Skip to main content

Aku Menikah Dengan Pria Yang….


Mari kuperkenalkan padamu suamiku. Namanya Yusran Darmawan. Setiap pembaca blog ini mungkin sudah mengenalnya. Aku terlalu sering menyebutkan namanya. Kalo pun tidak menyebutkan namanya, yakinlah bahwa setengah isi tulisan dari blog ini adalah terinspirasi darinya.

Ibu mertua kakakku menanyakan padaku apa yang membuatku menyukainya. Menjalani hubungan dengannya hingga 5 tahun dan kemudian memilih dia untuk menemaniku melalui hari-hari dalam hidupku yang belum seperempat abad.


Aku selalu bilang ”cinta tidak butuh alasan”. Tapi jika aku harus mengurai mengapa aku menyukainya.hmmm….biar kuingat dulu mengapa aku menyukainya.


Aku selalu menyukai tipe pria yang berbeda jauh umur denganku. Dengan suamiku saja aku berjarak 8 tahun. Menurut mentorku di tempat kursus karena aku memang tipe seperti itu, menyukai orang-orang yang lebih tua 3 tahun atau lebih diatasku.
Aku menyukai pria cerdas. Aku tipe perempuan yang selalu bertanya.

Aku menyukai Harry Potter, pecandu novel, dan menyukai hal-hal yang eksotik. Suamiku adalah tipe cerdas menurutku. Ia selalu mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang aku ajukan. Meski kadang ada saat dimana ia sekdar asal saja menjelaskan apa yang aku tanyakan. Ia menyukai membaca. Ia membaca Harry Potter, Twilight Saga, Enyd Bliton, dan juga membaca novel-novel “lebay” menurut sebagian orang.


Aku menyukai menonton film. Dan ia pun pecinta film sejati. Selalu ada saat dimana kami meluangkan waktu bersama hanya untuk menonton film. Rekor yang paling hebat yang kami lakukan adalah menonton film india di bioskop dalam waktu satu hari. Tanpa jeda.Hanya berpindah Mall.Dua bioskop berbeda di dua Mall yang berbeda.

Ia adalah pencerita yang baik. Jika ia menceritakan sebuah film yakinlah ia lebih dramatis daripada film itu. Kadang aku berpikir untuk membiarkannya saja nonton dan memintanya meneceritakannya padaku ketika ia telah selesai menonton. Yang menyenangkan pula adalah ia selalu mampu mereka ulang adegan atau kalimat yang menurutnya sangat inspiratif dalam sebuah film.

Salah satu favoritnya adalah dalam film Last Samurai. Saat Katusmoto berkata sambil memperlihatkan pedang samurainya "
I belong to the warrior in whom the old ways have joined the new". Kemudian dia lanjutkan ketika Kaisar Meiji menerima pedang itu dan menirukan suaranya. Untuk yang satu ini tanyakanlah langsung padanya. Aku sudah tak lagi tahu kalimatnya. Dan supaya engkau menyaksikannya sendiri bagaimana ia menirukannya.

Ia adalah seorang Antropolog. Dan aku menyukai berdiskusi tentang kebudayaan padanya. Aku banyak belajar padanya. Sejak mengenalnya aku telah memosisikan diriku sebagai orang yang menimba banyak ilmu padanya. Meski kadang ia juga terlalu lucu untuk memberikan pengajaran.


Ia adalah seorang penyanyi yang baik. Ajaklah ia karokean, maka ia akan menyanyi mulai dari lagu barat hingga lagu rhoma irama. Bahkan seorang teman berkata “Cengkoknya sama dan sangat khas”.Hmm….tapi jika aku memintanya menyanyi ia hanya akan menyanyikan satu lagu untukku. Judulnya “Didi..”=)

Ia menyukai menulis dan jalan-jalan.dua hobby yang juga aku sangat sukai. Meski kadang aku selalu mengkritik tulisannya ia tak pernah sedikitpun mencela tulisanku. Karena itu aku selalu mampu menulis semauku. Meski kadang sangat langitan menurutnya dan terlalu kontemplatif dan tak mampu dimengerti. Ia tetap mau membacanya.
Ia selalu mampu membuatku tertawa.

Ia selalu mampu memancing hal-hal yang mempu membuatku senang. Ia mampu memberikan sugesti pada pikiranku. Menanamkan insepsi yang mampu membuatku mengikuti maunya. Ia selalu mampu melucu.
Ketika mertua kakakku bertanya mengapa aku menyukainya, aku menjawab “karena ia lucu”. Tapi pada dasarnya aku menemukan satu paket dalam satu orang. Aku menemukan bunyi “CLIK” pada dirinya. Seperti ketika kamu memasang sabuk pengaman saat berkendara mobil. Bunyi itu penanda dirimu dan dirinya telah bersatu dan cocok.

Aku menemukan Ensiklopedi berjalan, seorang yang sangat menyukai jalan-jalan,membaca, menonton, dan menulis, seorang Antropolog, Singer, dan juga pria yang lucu.
Ia pun tak memosisikan diriku sebagai seorang istri yang harus selalu ada untuk suami.

