Skip to main content

Aku Dan Talian Perahu Kertas

Film Perahu Kertas akhirnya launching juga dan ditayangkan di bioskop-bioskop. Penantian yang panjang khusus buat aku yang berada di level perahu kertas maniak. Di sini aku tidak ingin membuat review tentang perahu kertas. Disini aku hanya ingin menulis tentang aku dan talian perahu kertas.

Saya membaca Perahu Kertas versi PDF tahun 2008. Versi digital yang dijual lewat layanan mobilephone. Aku mendapatkannya dari Kak Rahe, seniorku di Komunikasi, teman kost, dan teman curhatku (dia adalah pendengar paling baik yang pernah kutemui). Versi PDF itu entah diunduh dari mana. Awalnya aku tidak tertarik. Membaca buku versi PDF tidak nyaman buatku. Lama ia tinggal dalam file laptopku. Aku tenggelam dalam kesibukan menulis skripsi. Hingga pada suatu masa aku membaca paragraf awalnya. Aku menjadi jangkar. Tenggelam dalam cerita cinta antara Keenan dan Kugy. Menyelami tiap adegan yang dituliskan Dee lewat kata-kata. Aku tersihir. Menemukan cerita tak biasa diantara novel yang sebenarnya ringan. Dee yang selama ini menulis buku novel dengan cerita yang serius tiba-tiba hadir dengan cerita ringan tapi tetap "wah".

Sayangnya versi PDF itu tidak memiliki bab-bab terakhir. Mungkin sebagai strategi marketing supaya pembaca tetap membeli versi cetaknya. Enam bulan aku menunggu untuk versi cetaknya. Rectoverso duluan terbit. Kak Rahe menginfokan blog Dee, juga blog yang berisikan ceritanya tentang perjalanan menulis kembali Perahu Kertas, naskah lama (sejak kuliah) yang ia tulis kembali. Di blog itu,Dee mengundang pembacanya untuk memberi komentar tentang Perahu Kertas versi digital. Iseng-iseng aku mengisinya.

Aku pernah menuliskan di blog ini, imajinasiku tentang ending Perahu Kertas. Hingga tiba pada saat aku menemukan buku itu di gramedia dan begitu kegirangan karenanya. Aku menggambarkannya seperti Mercon yang meledak. Sebuah Qoute yang sering diucapkan Kugy di buku itu. Aku agak sedih ketika melihat halaman komentar di belakang buku yang tidak memuat komentarku. Tapi Kak Yusran melihatnya. Melihat namaku di bagian komentar di halaman depan. Aku masih ingat saat ia memberitahukanku "Dwi, ada namamu" katanya. Baiklah, hatiku benar-benar meledak kala itu. Belakangan aku tahu kalo komentar Kak Rahe pun ada di sana dengan nama Safar.

Perahu Kertas adalah satu-satunya buku yang aku baca hingga 5 kali dan masih merasakan kenikmatan membaca pertama setiap kali membacanya. Aku terlalu mendewakan Perahu Kertas? Mungkin. Aku selalu bermimpi menuliskan kisah seperti itu. Kisah yang ringan tapi penuh makna. Setiap galau atau belajar menulis, aku selalu kembali membaca buku itu. Aku menikmati buku itu sebagai pembaca dan mencoba menebak bagaimana buku itu bisa mengubahku jadi jangkar perahu.hmmmm....

2010, Sebelum ke Jakarta, aku sempat berkata pada Ema, aku ingin bertemu Dee. Ajaibnya, melalui fanpage Perahu Kertas, aku mendapatkan info bahwa Dee mengadakan diskusi di gramedia teras kota Tangerang. Dengan modal nekad aku ke sana ditemani kak Yusran. Bertemu Dee. Berfoto dengannya. Berdiskusi dengannya. Meminta tanda tangannya. Dan mendengarkan dia menyanyi soundtrack Perahu Kertas. Kala itu Film Perahu Kertas baru akan dibuat. Sutradaranya masih dirahasiakan. Dan pemeran Keenan dan Kugy pun menjadi tanda tanya besar. Buku Perahu Kertas ada satu di Alden Library, Athens,Ohio. Bersama secuil namaku di sana. Jauh sebelum aku akan ke Ohio, namaku sudah ada di sana. Nyempil di buku Dee. Sinkronitas ini kecil, tapi aku selalu mempercayai bahwa talian antara aku dan buku ini cukup kuat:D.

Buku Perahu Kertas adalah buku yang paling sering aku hadiahkan ke orang lain. Aku akan dengan senang hati memberikan buku ini ke seseorang jika ia menyenangi membaca. Hingga akhirnya, aku mengirimi buku ini ke satu orang teman. Ia ilustrator. Entah ia membaca buku itu atau tidak. Tapi yang aku tahu ia membaca Supernova : Akar. Sejak mengenalnya pertama kali, dia adalah orang nyata yang kupikir paling mendekati Keenan. Ilustrator dan Introvert. Dua hal yang Keenan banget.

