Skip to main content

Telur Dadar Buatanmu

Aku mencintainya. Ia tahu itu. Ia pernah sekali mengatakan, ia menyayangiku. Sekali itu dan setelahnya tak pernah lagi kudengar. Aku berharap dia mencintaiku meski satu dan lain hal tak mampu membuat kami bersama. Kami seperti dua dunia yang berbeda. Dia adalah bumi dan aku adalah asteroid yang terlontar ke bumi. Untuk sampai ke tanahnya aku harus melewati lapis-lapis angkasa. Sakit dan membakar diri. Terbunuh dan hanya sisa debuku yang berhasil menjejak di bumi.

Kami dekat. Lebih dari sekedar teman dekat. Bercerita banyak hal berbagi banyak hal. Saat aku sedih dia yang pertama kukabari. Begitu pula dirinya. Selalu ada upaya untuk kami agar bertemu dan saling bercerita. Bahkan pun jika tak lagi punya cerita kami sekedar bertemu saling berpandangan. Kata tak lagi mewakili kami. Dan biasanya kami ditemani oleh telur dadar. Satu dari sedikit yang sama diantara kami.

Kami beda kota. Frekuensi pertemuan kami pun makin sedikit. Sesekali jika sempat kami meluangkan waktu bertemu. Cerita lebih banyak kami lewati dengan chating atau text message. Rutinitas makin menyita waktu kami. Hubungan-hubungan serius pun membuat kami tak lagi seperti dulu. Ada rindu yang menumpuk tapi malu-malu kami akui.

"Aku bosan. Hibur aku" katanya ketika kami mulai lama tak bertemu. "Bayar" kataku. "Dengan apa?"Tanyanya. "Telur dadar buatanmu" kataku."Hahaha, kenapa telur dadar" tanyanya lagi. "Aku suka buatanmu" jawabku." I promise" janjinya.

---
Pagi di rumahnya (setelah beberapa lama tak bertemu dan melalui banyak janji pertemuan yang dibatalkan). Aku duduk memperhatikannya memecahkan telur dan mengocoknya. Ia menambahkan garam, potongan bawang merah dan cabai. Menggorengnya di wajan dengan mentega yang mencair karena panas.

Aku memperhatikan tiap geraknya. Hingga ia menyajikan telur dadarnya di hadapanku. "Utangku impas",katanya. Aku memandanginya. Tersenyum dan memakan dengan lahap "bayaranku".
"Terima kasih telur dadarnya, besok-besok cari aku kalo lagi ada masalah. Tarifku hanyalah telur dadar" kataku.

---

Di atas meja makan, sebuah kertas terselip di bawah piring bekas telur dadar.
"Mengapa telur dadar buatanmu? Karena ia priceless. Kamu tak hanya sekedar membuat telur dadar untukku. Tapi karena aku ingin bertemu denganmu. Melihatmu meracik dan menggoreng telur dadar itu. Tak ada rasa istimewa, tapi ia karena kehadiran telur dadar itu membuat momen istimewa untukku. Kita bertemu, aku melihatmu melakukan keseharianmu. Sesuatu yang takkan ada jika telur dadar itu kamu beli di warung. Aku merindukanmu dan aku merindukan banyak kenangan kita di masa lalu".

#15harimenulisdiblog


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Comments

  1. entah harus bicara apa, saya suka tulisan anda yang ini. :) salam.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Norwegian Wood

Cukup melelahkan membaca Norwegian Wood karya Haruki Murakami. Buku yang telah kulihat wujudnya sejak tahun 2004 baru aku baca di tahun 2013. Saya tidak terlalu akrab dengan karya-karya Haruki Murakami. Buku Norwegian Wood ini adalah karyanya yang pertama saya baca.  Mengapa saya berkata buku ini cukup melelahkan? Karena buku ini bercerita tentang kematian dan sangkut pautnya dengan orang-orang yang ditinggalkan. Bukan kematian yang disebabkan sakit atau tua. Tapi kematian orang-orang muda yang memilih bunuh diri.  Bersetting tahun 1970an di Jepang, sang tokoh utama, Watanabe menceritakan kembali kisahnya. Ia bertemu kembali kekasih almarhum temannya yang memilih mati bunuh diri di usia 17 tahun. Sekalipun tidak akrab mereka selalu bersama. Berkeliling mengitari Tokyo tanpa tujuan. Hingga sang perempuan, Naoko masuk panti rehabilitasi gangguan jiwa. Ia lantas bertemu Midori, perempuan nyentrik yang selalu berkata seenak dia. Perempuan yang selalu jujur mengatakan apapun yang i...

The Intimate Lover

sumber foto : www.amazon.com Apa yang akan kamu lakukan jika bertemu Mr. Rightman sesaat sebelum kamu menikah? Ms. Girl, perempuan yang telah bertunangan bertemu dengan Mr. Boy disuatu hari di dalam lift. Hanya mereka berdua di dalam lift yang meluncur turun dari lantai 20. "Jika tidak ada orang yang bersama kita dilift ini hingga lantai dasar, maka aku akan mentraktirmu minum"kata pria itu. Sayang, sang wanita memilih menginterupsi lift tersebut. Berhenti satu lantai sebelum lantai tujuan mereka dan memilih pergi. Tapi gerak bumi mendekatkan mereka. Tak berselang waktu mereka kembalib bertemu dan saling bercakap. Tak bertukar nama, memilih menjadi orang asing bagi masing-masing. Bertemu, berkenalan, dan melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama. Menyerahkan pada semesta kapan mereka hendak berpisah. Namun, ketika semesta mengharuskan mereka berpisah, dua orang tersebut telah saling jatuh cinta. Seberapa pun mereka berusaha berpisah, hati mereka tetap saling ...

Dari Dapur Aku Merindukan Rumah

Pallu Mara buatan saya (Foto : Dok. Pribadi) Setiap berada di dapur aku selalu merindukan rumah. Setiap harus masak sesuatu yang tiba-tiba merindukan rumah. Bukan karena kalo di rumah ada yang memasakkan (meski sebenarnya hal itu adalah salah satu yang membuatku rindu) , tapi karena di rumah begitu mudahnya menemukan bahan-bahan makan yang akan diolah. Lengkap dengan bumbunya yang segar. Dua hari lalu, saya sangat ingin memakan pallu mara. Pallu mara adalah masakan khas sulawesi Selatan. Masakan ikan ini sebenarnya sangat biasa. Kalo di rumah, setiap hari saya bisa memakan masakan ini, bahkan sampai bosan. Bedanya adalah kalo masakan rumah biasanya tidak diberi serai, lengkuas, dan gula merah. Bumbu utamanya adalah asam, kunyit, dan garam. Di rumah saya masakan ini disebut "ikan masak". Baru saat kuliah semester akhir saya mengetahui bahwa nama masakan ikan ini disebut Pallu Mara oleh orang Makassar. Nah, yang saya ingin masak adalah Pallu Mara lengkap dengan serai, ...