Skip to main content

Leaving On A Jet Plane With Ara

Perjalanan telah akrab dengan kami. Sejak ia dalam kandungan tiap bulan menempuh jarak 4 jam ke Makassar hanya untuk check up. Setelah Ara lahir kupikir kami akan vakum untuk sementara dari perjalanan. Tapi nyatanya tidak. Tiap bulan Ara dan saya selalu ke Makassar. Entah itu karena bertemu nenek dan tantenya atau saya yang mau liat Mall. (Saya kalo nda liat Mall jadinya galau). Saat usianya telah menginjak 40 hari, Ara telah memulai perjalanannya bersama saya. Ia bertumbuh di jalan. Diantara deretan pohon-pohon, gunung, dan tebing batu Bone dan Makassar. Saya mensyukuri ia lahir sebagai anak yang kuat dan tidak rewel. Seberapapun sesaknya kendaraan ia tidak terlalu peduli. Ia tetap tenang. Seingatku ia hanya sekali menangis keras saat mobil yang kami tumpangi singgah di rumah makan. Ia lapar dan kegerahan. Tapi setelah itu ia kembali ceria seperti biasa. Selama ini ia hanya sekali sakit batuk pilek. Karena kondisi cuaca yang kadang panas kadang hujan. Selain itu ia tumbuh menjadi bayi yang kuat dan menikmati perjalanan.

Kali ini kami ke Bau-Bau, Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Mengunjungi nenek dan melihat laut. Saya memilih pesawat sebagai transportasi. Kupikir karena lebih efisien dan tidak ribet. Kalo kapal laut bisa sehari semalam dan butuh teman. Lagian saya dan kapal laut belum terlalu akrab. Saya pusing jika berada di atas laut dan saya tidak bisa membayangkan harus tetap fit untuk menjaga Ara. Perjalanan naik pesawat agak rentan buat anak bayi. Saya agak bingung antara harus menutup telinganya atau tidak. Yang jadi masalah sebenarnya bukanlah pada deru pesawat tapi perbedaan tekanan. Menurut sumber di internet malah ketika menutup telinga bayi akan lebih beresiko pada telinganya. Jadilah saya berbekal naik pesawat tanpa menutup telinga dan hanya memastikan ia nenen saat pesawat take off hingga mencapai ketinggian stabil. Dari hasil browsing beberapa pesawat lumayan ramah pada bayi. Yang paling baik sih, Garuda. Mereka memberi makan bayi, selimut, serta mainan bayi. Tapi tak ada rute Garuda ke Bau-bau. Untungnya Merpati lagi promo. Tiketku berdua dengan Ara hanya 600anribu. Kalo pesan ke Merpati sih lebih murah. Malah 500ribuan saja untuk pulang pergi. Cuma waktu itu dapat promonya lewat teman jadi tak apa-apalah. Merpati pun lumayan ramah buat bayi. Setidaknya bayi juga mendapat jatah makanan meski menunya sama buat orang dewasa. Ya, kan Ara belum makan. Jadi jatahnya buat saya.Hehehehe.

Ara sangat menyukai bandara. Matanya asyik memandang tiap aktivitas di bandara. Pesawat yang kami tumpangi lumayan pagi setelah terlebih dahulu mendapat info perubahan jadwal terbang dari siang menjadi pagi. Bandara sangat ramai kala pagi. Macam terminal daya saja. Saya membawa seminim mungkin barang. Satu tas untuk jinjing dan satu tas pakaian. Lumayan berat untuk memegangnya sambil menggendong Ara. Ibu-ibu yang (mungkin) mengantar keluarganya sempat melihat kami dan berbisik-bisik. Mungkin kasian melihat saya yang berangkat sendirian dan menggendong Ara yang masih begitu kecil. Tapi kupikir kami akan baik-baik saja. Di ruang tunggu Ara lebih banyak main-main dari pada nenen. Menguntungkan buatku, biar dia agak lapar saat take off. Ia lebih banyak main-main dan tidak menangis.

Enaknya naik pesawat sambil bawa bayi adalah pelayanan ekstra dan sapaan ramah dari pramugari dan awak pesawat. Saat take off kupikir Ara akan terganggu dengan suara mesinnya tapi ternyata tidak. Ia sibuk nenen. Saya memastikan ia terus mengisap sampai ketinggian stabil dan sabuk pengaman dilepas. Karena saya saja yang orang dewasa telinga sangat peka terhadap tekanan udara apalagi Ara yang masih kecil. Dia tetap nenen dan tertidur sampai mau mendarat. Nah, saat mau landing ini saya coba kasi nenen lagi, eh dia sudah nda mau. Lebih suka merhatiin jendela dan liat baling-baling pesawat.

