Skip to main content

Makassar yang Penuh Kejutan


Setelah setahun meninggalkan Makassar dan kembali lagi semua tampak berubah. Tak juga terlalu drastis. Tapi ada-ada saja hal baru yang memberikanku kejutan-kejutan. Jl. Perintis kemerdekaan depan Carrefour hingga lampu merah pertigaan Tello adalah tempat terpadat pada Jam-jam sibuk. Dua tahun lalu jika akan ke kota sekitar Pettarani dan Tol Reformasi jarak tempuh yang diperlukan hanyalah 30 menit. Itu dengan catatan sudah berada di jam sibuk.

Seminggu ini saya telah menghitung waktu yang dibutuhkan untuk ke Graha Pena saat jam sibuk sekitar pukul 4 sore sampai jam 7 malam adalah sekitar satu jam. Satu jam hanya untuk jarak tempuh yang tak cukup 20 Km. Saya lalu membayangkan waktu yang perlu aku luangkan setiap senin pagi ke kota Watampone yang berjarak 45 Km sama dengan waktu untuk jarak tempuh dari Pintu 1 Unhas sampai ke Graha Pena. Saya perlu memperhitungkan kembali waktu yang saya butuhkan untuk melakukan prepare hingga tiba di Easy Speak di Graha Pena jika jam booking kursusku pada sore hari.

Jl. Perintis depan Carrefour menjadi tempat yang paling padat. Mengapa? Pertama ada dua pusat perbelanjaan besar disitu. Carrefour dan Mtos. Di depannya para sopir pete-pete sengaja melambatkan diri atau ngetem khusus menunggui penumpang. Secara otomatis sudah membuat macet. Kedua tak ada jalan alternative yang lain untuk ke pusat kota selain melewati daerah itu dari arah Unhas. Jadilah kendaraan padat merayap bahkan sampai pada bahu jalan. Pada beberapa tempat yang sebenarnya bukan jalan dijadikan alternative bagi para pengendara setidaknya untuk sedikit merangkak dari kemacetan. Jalanan yang tak beraspal itu pun kemudian berlumpur karena cekungan ban dan air hujan. Lumpur pun kemudian menjadi pemandangan yang biasa di sisi jalan.

Pengendara motor khususnya bahkan menjadikan trotoar sebagai alternatif untuk sekedar nyalip-nyalip di antara mobil-mobil yang terjebak macet. Tak ada tempat bagi pejalan kaki yang pada hakikatnya sama dengan mereka sebagai pengguna jalan. Kemacetan berakhir di daerah persimpangan Tello, karena pengendara sudah bisa memlihi alternatif jalan ke kota selain lewat Urip Sumoharjo juga bisa lewat Jl.Abd.Dg.Sirua. Seperti botol Sampanye yang dishake dan kemudian sumbatnya dibuka, seperti itulah perumpamaan yang cocok untuk akhir kemacetan di Tello.

Flyover yang bertahun-tahun dibuat akhirnya selesai dan difungsikan juga. Bagian bawah flyover menjadi tempat strategis bagi para mahasiswa untuk melakukan aksi protesnya. Dulu sebelum Flyover ini ada sentra aksi demonstrasi adalah tol Reformasi. Tapi setelah flyover ini difungsikan bagian kolongnya menjadi tempat yang menyenangkan untuk melakukan aksi demo.

Mengapa? Pertama tidak terlalu memacetkan jalan. Karena ada undakan yang agak luas dimana massa bisa berdiri tanpa harus memacetkan jalan. Ini untuk demonstrasi skala kecil. Kedua, di bawah flyover tidak terkena panas. Bagus kan demonstrasi tanpa harus berpanas-panas ria. Panas-panas inilah yang dulu membuat saya malas ikut aksi demonstrasi. Biasanya kalo terpaksa saya bawa paying yang kadan diledeki oleh teman-teman yang lain. “Kalo mo demo ga usah pake payung”katanya. Hehehehe

Saya pun harus belajar istilah yang dipahami supir pete-pete jika ingin pete-petenya tidak lewat flyover. Kemarin-kemarin aku teriak “lewat bawah pak”, supirnya tidak paham dan tetap lewat flyover. Padahal saya harus turun di Graha pena. Tadi baru saya pelajari bahwa sebutkan nama jalannya. “Pettarani Pak”.Nah supir pete-petenya cepat tanggap tuh.

