Skip to main content

Peribiru dan Mawar Biru

Blue Rose
Peribiru berlari di taman istana. Bunga-bunga bermekaran di sana. Hujan baru saja membasahi bumi. Tumpah ruah airnya seperti sebuah guyuran satu bak ember air ke sebuah pot bunga kecil. Genangan air masih membasahi tanah yang becek. Kotor. Air berkecipakan di lompat kodok yang bersuka ria meloncat diantara genangan. Bubur tanah menjadi lumpur yang mampu menodai baju.

Peribiru tak mempedulikan semua itu. Ia berlari. Ia sesungguhnya tak menyukai hujan.tapi kali ini hujan tampak begitu romantic baginya. Pohon tampak lebih hijau setelah diguyur hujan. Bunga-bunga tampak lebih berwarna diguyur hujan. Air seperti berlaku sebagai fungsinya. Seperti sebuah lukisan dalam crayon pensil warna yang dioleskan iar sehingga tampak lebih hidup. Warna lebih cerah dan tampak sangat basah. Ya, sangat basah oleh air.

Peribiru berlari menghampiri bunga-bunga bermekaran. Ada melati, bunga kertas, tulip, dan mawar. Semua berwarna dan begitu cantik. Putih, merah muda, kuning, merah, dan biru. Di dekatinya sebuah mawar berwarna biru. Biru seperti langit saat selesai hujan tanpa awan. Bisa kau bayangkan bagaimana indahnya? Sangat cerah. Seperti terlepas dari beban awan hitam yang mengelayut manja di sana. Seperti terbebas dari sebuah ikatan rantai yang mengekangnya. Biru itu tampak bebas. Tak bersedih. Dan bahagia.

Peribiru mendekatkan jemarinya pada mawar biru itu. Ia ingin merasakan lebih dekat biru yang mampu dirasakannya saat ia melihat mawar itu. Rasa yang sama untuk langit. Tapi tiba-tiba “ouch”. Tangannya terluka. Ia terlalu tergesa-gesa menggapai tangkai mawar itu. Ia tak menyadari ada sebuah tangkai kecil tajam di cabang pohon kecil itu. Jemarinya berdarah. Setetes merah menitik pada bunga mawar biru itu. Birunya tampak lecet.Seperti ada noda disana.

Luka itu kecil. Namun sangat sakit dijemarinya. Ditariknya segera lengannya dari pohon mawar itu. Diurungkannya niatnya untuk memetiknya. Jemarinya masih berdarah. Dirasakannya sakitnya. Tak serta merta dijilatinya luka itu. Kecil memang. Tapi sakit. Dibiarkannyadarah mengalir perlahan. Dibiarkannya dia menyerap semua sakitnya. Di netralkannya semua darahnya. Diikutkannya sakit itu dalam perih darah yang keluar diujung jemarinya.

Air matanya hamper tumpah. Namun tetap ditahannya. Rasanya cengeng untuk sebuah luka sekecil ini. Namun sudut matanya tak sanggup untuk menahan air mata itu. Ada bulir air bening yang mengalir di pipinya. Rasanya tak tertahankan. Jemari lukanya menjangkau bibirnya. Jemari lukanya merasakan hangatnya lidahnya. Dijilatinya perlahan. Ada rasa serupa besi karatan diujung lidahnya. Perih sesaat. Namun ia tak lagi merasakan apapun. Hanya sisa air mata yang terasa lengket di pipinya.

Ia berlari menuju perpustakaan. Ada air pancuran di tengah hallnya. Dibasuhnya mukanya. Mengapa tiap sedih selalu beriringan dengan air mata. Ia menanyakan sakit itu. Ia membongkar buku perpustakaan. Mencarinya dalam buku peta tubuh, saraf, dan rahasia anatomi. Namun tak ditemukannya jawabannya.

Bagaimana rasa mampu memantik sebuah gerak biologis tubuh. Ia berlari mencari kakek penyihir. Tapi tak ditemuinya di dapur ramuan. Dia merenung di kamar. Dikamar menara. Dilihatnya hujan kembali tumpah. Memandikan bumi dan segala isinya. Ia masih berpikir. Ia masih merenung.

Jika ada hujan tentu akan ada matahari. Jika hujan terus maka bumi akan kelebihan air. Perlu ada matahari untuk menyerap kembali air yang tak terserap oleh bumi. Matahari perlu menguapkan kembali genangan air itu. Seperti itu pula sakit dan sehat. Sedih dan bahagia. Selalu ada opposite yang menjadikan mereka imbang. Karena jika salah satunya tak ada maka neracanya takkan seimbang. Dan dunia pun akan sedikit lebih berat.

Mengapa ada duri di tangkai mawar itu? Ini sebuah penjelasan lain dalam definisi yang sama. Selalu ada keburukan dari sesuatu yang indah. Tak ada sesuatu yang begitu sempurna. Tak ada yang tak memiliki celah. Semua perlu memiliki celah agar ia bisa mengabsorsi dan melepaskan. Duri itu pun sebuah bentuk tameng kecil bagi sang mawar. Tak semudah itu memetik sebuah keindahan. Selalu ada harga yang harus dibayar. Agar seseorang mengikuti aturan atau berhati-hati. Bertindak bijak adalah sebuah kalimat yang lebih tepat.

Jika terlalu gegabah, durinya bakal menusuk. Perlu kehati-hatian dalam memetiknya. Peribiru memikirkan ini lebih dalam. Ia mencari pesan kuno yang selalu ditinggalkan oleh ibunya. Ibu mengajarinya dengan sangat baik. Namun terkadang ada bahasa yang perlu ia simpulkan lagi. Ibu tak pernah tersurat menyampaikan pesan. Selalu ada makna symbol yang perlu ditebaknya. Ia harus kembali menarik deduksi dari induksi yang begitu banyak. Perlu menarik akar makna dari pohon-pohon kehidupan.

