Sebuah pengalaman yang benar-benar baru buat saya dan mungkin biasa buat orang lain. Khususnya saya yang memiliki bayi umur satu tahun. Mulai dari foto visa dengan ukuran khusus yang ternyata beda tiap negara. Tak boleh senyum, tak boleh miring. Telinga harus kelihatan. Selanjutnya mengurus dokumen-dokumen. Mulai dari kartu keluarga, akta kelahiran, buku nikah, jaminan bank, asuransi,dan dokumen penting lainnya yang saya tak mengerti. Untungnya ada teman yang membantu mendaftarkan dan membantu segala kelengkapan berkas. Untungnya pula teknologi telah begitu canggih sehingga dapat berinteraksi dengan mudah jika kurang tahu atau kurang paham. Bayar visa kurang lebih 1,5 juta perorang. Uang tidak akan kembali jika visa tidak di approve.
Pengalaman Wawancara
Yang paling excited dari mengurus visa adalah pengalaman wawancara. Sehari sebelum wawancara rasanya seperti belajar untuk ujian meja. Belajar menjawab pertanyaan wawancara. Mencari tahu dari orang sebelumnya yang pernah wawancara visa yang juga menguruskan visa anak. Yah, mirip-mirip ujian meja. Cari tahu yang sama lingkup penelitiannya, bertanya apa saja kemungkinan yang ditanyakan. Untuk anak usia dibawah 14 tahun, mereka harus diwakili. Sebenarnya, bukan juga tidak boleh dibawa ke kedutaan Amerika, tapi kurang lebih tidak diwawancarai.
Berhubung karena pikirannya bahwa bayi tidak boleh dibawa, maka Ara pun ditinggal. 3 jam ia menangis sesunggukan ditinggal pergi mamanya. Ini demi untuk ketemu ayah nak. Tapi sebenarnya bayi bisa dibawa kok ke kedutaan Amerika. Ada bule asal spanyol yang membawa anaknya usia 7 bulan. Juga sepasang keluarga dengan anak usia 11 tahun.
Pukul 6 saya dan kak Haslia ke kedutaan Amerika. Melewati banyak pos penjagaan. Tak membawa handphone dan alat komunikasi lainnya. Dan segala hal yang bisa terdeteksi oleh detektor logam. Duduk rapi di kursi-kursi yang disediakan untuk para pengapply visa. Banyak orang yang mau ke Amerika dengan banyak tujuan. Jalan-jalan, bekerja, sekolah, atau mengujungi keluarga. Pagi itu sudah ada 10 orang yang mengantri di depan kami. Pukul 7 lewat beberapa menit, loket mulai dibuka. Loket ini adalah loket untuk menyetor paspor, foto, dan konfirmasi wawancara. Selanjutnya, dibagi dalam beberapa grup dan masuk ke ruang tunggu wawancara.
Kedubes Amerika itu tepat waktu, teratur, ruangan sejuk, ada air galon, dan nyaman. Pokoknya tidak seperti di kantor-kantor pelayanan pemerintah yang sumpek, antrinya nda karuan, grasak grusuk, dan tidak tepat waktu. Pelayanannya pun ramah. Sekalipun bule yang mewawancarai tapi mereka sedapat mungkin berbahasa Indonesia.
Seorang pengapply visa sebelum saya di wawancara. Berdiri antri di loket dengan kaca pembatas antara pewawancara dan yang diwawancarai. Baiklah, tidak seperti ujian meja kok yang face to face dan terasa terintimidasi. Pengapply di depanku agak lama ditanyai. Mulai dari kerjaannya, berapa lama di Indonesia (dia bukan orang Indonesia). Tujuannya ke Amerika. Jaminan banknya. Dan saat terakhir wawancara ia mendapatkan kertas merah yang berarti ditolak.
Saya pun makin deg-deg-an. Take a breath and relax, kataku dalam hati. Pewawancaraku adalah bule dengan cambang di pipi. But he look nice. Saya mencoba membaca name tagnya, agak susah. Ahmed kalo nda salah. Dia menyapaku dengan bahasa Indonesia, menanyakan kabarku. Saya jawabnya bahasa inggris.Hehehe.
Dia lantas berkata "oh, J dua" merujuk pada berkas visaku. J dua adalah jenis visa dependen. Ada yang membiayai di Amerika. Sejenis visa studi. Ia pun menanyakan nama suami saya. Menanyakan dengan siapa saya berangkat. Ketika ia melihat foto Ara, ia berkata "she's cute. How old she?". Meminta kartu keluargaku dan buku nikahku. Sejenak mengkerutkan kening ketika melihat fotoku di buku nikah. Aku berkata "different?", dia mengangguk dan tersenyum. Ia lantas menanyakan suamiku kuliah dimana, dibiayai oleh siapa, dan apakah biaya hidupnya ditanggung. Cuma itu, tapi cukup bikin jantung berdegup kencang dan tangan dingin. Kemudian dia meminta menunggu sejenak, berdikusi dengan kawannya dan menyodorkanku lembar putih dan berkata "enjoy your traveling". Senangnya, visaku di approve.
Kemarin, visa sudah saya ambil di RPX. Tiket sudah di tangan. 4 September saya dan Ara berangkat ke Amerika. Tak sia-sia Ara menangis 3 jam ditinggal mama buat urus visa. We will heading to USA.Wow!!!! (*)
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Selamat kak ^^
ReplyDeleteJangan lupa jika dah di sana kirimin saya kartu pos :pV