Ini baru awal perjalanan. Akan banyak perjalanan di tahun 2012 ini. Sejam naik pesawat masih terasa gampang. Saya belum bisa bayangkan jika harus menempuh sehari semalam jika ke luar negeri. Tapi saya menikmati perjalanan dan menikmati bersama Ara kemana saja.(*)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Comments

  1. wah..penerbangan pertamanya Ara di usia 4 bulan?,.. ^_^

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Indecent Proposal

sumber foto : tvtropes.org Seorang bilyuner menawariku one billion dollar untuk one night stand dengannya. Aku bingung. Aku dan suami sedang tidak punya uang dan satu juta dollar begitu banyak. Mampu membiaya hidup kami. Disisi lain aku  mencintai suamiku, rasa-rasanya ini tidaklah patut. Tapi kami benar-benar tidak punya uang. Aku ingin melakukannya untuk suamiku. Aku mencintaiku dan tidak ingin melihatnya terlilit utang. Kami memutuskan mengambil tawaran itu. This is just sex bukan cinta. Ini hanya tubuhku. Aku dan suami memutuskan setelah semalam itu, kami tidak akan mengungkitnya lagi. Setelah malam itu. Kami berusaha menebus  properti kami yang jatuh tempo. Sayangnya, bank telah menyita dan melelangnya. Seorang pengusaha telah membelinya. Kami putus asa. Suamiku tiba-tiba berubah. malam itu, Ia mempertanyakan apa yang saya dan bilyuner itu lakukan. Padahal kami sepakat untuk tidak mengungkitnya. Saya menolak menjawab pertanyaannya. Saya tidak ingin lagi menginga...

Sengsara Membawa Nikmat

  Judul : Sengsara Membawa Nikmat Penulis : Tulis Sutan Sati Penerbit : Balai Pustaka Midun, lelaki muda baik budinya halus pekertinya disukai warga sekampung. Namun, hal ini menciptakan kebencian Kacak, kemanakan Tuanku Laras, kepada Midun. Segala cara dilakukan Kacak untuk menjebak Midun. Hingga akhirnya ia menyewa pembunuh untuk menghabisi nyawa Midun. Untungnya, Midun masih mampu menghindar dari tikaman pisau. Namun perkelahian itu menjebloskan Midun ke penjara. Membuatnya terpisah dari keluarganya. Penderitaan tak berhenti di situ, di penjara pun Midun menerima siksaan. Hingga masa ia bebas, ia memilih tak pulang ke Bukit Tinggi. Ia memilih mengadu nasib ke Betawi mengantar Halimah, perempuan yang ditolongnya pulang ke Bogor. Di tanah Jawa inilah lika liku hidup membawanya menjadi asisten demang dan pulang ke tanah Padang.  Judul buku ini cukup mencerminkan cerita lengkap sang tokoh utama. Kemalangan silih berganti menimpa sang tokoh utama. Namun berpegang pada keyakinan ...

Misteri Sepatu Menggantung di Kabel Listrik

Sumber : Athens News Sepasang sepatu menggantung lunglai di tiang listrik. kabel listrik tempatnya bergantung kokoh tak ingin melepaskan sepatu itu menghujam bumi. Pertama kali tiba di Athens, saya cukup heran dengan sepatu-sepatu yang tergantung di kabel-kabel listrik itu. Kutanya ke seorang teman bule tapi ia tak memberi jawaban yang memuaskan. Kupikir sepatu-sepatu itu dilempar begitu saja karena sudah dirusak atau tidak dipakai. Atau asumsiku yang lain adalah sepatu itu milih olahragawan yang berhenti dari profesi dan memilh menggantung sepatu. seperti pemain sepakbola. Tapi sepertinya asumsi olahragawan itu tidak benar, karena sepatu-sepatu yang menggantung di tiang listrik cukup mudah ditemukan. Jalan-jalanlah di seputaran Athens dan kau akan mendapati sepatu-sepatu menggantung di tiang listrik.  Uniknya sepatu yang digantung itu hanyalah sepatu-sepatu kets. Fenomena ini disebut Shoefiti dan terjadi diberbagai tempat di Amerika. Nyatanya bukan hanya saya saja yang pen...