Skip to main content

Ara is Looking For Friends


Ara adalah tipe anak yang gampang akrab sama anak-anak lain. Ia bukan tipe anak pemalu dan suka ikut nimbrung pada sebuah kelompok bermain. Kalo diajak main di playground makanan cepat saji, yakinlah ia dengan mudah berada pada satu kelompok anak yang sibuk melakukan permainan tertentu. Entah itu lari-lari, kejar-kejaran, atau sekedar main seluncuran sama-sama. Tak jarang ia yang melakukan pendekatan duluan untuk berteman. Membebek kemana-mana hingga diajak ikut serta. 

Berteman adalah sesuatu yang positif, tapi tak jarang mengarah ke hal negatif. Pada saat tertentu ia tergopah-gopah menangis karena jarinya luka ditarik paksa. Di lain waktu ia kena pukul. Reaksinya pun beragam. Saat kena pukul ia datang kepada saya sambil meringis menunjuk seorang anak yang memang agresif. "Kakaknya nakal. Jangan main lagi sama teman yang nakal", kataku. Responnya cukup mengejutkanku "Tidak pha-pha. Ara kasi tau kakaknya jangan pukul. Harus jadi orang baik". Membuat saya menganga. 

Di lain cerita, ia pernah tiba-tiba dicium oleh seorang anak laki-laki. Dengan malu-malu dia bilang kalo dia dicium sama kakak. Jiaaahhh!!!! Ini responnya harus gimana. Aku bilangin saja "Lain kali jangan mau dicium ya". 

Diusahanya mencari teman yang lain kadang ia ditolak. Kadang ia tidak menemukan teman yang mengajaknya bermain sekalipun ia sudah berusaha bergaul. Kalo itu terjadi, ia biasanya nda terlalu bersemangat main. 

Di rumah kontrakan yang lama, tiap kali dipanggil tetangga main-main, ia akan melonjak kegirangan. Segera mengambil sepatunya dan berlari ke rumah tetangga. Padahal kadang sang tetangga cuma basa-basi manggil dia. Di saat yang lain ia akan menghilang beberapa waktu dan sibuk bermain, tak mau pulang. Harus disuruh pulang dulu baru pulang. 

Di White House, lingkungan perumahannya cukup asyik. Banyak tempat bermain dan banyak anak-anak. Namun, fit in ke genk anak-anak ini rada-rasa susah juga. Mereka udah cukup nyaman dengan teman-teman mereka tanpa mau mengajak Ara ikut main. Sekalipun Ara udah ngekor-ngekor. Ara cukup tahu diri kalo nda diterima buat main. Ia memilih main sendiri di pasir sambil bikin kastil. 

Dalam upaya mencari teman, ia melakukan berbagai cara untuk menarik perhatian. Tiap ada anak lari di lapangan, ia akan ikut juga. Pas anaknya udah balik ke rumahnya ia sibuk main sendiri. Taktik kedua adalah bermain bola sendiri di terik matahari. Tiap pagi saat matahari mulai terik ia akan memaksa saya atau ayahnya menemaninya main bola. Kalo saya menolak ia akan berlari-lari sendirian dengan rambutnya yang kusut, keringatan sambil menendang bola. Kalo bosan ia kembali membujuk saya menemaninya bermain. Taktik nomor tiga adalah berdiri depan pagar rumah orang, nunggu anaknya keluar menemaninya main. Taktik ini cukup mampu membuat saya bersedia menemaninya main. 

So far, ia berhasil akrab dengan anak cowok usia 2,5 tahun yang selalu memanggil saya dengan sebutan Ibu. Namanya Fahri. Tiap sore ibunya menemaninya bermain. Beberapa hari lalu, ia melihat Ara main bola. Kemudian kami lanjut main gelembung. Yang bikin berat adalah saya pun harus ikut menemaninya main. Etapi, bagus juga sih saya jadi kenal sama tetangga. 


Tiga hari lalu, ia mulai menemukan kawan baru. Anak perempuan tetangga sebelah. Santik, Umurnya 5 tahun. Ia punya kakak yang entah siapa namanya dan umurnya berapa. Badannya tinggi tapi masih suka main permainan anak-anak. Mungkin dia masih SD. 

Ara mengenalnya ketika si anak itu berdiri depan rumah celinggukan. Seperti mendapat mainan baru, mata Ara cemerlang berlari keluar. Dan kemudian mereka akrab. Saya mengajaknya mewarnai dan Ara sangat senang. Di hari pertama mereka berkenalan, Ara cukup puas hanya menggambar satu tapak jari bersama Santika. 

Hari kedua, Ara tak sabar ingin bermain di luar. Tak ada anak-anak. Sekalipun ia sudah lari-lari di lapangan. Dia harus rela duduk depan tivi sambil menonton DVD. Pas siang, sembari menemaninya main di kamar, tiba-tiba ia keluar dan meminta dibukakan pintu. "Mama, ada kakak", katanya. Dua kakak beradik itu nongkrong depan rumah nangkap semut api dan memasukkannya dalam botol. 

