. Sederhana namun elegan. Aku mengenakannya. Serupa Cinderella bagiku. Akan kupakai kemana gaun itu?, tanya hatiku. Ada sebuah pesta yang sepadan dengan gaun itu. Aku menciptakan Cinderella di benakku. Kujadikan kau pangeran. Aku mengendap-endap hadir. Diam dalam sunyi. Anggaplah tempat itu adalah istana. Ratusan orang larut dalam riang yang gembira. Tak kau lihat hadirku. Berdiri di pintu masuk. Menyapukan pandangan ke segala arah. Melihat tiap orang sesaat. Beberapa yang menyapaku karena beberapa mengenalku. Mungkin tak begitu patuh pada cerita Cinderella di buku dongengmu, tapi biarlah. Biar kuteruskan kisah ini. Sang Pangeran pun memalingkan wajahnya padaku. Sesaat dunia membeku dalam pandangannya. Aku menatapnya. Tersenyum tipis. Tatapnya masih menusukku tajam. Tapi aku berusaha tetap berdiri dalam tameng tak kasat mataku. Ini harusnya le...