Skip to main content

Lelaki Pertama Yang Kubenci dan Kucintai

Aku mengingatnya dalam wajah kecilnya yang nakal. Hari itu aku berpakaian seragam teman kanak-kanak yang baru ibu belikan. Berpita biru muda senada dengan warna rokku. Hari itu adalah hari pertamaku bersekolah. Aku takut dan tak percaya diri. Ibu menemaniku ke sekolah. Tak cuma aku yang ditemani oleh ibu. Mayoritas anak baru pun ditemani oleh ibunya.

Ada sekitar 15 anak baru yang sekelas denganku. Saat pertama masuk kelas kami harus mengenalkan diri kami. Beberapa tampak canggung, malu-malu, dan takut. Saat tiba giliranku aku pun takut dan malu. Namun aku berhasil memperkenalkan nama dan alamat rumahku. Kupikir semua berjalan lancar hingga aku berjalan kembali ke bangku dudukku yang berada di barisan ketiga. Sebuah kaki tiba-tiba menjegalku dan membuatku terhuyung dan jatuh ke lantai. Hidungku mimisan dan bibirku berdarah. Aku menangis. Pemilik kaki itu hanya duduk di bangkunya. Tidak meminta maaf. Semua anak-anak mentertawakanku. Aku lari menghambur ke ibu. Menangis menahan perih. Ibu menenangkanku dan mengikuti seorang guru menuju ruang kesehatan. Sempat kulirik Anak lelaki, pemilik kaki itu ditegur oleh ibu guru. Sempat mata kami berpandangan dan aku telah menanam benci padanya di hari pertama sekolah.

Tiga hari aku tidak masuk sekolah. Saat kembali ke sekolah setelah tiga hari beristirahat ibu masih juga menemaniku. Aku masih malu dan belum mengenal banyak teman. Teman-temanku yang telah terbiasa dan mulai saling kenal tidak lagi ditemani ibunya.

Hingga satu minggu aku masih ditemani ibu. Anak-anak lain mulai mengejekku masih ditemani orang tua. Dan anak laki-laki itu juga ikut-ikutan mengejekku. Jika bukan karena dia aku takkan trauma. Ibu pun meyakinkanku untuk ditinggal di sekolah. Ibu hanya mengantarku ke sekolah dan kemudian kembali ke rumah.

Untungnya teman-temanku sudah berhenti mengejekku. Tapi Dani, anak laki-laki itu masih saja mengejekku. Masih sering mengangguku. Ketika aku bermain-main di halaman sekolah bersama teman dia selalu mencari cara untuk mengangguku. Tak jarang aku menangis karena ulahnya. Hingga aku berjanji untuk menghindarinya. Jika ia datang, maka aku segera menyingkir. Sedapat mungkin tidak berinteraksi dengannya.

Hingga suatu hari aku pulang dari sekolah. Ibu tidak menjemputku hari itu. Dia sedang ada urusan. Sejak pagi dia telah mewanti-wanti agar aku pulang bersama teman-temanku yang searah rumah denganku. Sekolahku sebenarnya tidak begitu jauh dari rumah, tapi ibu telah terbiasa mengantar jemputku. Hari itu adalah pertama kalinya aku pulang tanpa dijemput ibu. Aku tidak begitu khawatir, karena aku telah menghapal jalan dari rumah ke sekolah begitu juga sebaliknya. Rumahku adalah rumah yang paling jauh. Teman-teman yang menemaniku pulang masing-masing telah singgah di rumahnya. Tinggallah aku sendirian. "Sisa satu blok lagi" batinku."Takkan ada apa-apa".

Namun ketika aku berbelok di persimpangan jalan, aku bertemu dengan sesuatu yang sangat aku takuti. Anjing besar milik salah satu tetangga keluar pagar. Aku paling takut pada anjing. Aku pernah trauma dengan anjing. Aku sudah tidak bisa berkutit lagi. Anjing itu di hadapanku. Jika aku lari otomatis ia akan mengejarku. Jika terus maju anjing itu menghadang jalanku.

Aku berkeringat dingin. Takut. Berdiri mematung sementara anjing itu mulai mengonggongiku. Mataku telah berkabut ketika seorang memegang tanganku dan menuntunku maju. Ia adalah Dani. Diusirnya anjing yang terus mengonggong itu. Kemudian ditemaninya diriku sampai berbelok diujung jalan.

"Jangan takut dengan Moris. Dia anjing baik. Takkan mengigitmu. Kamu hanya perlu memberanikan diri" katanya padaku sepanjang jalan menuju rumah.