Ara pun ikut-ikutan jongkok-jongkok. Ikutan celoteh meski saya tidak yakin kakak beradik itu meresponnya. Yang dia lalukan adalah ngekor kemana saja Santika dan kakaknya pergi. 
Sampai kemudian Santika harus pergi bareng mamanya. Baiknya kawan Ara ini adalah memastikan Ara pulang ke rumah dulu baru ia kembali ke mamanya. 

Hari ini, saya yakin mereka sudah sangat akrab. Santika datang ke rumah main pancing-pancing habis berbuka. Kemudian, mereka berdua keluar main-main di depan rumah sampe ke tetangga sebelah lagi. Main-main bola, teriak-teriak kemudian permainan bergeser ke rumah Santika, hingga Ara pulang dan mau bobo. Ada satu moment ketika Santika datang sambil menenteng sendal Ara. Kemudian Ara  memakai sepatu. Kemudian Santika berkata "ini sepatu buat adek saja. Aku udah kekecilan. Tapi ntar tanya mama dulu", katanya. 

Semoga persahabatannya langgeng, ya anak-anak baik :). 

Bogor, 19 Juni 2015






Comments

Popular posts from this blog

Indecent Proposal

sumber foto : tvtropes.org Seorang bilyuner menawariku one billion dollar untuk one night stand dengannya. Aku bingung. Aku dan suami sedang tidak punya uang dan satu juta dollar begitu banyak. Mampu membiaya hidup kami. Disisi lain aku  mencintai suamiku, rasa-rasanya ini tidaklah patut. Tapi kami benar-benar tidak punya uang. Aku ingin melakukannya untuk suamiku. Aku mencintaiku dan tidak ingin melihatnya terlilit utang. Kami memutuskan mengambil tawaran itu. This is just sex bukan cinta. Ini hanya tubuhku. Aku dan suami memutuskan setelah semalam itu, kami tidak akan mengungkitnya lagi. Setelah malam itu. Kami berusaha menebus  properti kami yang jatuh tempo. Sayangnya, bank telah menyita dan melelangnya. Seorang pengusaha telah membelinya. Kami putus asa. Suamiku tiba-tiba berubah. malam itu, Ia mempertanyakan apa yang saya dan bilyuner itu lakukan. Padahal kami sepakat untuk tidak mengungkitnya. Saya menolak menjawab pertanyaannya. Saya tidak ingin lagi menginga...

Sengsara Membawa Nikmat

  Judul : Sengsara Membawa Nikmat Penulis : Tulis Sutan Sati Penerbit : Balai Pustaka Midun, lelaki muda baik budinya halus pekertinya disukai warga sekampung. Namun, hal ini menciptakan kebencian Kacak, kemanakan Tuanku Laras, kepada Midun. Segala cara dilakukan Kacak untuk menjebak Midun. Hingga akhirnya ia menyewa pembunuh untuk menghabisi nyawa Midun. Untungnya, Midun masih mampu menghindar dari tikaman pisau. Namun perkelahian itu menjebloskan Midun ke penjara. Membuatnya terpisah dari keluarganya. Penderitaan tak berhenti di situ, di penjara pun Midun menerima siksaan. Hingga masa ia bebas, ia memilih tak pulang ke Bukit Tinggi. Ia memilih mengadu nasib ke Betawi mengantar Halimah, perempuan yang ditolongnya pulang ke Bogor. Di tanah Jawa inilah lika liku hidup membawanya menjadi asisten demang dan pulang ke tanah Padang.  Judul buku ini cukup mencerminkan cerita lengkap sang tokoh utama. Kemalangan silih berganti menimpa sang tokoh utama. Namun berpegang pada keyakinan ...

Misteri Sepatu Menggantung di Kabel Listrik

Sumber : Athens News Sepasang sepatu menggantung lunglai di tiang listrik. kabel listrik tempatnya bergantung kokoh tak ingin melepaskan sepatu itu menghujam bumi. Pertama kali tiba di Athens, saya cukup heran dengan sepatu-sepatu yang tergantung di kabel-kabel listrik itu. Kutanya ke seorang teman bule tapi ia tak memberi jawaban yang memuaskan. Kupikir sepatu-sepatu itu dilempar begitu saja karena sudah dirusak atau tidak dipakai. Atau asumsiku yang lain adalah sepatu itu milih olahragawan yang berhenti dari profesi dan memilh menggantung sepatu. seperti pemain sepakbola. Tapi sepertinya asumsi olahragawan itu tidak benar, karena sepatu-sepatu yang menggantung di tiang listrik cukup mudah ditemukan. Jalan-jalanlah di seputaran Athens dan kau akan mendapati sepatu-sepatu menggantung di tiang listrik.  Uniknya sepatu yang digantung itu hanyalah sepatu-sepatu kets. Fenomena ini disebut Shoefiti dan terjadi diberbagai tempat di Amerika. Nyatanya bukan hanya saya saja yang pen...