Ara sudah setahun. Baru beberapa hari umurnya dia sudah berubah banyak. Dia bukan lagi bayi kecil yang bisa kebutuhannya hanya sekedar makan dan tidur. Ia kini punya kemauan yang lebih besar. Memperjuangkan egonya. Menginginkan lebih kala bermain. Memiliki rasa kepemilikan. Berontak ketika dilarang. Mengajukan protes jika tidak sesuai keinginannya.
Ia kini mengandalkan rasa. Menangis lebih keras untuk segala sesuatu yang berkaitan dengan perasaan. Ia mulai mampu memanipulasi tangisnya. Tangis yang meminta perhatian lebih. Ia juga mulai menyenangi untuk digendong. Sesuatu yang jarang saya lakukan padanya dulu. Tapi kini ia mulai bisa menggapai, merangkak, dan bergelayut minta digendong.
Kala makan maka ia pun ingin ikut nimbrung mengacak-acak makanan. Menyendok. Memegang garpu dan memberantakkan makanan hingga habis di piring. Jika di rumah saya selalu membiarkannya, namun jika di rumah makan, maka pilihannya adalah tidak makan, membiarkan dirinya mengacak makanan, atau melarangnya dan membuat dia menangis. Jikalau dilarang ia dengan kekuatan penuh meronta dan menangis. Tangisan bernada protes. Tapi kadang ada hal-hal yang tak boleh dilakukan nak. Dan melarangmu adalah cara yang paling baik. Kemudian berikutnya adalah tidak makan dan menenangkannya. Fffffttthhhh.
Tak cuma saat makan, saat mandi pun ia menangis. Ingin lebih lama berendam. Main-main air. Meronta berusaha lepas dari gendongan. Atau ketika ia terjatuh, mungkin sakitnya tidak seberapa tapi ia akan menangis lebih keras dan lebih lama. Perlu pengalih perhatian untuk membuatnya berhenti menangis.
Kupikir ketika ia beranjak besar, merawatnya akan lebih mudah. Nyatanya semakin ia besar semakin kompleks permasalahannya. Bertambah banyak hal yang ia pelajari dan bertambah banyak pengetahuan yang ia miliki. Ia kini belajar berdiri. Rekor berdiri tanpa pegangan paling lamanya ada 10 detik. Paling senang ngoceh tak karuan. Dan mengeksplorasi segala hal tetap menjadi favoritnya.(*)
11 Agustus 2012
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Ia kini mengandalkan rasa. Menangis lebih keras untuk segala sesuatu yang berkaitan dengan perasaan. Ia mulai mampu memanipulasi tangisnya. Tangis yang meminta perhatian lebih. Ia juga mulai menyenangi untuk digendong. Sesuatu yang jarang saya lakukan padanya dulu. Tapi kini ia mulai bisa menggapai, merangkak, dan bergelayut minta digendong.
Kala makan maka ia pun ingin ikut nimbrung mengacak-acak makanan. Menyendok. Memegang garpu dan memberantakkan makanan hingga habis di piring. Jika di rumah saya selalu membiarkannya, namun jika di rumah makan, maka pilihannya adalah tidak makan, membiarkan dirinya mengacak makanan, atau melarangnya dan membuat dia menangis. Jikalau dilarang ia dengan kekuatan penuh meronta dan menangis. Tangisan bernada protes. Tapi kadang ada hal-hal yang tak boleh dilakukan nak. Dan melarangmu adalah cara yang paling baik. Kemudian berikutnya adalah tidak makan dan menenangkannya. Fffffttthhhh.
Tak cuma saat makan, saat mandi pun ia menangis. Ingin lebih lama berendam. Main-main air. Meronta berusaha lepas dari gendongan. Atau ketika ia terjatuh, mungkin sakitnya tidak seberapa tapi ia akan menangis lebih keras dan lebih lama. Perlu pengalih perhatian untuk membuatnya berhenti menangis.
Kupikir ketika ia beranjak besar, merawatnya akan lebih mudah. Nyatanya semakin ia besar semakin kompleks permasalahannya. Bertambah banyak hal yang ia pelajari dan bertambah banyak pengetahuan yang ia miliki. Ia kini belajar berdiri. Rekor berdiri tanpa pegangan paling lamanya ada 10 detik. Paling senang ngoceh tak karuan. Dan mengeksplorasi segala hal tetap menjadi favoritnya.(*)
11 Agustus 2012
Powered by Telkomsel BlackBerry®
singgahka di blogta. mau kasih makan ikan.
ReplyDelete