Aku sesunggukan. Dia memberikanku lolipop dan berkata "kalo masih takut, jika kamu bertemu anjing yang menakutkan lagi maka kepal tanganmu dan sembunyikan ibu jarimu. Nenekku mengajariku" katanya lagi sambil tersenyum. Lolipop pemberiannya tergenggam di tanganku. "Jangan nangis lagi ya. Dan...hmmm...aku minta maaf waktu aku menjatuhkanmu di kelas. Aku tidak sengaja. Aku sering mengganggumu karena tidak tahu gimana bilang maaf" katanya setengah tertunduk.

"Iya. Besok kubelikan lolipop juga karena telah menolongku dari gangguan anjing" kataku. "Sampai ketemu besok" kataku sebelum masuk ke dalam rumah.

Besoknya tak kutemui Dani di sekolah. Ibu guru mengumumkan bahwa ia telah pindah taman kanak-kanak karena orang tuanya juga pindah tugas. Lolipop di tasku tak pernah sempat aku berikan padanya.
Aku pun belum sempat mengucapkan terima kasih.

Sampai saat ini aku masih mencari Dani. Lelaki kecil yang selalu menggangguku tapi juga menolongku. Aku utang lolipop padanya. (*)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Comments

Popular posts from this blog

Kura-Kura hijau

Tadi waktu ke Mall aku sempat melihat kura-kura hijau kecil yang djual. Ada puluhan ekor dalam satu akuarium besar. Ada yang berdiam diri di batu buatan dalam akuarim kaca itu, adapula yang berenang-berenang. Banyak orang yang singgah untuk melihat-lihat. Dijualnya berpasangan. Kura-kura mungkin makhluk yang gampang kesepian. Jadi jika harus dijual harus berpasangan. Sepasang kura-kura dibrandol dengan harga 70.000 plus akuarim kecil ukuran 20x15x15 cm. Kura-kura itu tampak lucu. Selain kura-kuranya dijualnya turtle food buat sang kura-kura. Aku tertarik untuk membelinya. Tapi aku bukanlah orang yang telaten dalam merawat sesuatu. Aku takut kura-kura itu akan mati jika aku beli. Mungkin jika sang kura-kura beruntung aku pun akan melakukan seperti yang dilakukan Dee, melepas kura-kura. Tapi janganlah aku membelinya. Biarlah orang lain yang lebih telaten yang merawatnya. Semoga kura-kura itu mampu bertahan hidup.

Pada Sebuah Beranda

Siapa yang tak mengenal bondan winarno. Presenter pembawa acara kuliner di televisi. Mempopulerkan istilah “Mak Nyus” untuk tiap komentar enak tentang makanan yang dimakannya. Tapi hanya sedikit yang tahu bahwa ia adalah seorang wartawan senior yang telah malang melintang di dunia jurnalisitik. Memiliki segudang pengalaman liputan. Bahkan pernah membuat salah satu laporan investigasi yang mengungkap sebuah kasus. Namun tak hanya sisi jurnalistik, Bondan Winarno pun seorang penulis sastra yang cukup ciamik. Beberapa waktu lalu seorang teman mengirimkan fotokopian kumpulan cerpen Bondan Winarno yang berjudul “Pada Sebuah Beranda”. Buku ini sudah lama aku cari di toko-toko buku. Namun tak kunjung aku temukan. Hingga seorang teman berbaik hati mengirimkan fotokopiannya yang bersumber di perpustakaan kotanya. Ada 25 cerpen yang dimuat dalam buku tersebut. Pada Sebuah Beranda ini diterbitkan oleh Bondan Winarno sebagai kado ulang tahun untuk dirinya sendiri yang dalam istilahnya “Celebrat...

The Intimate Lover

sumber foto : www.amazon.com Apa yang akan kamu lakukan jika bertemu Mr. Rightman sesaat sebelum kamu menikah? Ms. Girl, perempuan yang telah bertunangan bertemu dengan Mr. Boy disuatu hari di dalam lift. Hanya mereka berdua di dalam lift yang meluncur turun dari lantai 20. "Jika tidak ada orang yang bersama kita dilift ini hingga lantai dasar, maka aku akan mentraktirmu minum"kata pria itu. Sayang, sang wanita memilih menginterupsi lift tersebut. Berhenti satu lantai sebelum lantai tujuan mereka dan memilih pergi. Tapi gerak bumi mendekatkan mereka. Tak berselang waktu mereka kembalib bertemu dan saling bercakap. Tak bertukar nama, memilih menjadi orang asing bagi masing-masing. Bertemu, berkenalan, dan melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama. Menyerahkan pada semesta kapan mereka hendak berpisah. Namun, ketika semesta mengharuskan mereka berpisah, dua orang tersebut telah saling jatuh cinta. Seberapa pun mereka berusaha berpisah, hati mereka tetap saling ...