Satu hal yang membuatku menyenangi Makassar. Banyak cowok-cowok cakep yang bisa menyegarkan mata ditengah polusi kota dan detak bergegasnya. Dimana pun kau melayangkan mata selalu saja ada satu yang bisa menyegarkan matamu. Makassar, I’m in love deh.(*)

foto : http://omongklobot.files.wordpress.com

Comments

Popular posts from this blog

jurnalistik siaran, pindah kost-kostan, dan "capek deh!"

Akhirnya, kembali bisa menyempatkan diri sejenak ke Teras Imaji. Sedikit berbagi kisah lagi dengan diri sendiri. Sekedar untuk sebuah kisah klasik untuk Saraswati dan Timur Angin kelak. Aku tak pernah menyangka bahwa aku bisa bertahan sampai saat ini.meski tugas kuliah menumpuk. Keharusan untuk pindah pondokan. Kewajiban lain yang belum terselesaikan.Problem hati yang menyakitkan. Serta kontrak yang tersetujui karena takut kehilangan peluang meski tubuh ini harus sudah berhenti. Siang tadi (15 nov 06) seharian ngedit tugas siaran radioku. Tak enak rasanya pada teman-teman, memberatkan mereka. menyita waktu yang seharusnya untuk hal lain. Tak enak hati pada Pak Anchu, penjaga jurusan. yang tertahan hanya menunggu kami menyelesaikan tugas itu. Dengan modal suara fals nan cempreng toh aku pun akhirnya harus sedikit PD untuk membuat tugas itu. Meski hanya menguasai program office di komputer, toh aku harus memaksakan belajar cool-edit (yang kata teman-teman yang udah bisa merupakan sesuatu...

Asyiknya Berkirim Kartu Pos

Kartu pos untuk teman-teman di Indonesia. Beberapa minggu ini saya lagi senang-senangnya berkirim kartu pos. Membeli kartu pos di court street. Menuliskan nama dan alamat yang akan dikirimkan. Menuliskan pesan yang akan disampaikan. Dan membawanya ke kantor pos dan memposkannya. Prosesnya itu begitu menyenangkan buatku. Terlebih lagi ketika orang yang saya kirimi kartu pos mengabarkan kalo kartu posnya sudah sampai, rasanya seperti mission completed deh. Selain mengirimkan kartu pos ke teman-teman di Indonesia, saya juga bergabung di Postcrossing . Sebuah web yang menyatukan para penggemar kartu pos seluruh dunia. Saya menemukan web Postcrossing ini tak sengaja ketika sedang mencari informasi berapa harga prangko untuk kartu pos luar negeri. Caranya gampang, daftar di webnya, kemudian kamu akan menerima 5 alamat yang harus kamu kirimi kartu pos. Saat pertama join kamu harus mengirim kartu pos. Ketika kartu pos itu diterima, maka alamat kamu akan disugesti untuk dikirimi kartu po...

Punya KTP Amerika

Akhirnya saya punya KTP Amerika. Sok pamer? Mungkin iya. Gaya juga masuk dalam kategori itu. Secara selama ini saya cuma punya KTP Bone dan KTP Baubau. KTP Makassar saja nda punya sama skali. Padahal hidup di  Makassar hampir 5 tahun. Nah, dapat KTP Amerika yang disini lebih dikenal dengan nama State ID itu penting buat kelangsungan hidup saya di Athens. Meskipun tinggal 6 bulan lagi, tapi untuk mengisi dompet dengan kartu berbahasa Inggris saya anggap sedikit perlu. Biar sedikit gaya dan jadi kenang-kenangan kalo pulang nanti. Ngantri bikin State ID Saya sudah lima bulan tinggal di Athens dan baru ngurus State ID. Ckckckcckck. Padahal saya nda ada kerjaan di rumah. Telat pasalnya yang harus nemenin pergi ngurus sibuk kuliah. Pas musim libur ini baru deh sempat ditemani bikin. Saya menganggap penting State ID itu hanya karena persyaratan untuk menjadi anggota perpustakaan di Athens Library perlu pake State ID. Saya sangat ingin membaca serial ketiga The Lost Hero-nya Rick Ri...