Skip to main content

Pas Foto Ara

Saya tidak pernah membayangkan tiba pada titik dimana berharap Ara itu suka bengong, mingkem, dan duduk tenang. Ara adalah bayi yang lucu. Selalu mampu merespon tiap sapaan orang. Tertawa,nyengir, dan bertingkah. Tapi ketika dihadapkan pada kondisi harus membuat pas foto dengan persyaratan mingkem, tidak gerak, dan simetris maka saya pun berharap ia bisa diam lima menit saja.

Semua berawal pada keharusan membuat foto visa amerika yang super ketat. Studio fotonya saja agak susah didapat. Jarang ada studio foto yang tahu bagaimana ukuran untuk foto visa. Tiap negara memiliki persyaratan khusus. Dan Amerika serikat cukup ketat untuk masalah foto ini, katanya tukang foto.

Berbekal baju pinjaman berbau kamper dari sepupunya duduklah Ara dibangku tinggi tukang foto. Sendirian dengan keseimbangan yang membuat setiap orang was-was. Takut dia terjatuh ke belakang atau ke depan. Ia duduk dipinggir bangku dan kebingungan melihat para crew studio foto yang berusaha menarik perhatiannya. Ia dengan tingkahnya tertawa, meringis, berseru, sambil gerak-gerak tidak tenang. Ajaibnya, ia tidak terjatuh. Dan mulai melancarkan protes untuk segera diturunkan ketika mulai tidak nyaman duduk di bangku tinggi yang bisa membuatnya jatuh. Saya harus berada di tepat di depannya. Agak jauh. Sambil terus menarik perhatiannya. Bahkan membuat mulutnya mingkem.

Pasti susah menjadi fotografer anak kecil. Menangkap momen-momen bagus. Lebih susah lagi menjadi foto grafer untuk foto visa yang mengharuskan anak kecil mingkem. Apalagi seumuran Ara. Dan foto diatas adalah foto paling maksimal dari semua foto. Dia serupa anak laki-laki*doh*.(*)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Comments

Popular posts from this blog

Di Braga Saya Jatuh Cinta Pada Bandung

Hampir 10 tahun tinggal di Bogor, sepertinya hanya tiga kali saya ke Bandung. Di tiap kedatangan itu Bandung selalu memberikan kesan tersendiri buat saya. Kali pertama ke Bandung, tahun 2013. Kala itu belum pindah ke Bogor. Saya, suami, dan Ara yang masih berusia 3 tahun menghadiri acara nikahan teman di Jogjakarta. Ala backpacker kami lanjut naik kereta ke Bandung. Perjalanan yang memakan waktu cukup lama yang bikin pantat tepos. Belum lagi sambil momong anak yang pastinya ga begitu nyaman duduk di kereta. Dalam kelelahan kami menjelajah Bandung. Belum ada gocar atau grabcar kala itu. Seingatku kami hanya ke gedung sate. Itu pun sambil jalan kaki. Bandung ini first impression tidak berhasil membuat saya kagum. Kami ke Cihampelas Walk. Selain malnya yang berkonsep eco friendly, tidak ada yang istimewa. Bandung failed to make me wowing.  Perjalanan kedua kala Anna hampir dua tahun. Pakai mobil via Cianjur. Berangkat jam 5 pagi. Ketemu macet di Cianjur. Jam masuk kerja para peg...

Keajaiban Malam Bulan Biru

Judul : Keajaiban Malam Bulan Biru Penerbit : Pustaka Ola Harga : Rp. 20.000 Peter melangkah gontai masuk ke apartemennya. Ia baru saja dipecat. Toko tempatnya bekerja bangkrut. Dari sebuah apartemen ia mendengar kakek Tom merintih memanggil cucunya. Peter melangkah masuk dan membantu kakek Tom. Kasian kakek Tom sendirian dan sakit-sakitan sementara cucunya jarang menjenguk. Di apartemen sebelah Rossy di kursi rodanya meminta Peter memperbaiki kotak musik balerinanya. Rossy sangat ingin menjadi balerina sayang kakinya lumpuh.  Bulan berwarna biru malam itu. Ted yang terbangun dari tidurnya sibuk memikirkan dirinya yang dipecat dan begitu miskin. Hingga akhirnya ia bertemu peri dan memberinya tiga permintaan.  *** Buku kumpulan dongeng ini berisi sebelas cerita dongeng yang kisahnya menarik. Kamu akan bertemu Grook-grook si sapi, Riko si kurcaci yang ingin jadi peri, serta bertualang di dunia mainan.  Selain ceritanya yang seru juga mengandung nilai moral. Misalnya mensyuk...

Tentang Etta

Aku mungkin terlalu sering bercerita tentang ibu. Ketika ia masih hidup hingga ia telah pulang ke tanah kembali aku selalu mampu menceritakannya dengan fasih. Ia mungkin bahasa terindah yang Tuhan titipkan dalam wujud pada tiap manusia. Tapi izinkan kali ini aku bercerita tentang bapak. Pria terdekat yang selalu ada mengisi tiap halaman buku hidupku.Pria yang akrab kusapa dengan panggilan Etta, panggilan ayah pada adat bugis bangsawan. Kami tak begitu dekat. Mungkin karena perbedaan jenis kelamin sehingga kami taklah sedekat seperti hubungan ibu dangan anak perempuannya. Mungkin juga karena ia mendidikku layaknya didikan keluarga bugis kuno yang membuat jarak antara Bapak dan anaknya. Bapak selalu mengambil peran sebagai kepala keluarga. Pemegang keputusan tertinggi dalam keluarga. Berperan mencari nafkah untuk keluarga. Meski Mama dan Ettaku PNS guru, tapi mereka tetap bertani. Menggarap sawah, menanam padi, dan berkebun. Mungkin karena mereka dibesarkan dengan budaya bertani dan ...