Skip to main content

Ransel Hitam Kumalku

Pukul 23.02. Angka itu muncul di handphoneku. Malam telah larut. Mataku masih saja belum terpejam. Kondisi biologisku masih menganggap ini pukul 8 malam. Diluar masih ramai. Suara motor balapan. Petasan yang mengelegar. Takbiran baru saja selesai. Jamaah perlu pulang untuk beristirahat. Besok adalah lebaran. Kemenangan perlu dirayakan dalam kondisi sehat penuh suka cita. Mataku masih saja belum terlelap. Otakku sibuk dijejali oleh barang-barang dan beberapa kenangan yang sesekali berloncatan dari laci ingatan.

Pikiranku berada dalam koper yang telah aku kemas. Jejalan barang-barang yang berlomba-lomba masuk. Dan masih ada beberapa yang terlupa. Beberapa benda terbawa bukan karena fungsi hanya karena ia punya nilai. Ia menyimpan kenangan. Entah merekam waktu atau mungkin ia merekam seseorang. Jika saja mampu kujejalkan semua benda yang penuh kenangan dalam koper kecil itu, akan kumasukkan banyak barang. Kecil tapi banyak. Tapi koper itu bukanlah tas kecil yang telah Hermione mantrai. Tak akan muat tenda di dalamnya.

Dan akhirnya beberapa benda harus rela untuk tinggal di rumah. Tak terikut. Tak dikemas. Aku mengucap selamat tinggal pada laptop yang tak mungkin aku bawa karena begitu berat. Aku sudah melakukan ritual selamat tinggal padanya. Mengambil file penting. Menghapus file yang harus jadi sampah. Membuang beberapa yang tak perlu diingat, tapi juga membawa beberapa kenangan yang hanya mampu menjadi ingatan samar. Kurampung dalam harddisk eksternal agar lebih ringan. Agar lebih mudah aku tenteng.

Peta dunia yang kugantung pun menjadi pertimbangan yang perlu aku bawa atau tidak. Meninggalkannya di kamar ini dalam selimut debu tidak menjadi pilihan untuknya. Akan kucopot ia dari dinding. Setelah itu biarlah nanti akan kubawa atau tidak. Beberapa catatan harian telah menunggu untuk dijejalkan dalam ransel. Ransel hitam yang dalam satu minggu ini telah menemaniku bepergian. Selalu kucuci tiap kali pulang. Ujung atasnya mulai robek. Tapi selebihnya ia masih setia menemaniku. Kali ini perjalanan akan lebih jauh.

Tak cuma barang yang perlu dikepak. Tapi juga hati. Ini adalah bagian paling susah. Apa yang paling aku takutkan ketika pergi? Adalah menebak bahwa aku tetap akan diingat atau malah akan dilupakan. Mengemas hati berarti tidak meninggalkan hati pada suatu tempat. Membawanya pergi kemana pun melangkah. Menjaganya sendiri agar tidak jatuh dan patah. Agar tidak sakit. Mengepak hati adalah selamat tinggal yang pasti dan atau tidak terucapkan.

Butuh banyak injeksi pada otak dan tarikan nafas penenang untuk mampu melakukannya. Tapi ketika sudah harus beranjak, aku selalu tahu ia akan terkepak dengan sendirinya. Ia hanya butuh berani untuk melangkah pergi. (*)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Comments

Popular posts from this blog

The Intimate Lover

sumber foto : www.amazon.com Apa yang akan kamu lakukan jika bertemu Mr. Rightman sesaat sebelum kamu menikah? Ms. Girl, perempuan yang telah bertunangan bertemu dengan Mr. Boy disuatu hari di dalam lift. Hanya mereka berdua di dalam lift yang meluncur turun dari lantai 20. "Jika tidak ada orang yang bersama kita dilift ini hingga lantai dasar, maka aku akan mentraktirmu minum"kata pria itu. Sayang, sang wanita memilih menginterupsi lift tersebut. Berhenti satu lantai sebelum lantai tujuan mereka dan memilih pergi. Tapi gerak bumi mendekatkan mereka. Tak berselang waktu mereka kembalib bertemu dan saling bercakap. Tak bertukar nama, memilih menjadi orang asing bagi masing-masing. Bertemu, berkenalan, dan melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama. Menyerahkan pada semesta kapan mereka hendak berpisah. Namun, ketika semesta mengharuskan mereka berpisah, dua orang tersebut telah saling jatuh cinta. Seberapa pun mereka berusaha berpisah, hati mereka tetap saling

Tips Memilih Majalah Anak Untuk Buah Hati

Menanamkan hobby membaca pada anak perlu dilakukan sejak dini. Kebiasaan membaca haruslah dimulai dari orang tua. Memberi akses pada buku-buku bacaannya salah satu langkah penting. Namun, membacakan cerita dan mendapatkan perhatian anak-anak merupakan tantangan tersendiri.  Ara dan Buku Bacaannya Saya mengalaminya sendiri. Ara (3 tahun) cukup gampang untuk bosan. Memintanya fokus mendengarkan kala saya membacakannya buku cukup susah. Pada waktu-waktu tertentu ketika dia menemukan buku yang menarik perhatiannya, dia dengan sukarela memintaku mengulangnya berkali-kali. Namun, ketika saya membacakannya buku yang tidak menarik minatnya, dia memilih bermain atau sibuk bercerita sampai saya berhenti membaca. Untuk menarik minatnya akan buku, setiap kali ke toko buku saya membiarkannya memilih buku apa yang ingin dia beli. Kebanyakan pilihannya ada buku cerita dengan karakter favoritnya, Hello Kitty. Untuk buku anak- anak pilihanku, syaratnya adalah ceritanya pendek, kalimatnya mudah ia paham

Misteri Sepatu Menggantung di Kabel Listrik

Sumber : Athens News Sepasang sepatu menggantung lunglai di tiang listrik. kabel listrik tempatnya bergantung kokoh tak ingin melepaskan sepatu itu menghujam bumi. Pertama kali tiba di Athens, saya cukup heran dengan sepatu-sepatu yang tergantung di kabel-kabel listrik itu. Kutanya ke seorang teman bule tapi ia tak memberi jawaban yang memuaskan. Kupikir sepatu-sepatu itu dilempar begitu saja karena sudah dirusak atau tidak dipakai. Atau asumsiku yang lain adalah sepatu itu milih olahragawan yang berhenti dari profesi dan memilh menggantung sepatu. seperti pemain sepakbola. Tapi sepertinya asumsi olahragawan itu tidak benar, karena sepatu-sepatu yang menggantung di tiang listrik cukup mudah ditemukan. Jalan-jalanlah di seputaran Athens dan kau akan mendapati sepatu-sepatu menggantung di tiang listrik.  Uniknya sepatu yang digantung itu hanyalah sepatu-sepatu kets. Fenomena ini disebut Shoefiti dan terjadi diberbagai tempat di Amerika. Nyatanya bukan hanya saya saja yang penasar