Skip to main content

Tribute To J.K.Rowling dan Hernowo



Baru saja kutuntaskan buku “Aku ingin Bunuh Harry Potter” karya Hernowo. Terlambat mungkin kata yang paling tepat untukku karena baru menyelesaikan membaca buku yang dituliskan Hernowo dua bulan sebelum Harry Potter Jilid ketujuh “Harry Potter and The Deathly Hallow”. Dan itu sudah tiga tahun yang lalu.

Sebelum aku berbagai kesanku tentang buku ini, biarkan kupaparkan dulu mengapa buku ini baru aku beli dan baca. Pada awalnya aku tak pernah tertarik untuk membaca buku How to Write, buku panduan menulis menurutku adalah sebuah penawaran jalan untuk menuliskan suatu karya yang menurutku hanya cocok dengan sang penulis buku. Aku masih meyakini bahwa setiap orang adalah memiliki gaya menulis masing-masing. Bullshit dengan teori menulis. Yang perlu dilakukan adalah “tuliskan”. Tapi toh sampai saat ini aku pun belum melakukan aksi “menulis” itu.

Kak yusran membeli buku Hernowo, Mengikat Makna Update, buku tentang bagaimana menulis itu. Beberapa bulan silam. Aku membaca beberapa kalimat awalnya. Sang pengarang memiliki cara menulis yang menarik. Namun, tetap saja masih aku tak tertarik untuk menghabiskannya hingga halaman terakhir. Namun mulai dari saat itu aku mengenal sosok Hernowo. Seorang bapak yang telah melahirkan puluhan buku tentang bagaimana menulis dan membaca itu. Pengistilahan favorite-nya terhadap aktivitas itu adalah “Mengikat Makna “. Seperti kalimat yang diucapkan Imam Ali, “Ikatlah Ilmu dengan menuliskannya”. Aku pun mulai berteman di situs jejaring Facebook. Selalu menemukan update status yang menginspirasiku untuk menulis. Puluhan komentar selalu bersarang distatusnya. Aku paling suka dengan review “3 Idiots” yang ditontonnya dengan anak dan istrinya (Karena itu adalah satu-satunya note yang sempat aku baca dari puluhan notenya yang lain-mungkin-).

Sebulan yang lalu, aku sempat jalan-jalan ke toko buku. Rutinitas yang menyenangkan dan menggairahkan. Aku menemukan buku “Aku Ingin Bunuh Harry Potter” dalam rak diskon. Aku pun tersentak. Ternyata Hernowo yang menuliskan buku itu. Buku yang dulu sempat tak ingin aku baca karena telah kuhakimi dari judulnya bahwa ia salah satu buku yang mungkin menghujat Harry Potter.

Aku salah satu penggemar Harry Potter. Sejak kelas satu SMA, tahun 2000 saat ia menjadi Best Seller di Amerika . Aku dan kakakku menemukan infonya di majalah kawanku, bahwa buku berjudul “Harry Potter and The Sorcerer’s Stone” adalah buku dengan terlaris di dunia saat itu. Aku dan kakakku sangat penasaran dengan buku tersebut. Aku masih mengingat bagaimana kami mengumpulkan uang jajan kami hanya untuk membeli sebuah buku yang berharga Rp.36.000 (saat itu, nilai uang itu masih sangat besar untuk ukuran anak SMP kelas 3 yang baru saja lulus masuk SMA seperti aku).

Namun, tak pernah surut niatku untuk tak mengoleksi kisah sang penyihir cilik itu. Aku selalu membawa buku tersebut ke sekolah. Dan teman-temanku pun terjangkit penyakit menyukai Harry Potter. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Harry Potter telah menyihir dunia dengan kisahnya. Dan aku, kakakku, dan teman-teman kelasku pun menjadi korban.

Aku selalu menanti kapan seri terbarunya muncul. Aku hanya menanti agak lama pada buku ke empat “Harry Potter and The Goblet of fire” karena tak melakukan saving keuangan yang baik. Akhirnya patunganlah Aku dengan kedua kakakku membelinya.

Aku tak pernah berniat membuka satu halaman pun dari buku “Aku Ingin Bunuh Harry Potter” sejak pertama aku melihatnya di toko buku.”Jangan menghakimi buku dari sampulnya” adalah kalimat yang harus dipertimbangkan kembali.

Buku itu telah masuk dirak diskon. Mungkin karena toko buku telah melihat bahwa Jilid ke tujuh Harry Potter telah selesai dan buku “Aku ingin bunuh Harry Potter” yang mengetengahkan tentang ramalan tentang buku ketujuh itu tidak lagi begitu menjual. “mumpung diskon, apa salahnya tidak membelinya. Lagian kan aku sudah pernha tahu bagaimana Hernowo menulis “ timbangku. Jadilah buku itu aku beli dengan buku What’s Your Stories (akhirnya aku pun mau membaca buku How To Write setelah dapat writer’s block cukup lama:)).