Peribiru memahami bahwa dunia adalah moazaik indah yang penuh keragaman. Dan dari sesuatu yang indah itu juga ada sesuatu yang tak begitu indah. Mereka saling melengkapi. Pendefinisian itu pun bergantungan pada individu. Sesuatu itu tetaplah sesuatu sampai seseorang meletakkan nilai padanya. Ini baik dan ini buruk. Ini indah dan ini jelek. Pada akhirnya definisi adalah sebuah ciptaan yang lahir dari rekonstruksi manusia.

Namun definisi perlu untuk memahami sesuatu. Mencari gerak hendak kemana dan bagaimana ia berubah. Dan seperti itu pulalah mawar dan duri itu. Peribiru mendefinisikannya seperti itu. Ia mungkin masihlah kecil. Masih banyak duri yang perlu di maknainya. Perlu dirasakan sakitnya. Hidup bukanlah keseimbangan nyata yang hadir begitu saja. Hidup mengikuti gerak alam yang juga terus berubah. Ia hanya perlu belajar berhati-hati. Menimbang secara bijak tiap langkah. Dan tak cengeng pada darah yang keluar.

Saat ini peribiru begitu rindu dengan kesatria putih. Ingin rasanya kembali bertualang bersamanya lagi.(*)

(Sebelum mudik dan sebelum memulai petualangan baru dengan kesatria putih-080910)

Comments

  1. waaahh bagus sekali ceritanya :)
    apa lagi gambar bunga nya , saya suka mawar dan saya sangat suka warna biru :)
    imaginasi peribiru makin kuat :)
    di pikiran saya :)
    semoga rindunya bisa terbayarkan dengan bertemu kesatria putih :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Indecent Proposal

sumber foto : tvtropes.org Seorang bilyuner menawariku one billion dollar untuk one night stand dengannya. Aku bingung. Aku dan suami sedang tidak punya uang dan satu juta dollar begitu banyak. Mampu membiaya hidup kami. Disisi lain aku  mencintai suamiku, rasa-rasanya ini tidaklah patut. Tapi kami benar-benar tidak punya uang. Aku ingin melakukannya untuk suamiku. Aku mencintaiku dan tidak ingin melihatnya terlilit utang. Kami memutuskan mengambil tawaran itu. This is just sex bukan cinta. Ini hanya tubuhku. Aku dan suami memutuskan setelah semalam itu, kami tidak akan mengungkitnya lagi. Setelah malam itu. Kami berusaha menebus  properti kami yang jatuh tempo. Sayangnya, bank telah menyita dan melelangnya. Seorang pengusaha telah membelinya. Kami putus asa. Suamiku tiba-tiba berubah. malam itu, Ia mempertanyakan apa yang saya dan bilyuner itu lakukan. Padahal kami sepakat untuk tidak mengungkitnya. Saya menolak menjawab pertanyaannya. Saya tidak ingin lagi menginga...

Sengsara Membawa Nikmat

  Judul : Sengsara Membawa Nikmat Penulis : Tulis Sutan Sati Penerbit : Balai Pustaka Midun, lelaki muda baik budinya halus pekertinya disukai warga sekampung. Namun, hal ini menciptakan kebencian Kacak, kemanakan Tuanku Laras, kepada Midun. Segala cara dilakukan Kacak untuk menjebak Midun. Hingga akhirnya ia menyewa pembunuh untuk menghabisi nyawa Midun. Untungnya, Midun masih mampu menghindar dari tikaman pisau. Namun perkelahian itu menjebloskan Midun ke penjara. Membuatnya terpisah dari keluarganya. Penderitaan tak berhenti di situ, di penjara pun Midun menerima siksaan. Hingga masa ia bebas, ia memilih tak pulang ke Bukit Tinggi. Ia memilih mengadu nasib ke Betawi mengantar Halimah, perempuan yang ditolongnya pulang ke Bogor. Di tanah Jawa inilah lika liku hidup membawanya menjadi asisten demang dan pulang ke tanah Padang.  Judul buku ini cukup mencerminkan cerita lengkap sang tokoh utama. Kemalangan silih berganti menimpa sang tokoh utama. Namun berpegang pada keyakinan ...

Misteri Sepatu Menggantung di Kabel Listrik

Sumber : Athens News Sepasang sepatu menggantung lunglai di tiang listrik. kabel listrik tempatnya bergantung kokoh tak ingin melepaskan sepatu itu menghujam bumi. Pertama kali tiba di Athens, saya cukup heran dengan sepatu-sepatu yang tergantung di kabel-kabel listrik itu. Kutanya ke seorang teman bule tapi ia tak memberi jawaban yang memuaskan. Kupikir sepatu-sepatu itu dilempar begitu saja karena sudah dirusak atau tidak dipakai. Atau asumsiku yang lain adalah sepatu itu milih olahragawan yang berhenti dari profesi dan memilh menggantung sepatu. seperti pemain sepakbola. Tapi sepertinya asumsi olahragawan itu tidak benar, karena sepatu-sepatu yang menggantung di tiang listrik cukup mudah ditemukan. Jalan-jalanlah di seputaran Athens dan kau akan mendapati sepatu-sepatu menggantung di tiang listrik.  Uniknya sepatu yang digantung itu hanyalah sepatu-sepatu kets. Fenomena ini disebut Shoefiti dan terjadi diberbagai tempat di Amerika. Nyatanya bukan hanya saya saja yang pen...