Skip to main content

Surat Untuk Presiden : Curhat Seorang Pemimpin




Pada pertama kali saya melihat sampul buku ini di foto fesbuk yang di tag kak Rahmad (Sang Editor) saya tak pernah berpikir bahwa buku ini ditulis oleh seorang walikota. Hingga kemudian saya dikirimi e-book buku ini saya baru menyadari bahwa buku benar-benar ditulis oleh walikota Palu.


Saya agak jengah membaca buku tulisan para politikus. Tak pernah sekalipun saya tertarik untuk membuka halaman berikutnya jika melihat sampulnya di toko buku. Bagi saya, mereka hanyalah menuliskan tentang riwayat hidup atau biografi perjalanan politiknya.


Ketika buku ini selesai saya download, saya membukanya sekilas. Sekedar melihat testimony dan kata pengantarnya. Saya melewati bagian itu. Saat mengetahui buku ini adalah tulisan seorang walikota, saya menghindari pencitraan yang mungkin akan saya tangkap “negative”ketika membaca testimony tersebut. Ketika membaca buku ini saya benar-benar memegang sebuah kalimat bijak “ jangan melihat siapa yang menulis, tapi lihat apa yang ditulisnya”.


Dan voila….saya kemudian menemukan sosok lain dari Rusdi Matsura sebagai penulis yang penuh dengan kegelisahan.Gelisah akan kondisi bangsa yang begitu carut marut. Gelisah akan tak adanya sosok satrio pininggit yang mampu memberi solusi. Kegelisahan tersebut ia tuangkan dalam surat-surat yang dia tujukan kepada para pemimpin bangsa. Pada posisinya sebagai walikota atau pemimpin ia pun merasa kegelisahan itu dalam dirinya. Ketakutan akan ketakmampuan membawa kota berpenduduk 30.000 jiwa menuju kondisi yang diidealkannya dan juga diimpikan oleh para pemimpin terdahulu.


Ia memulai suratnya kepada Nabi Muhammad. Sosok manusia pilihan yang sempurna memimpin kaumnya. Baginya Muhammadlah sosok teladan pemimpin yang perlu dicontoh. Tak ada celah baginya yang terus mengingat umatnya meski menjelang ajalnya.


Selanjutnya ia menuliskan kegelisahannya pada para pemimpin bangsa. Soekarno,. Hatta, Natsir, Syahrir, dan Sudirman. Pemimpin yang berbeda zaman dengannya. Tapi masih tetap dikenang karena ide, gagasan dan semangatnya untuk Indonesia.


Pada Soekarno, Rusdi Matsura mengagumi gagasan nation dan character building yang harus dimiliki sebagai penggerak perbuatan. Bagi soekarno Negara gagasan kemandirian adalah sesuatu yang harus dimiliki Indonesia sebagai pembeda dengan bangsa lain. Penulispun bersepakat pada pembangunan karakter tersebut. Ia secara local content menghadirkan empat hal yang perlu dihindari untuk menciptakan karakter mental yang mandiri. Eva Sandabuto (lawan kemalasan), Eva Sumpulara(lawan kebiasaan hati yang selalu marah), Eva Kura Kodi(lawan kebiasaan berkecil hati) dan Eva Siriati (lawan sifat tidak percaya diri). (Hal 20).


Selanjutnya, penulis memetik pelajaran tentang perekonomian bangsa dari gambar sepatu Bally yang diidam-idamkan Hatta. Dari Hatta, ia memetik hikmah bahwa perekonomian harus berasaskan kebutuhan bukan pada keinginan. Penulis pun mengeluarkan uneg-uneg tentang gagasan perekonomian kerakyataan saat ini hanyalah berupa jualan kecap pada tiap pemilihan mulai dari presiden hingga bupati atau walikota.


Pada Natsir, ia kagum sosok perdana menteri yang mampu menyelaraskan antara Islam dan Negara. ”Islam dan negara itu berhubungan secara integral, bahkan saling membutuhkan. Agama memerlukan negara, karena dengan negara, agama dapat berkembang. Sebaliknya, negara memerlukan agama, karena dengan agama, Negara dapat berkembang dalam bidang etika dan moral”. (Hal 51-52).


Rusdi Matsura mengagumi Syahrir sebagai seorang diplomat yang handal. Penulis percaya bahwa ditangan para pemudalah masa depan bangsa dan Negara ini dititipkan. Syahrirlah yang memprakarsai perhimpunan Pemuda Indonesia yang kemudian mencetuskan Sumpah Pemuda. Menurut Rusdi, jika Syahrir hidup di zaman sekarang, Sipadan Ligitan takkan pernah takkan pernah lepas dari NKRI.


Kepada Sudirman, ia mengagumi sosok jenderal yang berjuang mempertahankan NKRI dan tanpa mempedulikan penyakit yang dideritanya. Ia kagum pada strategi perang gerilya yang dijalankan Sudirman yang mencontoh strategi hijrah Rasulullah. Pada Sudirmanlah penulis mengagumi kerja sama militer dan sipil demi sebuah kemerdekaan.


Selanjutnya penulis pun menorehkan surat kepada Soeharto, Gus Dur, dan SBY. Para presiden Indonesia yang dia rasakan masa kepemimpinannya. Suratnya untuk Soeharto berisi tentang sosok sederhana pak Harto yang tidak berteriak menggelegar, bukan ahli diplomasi atau pun pakar ekonomi hebat. Terlepas dari kontroversi kepemimpinannya.Penulis mengagumi bagaimana seorang Soeharto yang mengaliri sawah-sawah dengan pengairan, melakukan program transmigrasi, mencanangkan sekolah dasar Instruksi presiden (Inpres) dan juga Swasembada pangan.