Ia selalu mampu menghormati ruang-ruang privatku. Tetap membiarkanku bersama teman-temanku. Tak pernah benar-benar merebut hidupku. Ia telah menjadi suami yang baik.Saatnya bagiku untuk menjadi istri yang baik baginya. Tetap menemaninya kemana pun ia pergi. Tak pernah mengecewakannya. Dan selalu ada saat ia membutuhkanku.(*)


(Jumat, 06 Agustus 2010-Setelah menonton Last Air Bender. Ia menonton sendiri. Dan aku menonton dengan temanku.Buatmu suamiku…luv U-)

Comments

  1. Kak Dwi, Maaf yah kemarin ndak datang ke nikahannya :)
    Nitip doa saja semoga Langkahnya terus beriringan, komitmen kuat dan begitu pula cintanya.

    Selamat berbahagia dan doakan saya segera menyusul.
    Haha

    ReplyDelete
  2. like this post :)

    ReplyDelete
  3. Anonymous8/13/2010

    so sweet dan romantis sekali kak
    alhamdulillah kakak menemukan seseorang yang "click", semoga langgeng (^__^)

    ReplyDelete
  4. wah..saya mengenal baik suamimu itu...tapi tentu saja tak sebaik dirimu mengenalnya...seperti yang kau bilang..dia cerdas, imaginatif, dan..sangat lucu...:D

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Dapat Kiriman Moneygram

Ini adalah pengalaman pertama saya mendapatkan kiriman uang dari luar negeri. Sedikit norak dan kampungan sih. Tapi tak ada salahnya membaginya di sini. Setelah saya googling di internet kurang yang mau berbagi pengalaman tentang transferan luar negerinya. Nah, karena Kak Yusran yang bersekolah di Amerika berniat mengirimi saya uang buat tiket ke Bau-Bau, maka dia akhirnya mengirimkan uang. Dalam bentuk dollar lewat jasa layanan Moneygram yang banyak tersedia di supermarket di Amerika. Moneygram sama seperti Western Union. Tapi Western Union lebih merakyat. Mereka bekerja sama dengan kantor Pegadaian dan kantor pos. Sehingga di kampungku pun ada fasilitas Western Union (tapi saya belum tahu berfungsi atau tidak). Moneygram sendiri setahu saya hanya bekerja sama dengan beberapa bank. Saya belum pernah tahu kalo Moneygram juga sudah bekerja sama dengan kantor pos, meskipun informasi dari teman-teman di twitter mengatakan demikian. Jasa layanan pengiriman uang macam Moneygram dan Western

June, I Wont Remember

Ada yang ironi membaca judul yang kubuat di atas. Mengapa? Karena dua tahun lalu saya mengumpulkan cerpen-cerpen dan prosaku dalam satu buku yang kuberi judul "June, I Remember".  June, you come. As usual. Once in a year. Setia seperti matahari pagi yang terbit. Sayangnya, Juni kali ini tidak begitu kunantikan. Ada satu, dua dan beberapa alasan kenapa saya tidak begitu senang dengan Juni. Ini hanyalah pendapat pribadi dan hanyalah pada tahun ini.  Kenangan dan ingatan akan bulan juni di masa silam terlalu romantis di kepalaku. Membulat dalam ruang kosong hampa dan beterbangan di sana. Kemudian Juni tahun ini seperti chaos yang meluluhlantakkan  ruang kosong itu. Angan membuyar, debu kenangan mengabut. Namun, sekalipun demikian kenangan-kenangan itu melekat samar di benakku. Karenanya Juni tahun ini datang membawa hawa tak menyenangkan. Saya perlu berlari. Chaos pastinya tak mampu terelakkan namun pergi adalah langkah paling kongkret untuk meminimalisir kesakitan. Maka, Juni,

Kartu pos Bergambar Usang

 Setelah vakum 3 tahun lebih, saya akhirnya kembali mengaktifkan kembali akun Postcrossing. Setelah memastikan   alamat rumah gampang ditemukan oleh pak pos dan pengantar barang, maka saya yakin untuk kembali melakukan aktivitas berkirim kartu pos ke berbagai penjuru dunia dan berharap kartu pos-kartu pos dari berbagai penjuru dunia mendatangi rumahku. Rumah pertama yang harus saya kirimi kartu pos beralamat di Jerman. Saya pun memutuskan untuk mencari kartu pos. Tempat yang paling pasti menyediakan kartu pos adalah di kantor pos dan toko buku. Saya memilih membeli di toko buku saja. Mutar-mutar di Gramedia dan bertanya ke karyawannya dimana bagian kartu pos,sejenak sang karyawan tertegun, kemudian balik bertanya “postcard?”. Next time, saya harus bertanya postcard alih-alih kartu pos. Ia kemudian mengantarku ke satu rak putar yang berada di sudut toko.  Di rak itu bertengger kartu pos-kartu pos berwarna putih, bergambar alam Indonesia, dengan signature khas Indone