Namun baru siang tadi aku memulai membaca buku ini. Aku tiba dikebingungan harus member itribute kepada siapa setelah membaca buku ini. Kepada J.K Rowling yang telah berhasil menciptakan dunia sihir yang terasa nyata, atau pada Hernowo yang telah menghadirkan buku ini yang kemudian memantik rasa ingin menulisku?

J.K Rowling. Tak ada keraguan padanya. Apa yang aku dapat setelah membaca ke tujuh bukunya? Sebuah pertanyaan “Kapan ya bisa jadi seperti J.K Rowling?”. Ide cerita yang baru, alur cerita yang kompleks, diksi-diksi yang menarik, misteri yang membuat penasaran, nama-nama tokoh yang penuh makna, kecerdasan intelektual yang menonjol, konsistensi cerita keren, pesan yang ada dibaliknya, dan sebuah mantra yang yang sanggup mengubah dunia. Luar biasa. Awesome, Speechless, Keren!, Cool, Hebat menjadi sederet kata yang tak mewakili kisah imajinasi dan fantasi yang dibuatnya.

Ia telah menemukan akhir kisahnya Harry Potter saat dia menuliskan buku ketiga Harry Potter. Aku bisa membayangkan bagaimana imajinasi begitu liar bergerak menggabungkan semua tokoh-tokoh. Menuliskan misteri-misteri yang saling terkait. Mencari pengistilahan dan menemukan ratusan hewan dan benda imajinatif . Apakah ia pernah berada di titik “Harus bagaimana Endingnya ? Lantas setelah ini apa?”. Mungkin ia pernah berada disituasi itu. Tapi ia telah mampu berdiri dan mengalahkan penghalang ceritanya. Salute to J.K Rowling.

Kedua tribute to Hernowo. Meski buku “Aku Ingin Bunuh Harry Potter” baru aku selesaikan. Namun aku menemukan kembali greget yang dulu aku dapati saat membaca Harry Potter. Rasa itu ditumbuhkan kembali oleh Hernowo. Hernowo menciptakan Heri Puter, tokoh yang menjadi guide dalam buku ini. Yang mengantarkan pembaca melihat kembali sesuatu di balik kisah Harry Potter. Heri Puter ingin membunuh Harry Potter. Dan disinilah Hernowo memulai tour pembaca mengenai refleksinya tentang buku Harry Potter.

Hernowo memulai dengan empat unsure penting tentang perbandingan hal-hal sihir dan hal-hal biasa. Pertama, kemurnian darah . dibagi menjadi tiga darah murni (garis keturunan murni penyihir), darah campuran (memiliki keluarga penyihir dan muggle –manusia biasa), darah lumpur (tak memiliki leluhur penyihir).unsur kedua, burung hantu yang menjadi sarana komunikasi antara penyihir. Layaknya merpati pos. Unsur ketiga yaitu Quidditch, olahraga sihir yang berupa gabungan polo dan sepakbola mengunakan sapu terbang. Terahkir adalah Asrama, tempat masing-masing murid dibagi berdasarkan penilaian si topi seleksi. Grifindor (menyukai keberanian), Ravenclaw (kepintaran), Hufflepuff (keadilan dan kesetiaan),Sytherin (menyukai ambisi). Keempat nama itu diambil dari empat orang pendiri Hogwart.

Hernowo menuliskan bahwa titik balik Harry Potter adalah pada buku ke lima. Harry Potter and the Order of the Phoenix. Di jilid ini Harry Potter berusaha menghadapi Voldemort tanpa bantuan Dumblodore dan harus kehilangan Sirius Black. Cerita suram pun beranjak hingga jilid ke enam dimana Harry Potter mulai menemukan jawaban mengapa Voldemort ingin membunuhnya . “Sang terpilih akan lahir pada akhir Juli.Dilahirkan oleh orang tua yang sudah menantang Voldemort sebanyak tiga kali”. Bisa jadi itu Harry Potter, atau mungkin Neville Longottom.

Dari buku ini pula aku akhirnya tahun makna nama beberapa tokoh penting di Harry Potter. Semisal Voldemort ,yang dalam bahasa Prancis the flight of the death, pelarian dari kematian”. Atau nama Albus yang berarti putih dalam bahasa latin. Dan juga tentang cermin Tarsah yang dalam bahasa inggris disebut “erised Mirror”. Jika dibaca dari belakang akan ditemukan kata Disire. Hasrat. Cermin Tarsah pun jika dibaca dari Kiri ke kanan jadinya Hasrat. Keren kan !!!!

Hernowo memaparkan tentang kekuatan cinta yang melingkupi Harry Potter.Cinta yang membedakannya dengan Voldemort. Kekuatan cinta dan mencintai. Cinta Keluarga, guru, dan sahabat. Kekuatan yang tak pernah dimiliki Voldemort. Dan Karena kekuatan inilah sehingga Heri Puter tak jadi membunuh Harry Potter. Sayang aku membaca buku ini yang masih dalam versi lama, bukan versi extended yang berisi tentang cerita update dari buku ke tujuh Harry Potter.