Untuk Gus Dur, penulis kagum pada sosok presiden yang begitu nyeleneh ini. Penulis menemukan kesamaan yang sama dengan dirinya. Sama-sama suka berpakaian tak rapid an casciscus seenaknya. Bagi penulis seseorang perlu memerdekan cara berpikirnya. Ia mengagumi sosok Gus Dur yang menghargai pluralism dan tidak seenaknya menghakimi sebuah perbedaan.


Terakhir penulis menulis surat kepada Susilo Bambang Yudhoyono. Presiden RI ke 6 yang masih menjabat hingga sekarang. Pada surat terakhir inilah sang penulis merangkum semua gagasan-gagasan yang diperolehnya dari pemimpin-pemimpin terdahulu. Penulis memaparkan kegelisahannya akan bangsa dan negara ini. Sebagai seorang walikota dan juga sebagai warga negara ia menyampaikan uneg-unegnya. Mulai dari Gayus, anggaran pendidikan, konflik yang merebak di daerah, serta otonomi daerah yang belum berjalan maksimal.


Penulis tetap menaruh harapan akan bangsa ini pada Pak SBY.


Saya berharap desaian baru Indonesia yang Bapak Presiden rumuskan dapat memberikan pencerahan bagi Indonesia yang lebih baik, Indonesia yang dibangun dengan kekuatan karakter yang kuat, penuh optimism dan orientasi pembangunan yang mengedepankan keberanian

bagi Indonesia yang sejahtera dan mandiri secara ekonomi. (Hal 91)


Bagi saya, buku ini semacam curahan hati seorang walikota dan juga rakyat Indonesia yang turut memikirkan nasib bangsa. Hendaknya kita selalu mampu belajar dari sejarah dan terus mencari inovasi baru untuk masa depan yang lebih baik. Telah banyak pemimpin yang tetaskan oleh bangsa ini dan pasti masih akan banyak lagi pemimpin-pemimpin yang akan menggugah semangat dari rahim Indonesia.

Comments

Popular posts from this blog

Indecent Proposal

sumber foto : tvtropes.org Seorang bilyuner menawariku one billion dollar untuk one night stand dengannya. Aku bingung. Aku dan suami sedang tidak punya uang dan satu juta dollar begitu banyak. Mampu membiaya hidup kami. Disisi lain aku  mencintai suamiku, rasa-rasanya ini tidaklah patut. Tapi kami benar-benar tidak punya uang. Aku ingin melakukannya untuk suamiku. Aku mencintaiku dan tidak ingin melihatnya terlilit utang. Kami memutuskan mengambil tawaran itu. This is just sex bukan cinta. Ini hanya tubuhku. Aku dan suami memutuskan setelah semalam itu, kami tidak akan mengungkitnya lagi. Setelah malam itu. Kami berusaha menebus  properti kami yang jatuh tempo. Sayangnya, bank telah menyita dan melelangnya. Seorang pengusaha telah membelinya. Kami putus asa. Suamiku tiba-tiba berubah. malam itu, Ia mempertanyakan apa yang saya dan bilyuner itu lakukan. Padahal kami sepakat untuk tidak mengungkitnya. Saya menolak menjawab pertanyaannya. Saya tidak ingin lagi menginga...

Sengsara Membawa Nikmat

  Judul : Sengsara Membawa Nikmat Penulis : Tulis Sutan Sati Penerbit : Balai Pustaka Midun, lelaki muda baik budinya halus pekertinya disukai warga sekampung. Namun, hal ini menciptakan kebencian Kacak, kemanakan Tuanku Laras, kepada Midun. Segala cara dilakukan Kacak untuk menjebak Midun. Hingga akhirnya ia menyewa pembunuh untuk menghabisi nyawa Midun. Untungnya, Midun masih mampu menghindar dari tikaman pisau. Namun perkelahian itu menjebloskan Midun ke penjara. Membuatnya terpisah dari keluarganya. Penderitaan tak berhenti di situ, di penjara pun Midun menerima siksaan. Hingga masa ia bebas, ia memilih tak pulang ke Bukit Tinggi. Ia memilih mengadu nasib ke Betawi mengantar Halimah, perempuan yang ditolongnya pulang ke Bogor. Di tanah Jawa inilah lika liku hidup membawanya menjadi asisten demang dan pulang ke tanah Padang.  Judul buku ini cukup mencerminkan cerita lengkap sang tokoh utama. Kemalangan silih berganti menimpa sang tokoh utama. Namun berpegang pada keyakinan ...

Misteri Sepatu Menggantung di Kabel Listrik

Sumber : Athens News Sepasang sepatu menggantung lunglai di tiang listrik. kabel listrik tempatnya bergantung kokoh tak ingin melepaskan sepatu itu menghujam bumi. Pertama kali tiba di Athens, saya cukup heran dengan sepatu-sepatu yang tergantung di kabel-kabel listrik itu. Kutanya ke seorang teman bule tapi ia tak memberi jawaban yang memuaskan. Kupikir sepatu-sepatu itu dilempar begitu saja karena sudah dirusak atau tidak dipakai. Atau asumsiku yang lain adalah sepatu itu milih olahragawan yang berhenti dari profesi dan memilh menggantung sepatu. seperti pemain sepakbola. Tapi sepertinya asumsi olahragawan itu tidak benar, karena sepatu-sepatu yang menggantung di tiang listrik cukup mudah ditemukan. Jalan-jalanlah di seputaran Athens dan kau akan mendapati sepatu-sepatu menggantung di tiang listrik.  Uniknya sepatu yang digantung itu hanyalah sepatu-sepatu kets. Fenomena ini disebut Shoefiti dan terjadi diberbagai tempat di Amerika. Nyatanya bukan hanya saya saja yang pen...