16 agustus 2012, film Perahu Kertas diputar secara komersil. Aku tahu scene-scene imajinasiku jauh lebih hebat dibanding gambar hidup yang dibuat Hanung. Keenan lebih gagah daripada Adipati Dolken. Kugy lebih centil dan kocak daripada Maudy Ayunda. Tapi, Reza Rahadian sebagai Remi adalah sebenar-benarnya Remi. Ia bisa membuatku jatuh cinta. Sepertinya aku berharap film Perahu Kertas yang dibagi menjadi dua bagian ini memiliki ending berbeda. Kugy saja yang jadian sama Remi #TeamRemi.

Aku berhasil menonton Perahu Kertas. Padahal sejak awal agak sedikit ragu tidak bisa menontonnya di Indonesia. Aku kembali berharap bisa menontonnya lagi bersama orang yang paling mendekati Keenan di benakku. Berfoto di depan poster filmnya, sambil berpura-pura menjadi Kugy dan Keenan :D. (*)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Comments

  1. Reza Rahardian yang bikin ini film sedikit wajib ditonton, hahaha...

    Remi, aku padamu! :p

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Seketika Ke Sukabumi

twit ekspektasi vs twit realita Setelah kelelahan karena hampir seharian di Mal sehabis nonton Dr.Dolittle pada hari rabu, dengan santai saya mencuitkan kalimat di Twitter "karena udah ke mal hari Rabu. Weekend nanti kita berenang saja di kolam dekat rumah”. Sebuah perencanaan akhir pekan yang sehat dan tidak butuh banyak biaya. Saya sudah membayangkan setelah berenang saya melakukan ritual rebahan depan TV yang menayangkan serial Korea sambil tangan skrol-skrol gawai membaca utasan cerita yang ga ada manfaatnya.  Sebuah perencanaan unfaedah yang menggiurkan. Tiba-tiba Kamis malam suami ngajakin ke Taman Safari liat gajah pas akhir pekan. Mau ngasih liat ke Anna yang udah mulai kegirangan liat binatang-binatang aneka rupa. Terlebih lagi sehari sebelumnya kami menonton film Dr.Dolittle yang bercerita tentang dokter yang bisa memahami bahasa hewan. Sekalian  nginap di hotel berfasilitas kolam air panas. Hmmm. Saya agak malas sih. Membayangkan Taman Safari yan...

Pride and Prejudice : I’m Bewitched

Tak pernah kusangka saya akan jatuh cinta pada film Pride and Prejudice. Waktu kuliah dan masa-masa belum punya anak, saya tidak pernah tergerak untuk menonton film ini. Prasangka saya terhadap film ini sudah tumbuh sejak memiliki versi Film India di tahun sebelumnya. Mungkin karena hal itu saya kemudian tidak tertarik menontonnya.   Namun karena episode-episode drama korea yang aku nonton udah habis, ditambah kebosanan pada topik medsos yang masih heboh dengan pilpres, dan juga pengaruh hari valentine yang menyebabkan algoritma lapak streaming merekomendasi film-film romantis menjadi sebab akhirnya saya menonton film ini Semuanya berawal dari ketidaksengajaan menonton Atonement yang diperankan oleh Kiera Knightley. Film ini cukup bagus, meski di tengah jalan saya udah kena spoiler via wikipedia dan rada senewen dengan endingnya. Tapi kecantikan Kiera Knightley tetap mampu membuat saya menyelesaikan film itu sampai detik terakhir. Saking senewennya dengan ending Atonement, sa...

Tentang Etta

Aku mungkin terlalu sering bercerita tentang ibu. Ketika ia masih hidup hingga ia telah pulang ke tanah kembali aku selalu mampu menceritakannya dengan fasih. Ia mungkin bahasa terindah yang Tuhan titipkan dalam wujud pada tiap manusia. Tapi izinkan kali ini aku bercerita tentang bapak. Pria terdekat yang selalu ada mengisi tiap halaman buku hidupku.Pria yang akrab kusapa dengan panggilan Etta, panggilan ayah pada adat bugis bangsawan. Kami tak begitu dekat. Mungkin karena perbedaan jenis kelamin sehingga kami taklah sedekat seperti hubungan ibu dangan anak perempuannya. Mungkin juga karena ia mendidikku layaknya didikan keluarga bugis kuno yang membuat jarak antara Bapak dan anaknya. Bapak selalu mengambil peran sebagai kepala keluarga. Pemegang keputusan tertinggi dalam keluarga. Berperan mencari nafkah untuk keluarga. Meski Mama dan Ettaku PNS guru, tapi mereka tetap bertani. Menggarap sawah, menanam padi, dan berkebun. Mungkin karena mereka dibesarkan dengan budaya bertani dan ...