Buku Ketujuh Harry Potter telah selesai memang. Dan tebakan-tebakan cerita dibuku ini mungkin tak lagi memantik rasa penasaranku. Namun, ramalan bahwa Harry Potter adalah Hocrux dan Professor Snape adalah tokoh kunci di jilid ketujuh benar adanya.

Yang membuatku gregetan pula adalah pesan Hernowo untuk selalu mengikat makna dari tiap buku yang telah dibaca. Karena akan sia-sia makna yang telah ditangkap setelah membaca buku tanpa pernah mengikatnya.Dan catatan kecil ini adalah upayaku untuk mengikat makna terhadap buku Hernowo dan J.K Rowling.

Comments

  1. inimi yang disebut mengikat makna. dwi baca buku. trus kesannya dituliskan

    ReplyDelete
  2. iye kak. lagi belajarka menyulam kata dari benang yang sdh kupintal dari membaca.mohon dukungannya dan jagan berhenti menjadi ensiklopediku:)

    ReplyDelete
  3. iye kak. lagi belajarka menyulam kata dari benang yang sdh kupintal dari membaca.mohon dukungannya dan jagan berhenti menjadi ensiklopediku:)

    ReplyDelete
  4. tulisan panjang, tapi mata tetap semangat berselancar sampe akhir tulisan...sungguh, bakat menulisnya memang luar biasa..

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

jurnalistik siaran, pindah kost-kostan, dan "capek deh!"

Akhirnya, kembali bisa menyempatkan diri sejenak ke Teras Imaji. Sedikit berbagi kisah lagi dengan diri sendiri. Sekedar untuk sebuah kisah klasik untuk Saraswati dan Timur Angin kelak. Aku tak pernah menyangka bahwa aku bisa bertahan sampai saat ini.meski tugas kuliah menumpuk. Keharusan untuk pindah pondokan. Kewajiban lain yang belum terselesaikan.Problem hati yang menyakitkan. Serta kontrak yang tersetujui karena takut kehilangan peluang meski tubuh ini harus sudah berhenti. Siang tadi (15 nov 06) seharian ngedit tugas siaran radioku. Tak enak rasanya pada teman-teman, memberatkan mereka. menyita waktu yang seharusnya untuk hal lain. Tak enak hati pada Pak Anchu, penjaga jurusan. yang tertahan hanya menunggu kami menyelesaikan tugas itu. Dengan modal suara fals nan cempreng toh aku pun akhirnya harus sedikit PD untuk membuat tugas itu. Meski hanya menguasai program office di komputer, toh aku harus memaksakan belajar cool-edit (yang kata teman-teman yang udah bisa merupakan sesuatu...

Asyiknya Berkirim Kartu Pos

Kartu pos untuk teman-teman di Indonesia. Beberapa minggu ini saya lagi senang-senangnya berkirim kartu pos. Membeli kartu pos di court street. Menuliskan nama dan alamat yang akan dikirimkan. Menuliskan pesan yang akan disampaikan. Dan membawanya ke kantor pos dan memposkannya. Prosesnya itu begitu menyenangkan buatku. Terlebih lagi ketika orang yang saya kirimi kartu pos mengabarkan kalo kartu posnya sudah sampai, rasanya seperti mission completed deh. Selain mengirimkan kartu pos ke teman-teman di Indonesia, saya juga bergabung di Postcrossing . Sebuah web yang menyatukan para penggemar kartu pos seluruh dunia. Saya menemukan web Postcrossing ini tak sengaja ketika sedang mencari informasi berapa harga prangko untuk kartu pos luar negeri. Caranya gampang, daftar di webnya, kemudian kamu akan menerima 5 alamat yang harus kamu kirimi kartu pos. Saat pertama join kamu harus mengirim kartu pos. Ketika kartu pos itu diterima, maka alamat kamu akan disugesti untuk dikirimi kartu po...

Serpent's Shadow : Petualangan Terakhir Carter dan Sadie

foto : inthemiddlereading.blogspot.com Carter dan Sadie berhasil membangunkan Ra, Dewa Matahari. Sayangnya, Apophis, Dewa kekacauan makin kuat dan berniat menghancurkan dunia. Sayangnya Dewa Matahari masihlah sangat lemah. Tubuh tua ringkihnya tak sanggup bertarung mengalahkan Apophis. Kehancuran dunia tinggal menghitung detik. Carter dan Sadie harus mencari cara mengalahkan Aphopis dan menyelamatkan dunia. Sanggupkah mereka? Buku ketiga dari Kane Chronicles ini berjudul Serpent's Shadow. Buku ini adalah seri terakhir dari pertualangan Carter Kane dan Sadie Kane diantara dewa-dewa mitologi Mesir dan usaha mereka untuk mengalahkan musuh terbesar mereka, Apophis. Seperti dua buku sebelumnya, Carter dan Sadie mengantar pembaca mendengarkan petualangan mereka. Lewat rekaman yang dititipkan pada penulis buku ini, Rick Riordan, Sadie dan Carter mengawali cerita mereka di sebuah Museum Dallas. Sadie, Carter, Allysa, dan Walt mencari golden box yang bisa membantu mereka menguak kel...